Mongabay.co.id

Fosil Hidup: 10 Makhluk yang Terlihat Sama Sejak Jutaan Tahun Lalu

 

 

Fosil hidup adalah spesies yang tidak berevolusi secara signifikan selama jutaan tahun dan sangat mirip dengan nenek moyang mereka yang ditemukan dalam catatan fosil.

Charles Darwin menciptakan istilah “fosil hidup” pada 1859 untuk menjelaskan spesies yang wujudnya masih menyerupai nenek moyang mereka dari jutaan tahun lalu, yang seringkali merupakan garis keturunan terakhir. Secara anatomi, spesies-spesies ini cenderung terlihat tidak berubah, meskipun secara genetik selalu berevolusi.

Istilah “fosil hidup” telah menjadi perdebatan sengit di kalangan ilmuwan karena belum jelas definisi apa saja yang tidak berubah, selama periode waktu apa, dan variasinya secara luas. Tetapi secara umum, fosil hidup adalah spesies purba dengan anatomi masih sangat mirip dengan makhluk fosil terkait, dari awal sejarah evolusi.

Fosil hidup merupakan organisme yang telah mempertahankan bentuk selama jutaan tahun, memiliki sedikit atau tidak ada kerabat hidup, dan mewakili satu garis keturunan tunggal dari zaman lampau yang jauh.

Banyak fosil hidup yang masih hidup hari ini, seperti kura-kura berhidung babi dan hiu goblin, yang dengan ciri-ciri tidak biasa membuat mereka terlihat dari dunia lain.

Mereka sering bertahan dari beberapa kepunahan massal dan banyak ilmuwan menganggap mereka sebagai pandangan langka, bagaimana kehidupan di Bumi pada zaman dahulu.

10 makluk hidup dalam daftar berikut, dikutip dari Live Science, mampu melewati dan bertahan dari asteroid, gempa, dan zaman es selama jutaan tahun untuk berjalan dan berenang di Bumi saat ini.

 

Ikan purba jenis Latimeria chalumnae yang berada di Afrika, tepatnya di Kwazulu-Natal di Afrika Selatan, 2019. Foto: Wikimedia Commons/Bruce A.S.Henderson/Creative Commons Attribution 4.0 International/Free to share

 

  1. Coelacanth

Coelacanth adalah ikan bertulang purba yang sulit ditemui, hidupnya di kedalaman laut di sepanjang pantai Afrika dan Indonesia. Coelacanth pertama kali muncul dalam catatan fosil 400 juta tahun silam, Periode Devonian [419,2 hingga 358,9 juta tahun lalu], dan berhenti muncul sekitar waktu dinosaurus non-avian [dinosaurus selain burung] punah.

Para ilmuwan mengira bahwa makhluk yang terancam punah ini telah punah lebih dari 65 juta tahun lalu -hingga coelacanth Samudra Hindia Barat [Latimeria chalumnae] ditemukan hidup di lepas pantai Afrika Selatan pada 1938. Karena munculnya yang tak terduga, ia menjadi dikenal sebagai spesies Lazarus.

Coelacanth dapat tumbuh hingga panjang 2 meter panjang dan berat mencapai 90 kilogram. Sebuah penelitian menemukan bukti bahwa makhluk-makhluk ini dapat hidup hingga 100 tahun. Karena spesies primitif ini memiliki beberapa sirip berlobus daging yang agak mirip anggota tubuh, banyak ilmuwan menganggap coelacanth dapat berperan dalam evolusi ikan menjadi hewan darat.

 

 

Kepiting tapal kuda merupakan hewan laut berdarah biru yang statusnya dilindungi di Indonesia. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

  1. Kepiting Tapal Kuda

Kepiting tapak kuda pertama kali muncul lebih dari 300 juta tahung lalu, yang menjadikannya spesies lebih tua dari dinosaurus non-avian. Spesies ini tidak berevolusi banyak selama itu. Meskipun kepiting ini mirip dengan kepiting purba, ternyata mereka lebih erat hubungannya dengan laba-laba dan kalajengking.

Terdapat empat spesies kepiting tapal kuda — kepiting pelabuhan Atlantik [Limulus polyphemus] yang ditemukan di pantai Atlantik Amerika Utara dan Tengah, dan tiga spesies Indo-Pasifik [Tachypleus gigas], Tri-spine [Tachypleus tridentatus], dan Mangrove [Carcinoscorpius rotundicauda] yang ditemukan di perairan pantai Asia — cenderung tinggal di sungai bertemu dengan laut.

Kepiting ini memiliki cangkang luar yang kuat. Darah mereka mengandung protein berbasis tembaga dan berubah menjadi biru saat terpapar oksigen. Darah kepiting digunakan dalam penelitian medis sebagai bagian pengembangan vaksin.

 

 

Wujud hiu goblin. Foto: Wikimedia Commons/Dianne Bray-Museum Victoria/CC BY 3.0 au

 

  1. Hiu Goblin

Hiu goblin [Mitsukurina owstoni] adalah spesies ikan karnivora langka dan wujudnya cukup menyeramkan, yang hidup di kedalaman laut. Ditemukan di Samudra Pasifik, Atlantik, dan Hindia, spesies purba ini pertama kali muncul 125 juta tahun lalu.

Goblin shark memiliki beberapa adaptasi unik yang membuatnya predator mematikan, seperti moncong datar panjang yang penuh dengan elektroreseptor, memungkinkannya merasakan medan listrik mangsanya. Ia juga memiliki rahang penuh gigi yang terpasang pada ligamen; gigi-gigi itu dapat memanjang keluar dari mulutnya untuk menangkap mangsa ketika ia menggigit.

Goblin shark memiliki tubuh lembek dilapisi kulit berwarna pink dan dapat tumbuh hingga panjang 4 m dan berat mencapai 210 kg. Siripnya kecil dan pergerakannya lebih lambat dari spesies hiu lain.

 

 

Penampakan awetan platypus. Foto: Wikimedia Commons/Science History Institute/CC BY-SA 3.0

 

  1. Platypus Berparuh Bebek

Platypus berparuh bebek [Ornithorhynchus anatinus] adalah mamalia yang teradaptasi secara akuatik. Pertama kali muncul lebih dari 110 juta tahun lalu selama Periode Kretaseus [145 hingga 66 juta tahun lalu]. Studi tahun 2008 yang dipublikasikan dalam Nature menemukan bahwa kode genetik platypus terdiri dari campuran mamalia, burung, dan reptil.

 

 

Nautilus, hewan laut cephalopoda tersisa. Foto: Wisuda/Mongabay Indonesia

 

  1. Nautilus

Nautilus [Nautilus pompilius] adalah cephalopoda, atau moluska laut, dan salah satu spesies “fosil hidup” tertua di Bumi. Makhluk berbentuk spiral ini hampir tidak berubah sejak pertama kali muncul lebih dari 500 juta tahun lalu, selama era Paleozoikum Awal [541 hingga 252 juta tahun lalu]. Ditemukan di Samudra Pasifik Barat dan Samudra Hindia, nautilus tinggal di ruang besar di cangkangnya yang keras.

Hewan ini menyedot air ke dalam siphon yang berada tepat di bawah matanya dan kemudian mengeluarkan aliran air untuk mendorong dirinya ke depan dalam garis lurus.

 

 

omodo merupakan satwa kebanggaan Indonesia. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

  1. Komodo

Kebanyakan orang akan setuju bahwa tidak ada kadal lain di dunia yang terlihat lebih ‘purba’ selain komodo [Varanus komodoensis]. Mereka dapat ditelusuri hingga genus Varanus, yang berasal sekitar 40 juta tahun lalu. Mereka adalah kadal terbesar dan terberat di dunia, dengan panjang mencapai 3 meter dan berat hingga 165 kg.

Mereka adalah predator dominan di habitatnya, memakan hampir apa pun yang mereka temukan. Kadang-kadang mereka akan mengonsumsi hingga 80% dari berat tubuh mereka dalam satu pakan.

Meskipun mereka terkenal dinamai dari pulau di Nusa Tenggara Timur, yakni Komodo, nenek moyang mereka pertama kali muncul di Australia, sekitar 100 juta tahun lalu, sebagaimana dikutip dari Treehugger.

 

 

Kecoak laut raksasa ini ditemukan di Selat Sunda dan selatan Pulau Jawa. Foto: Dok. BRIN

 

  1. Kecoa

Kecoa termasuk ordo serangga tertua, Blattodea, yang terdiri kecoa dan rayap. Catatan fosil kecoa awal, berasal lebih dari 300 juta tahun lalu, selama periode Carboniferous Atas.

Terdapat sekitar 4.000 spesies kecoa yang ditemukan di seluruh dunia. Wujud mereka mirip sekali dengan nenek moyangnya dalam catatan fosil.

 

 

Aardvark, mamalia nokturnal dan soliter asli Afrika. Foto: Pixexid/Ralph/CC BY 4.0

 

  1. Aardvark

Aardvark [Orycteropus afer] adalah mamalia nokturnal dan soliter asli Afrika yang pertama kali muncul lebih dari 50 juta tahun lalu, menurut catatan fosil. Aardvark dianggap sebagai fosil hidup karena kromosomnya yang terpelihara baik, yang mewakili organisasi eutherian awal.

Aardvark juga merupakan satu-satunya spesies yang masih hidup dalam ordo Tubulidentata, dan tidak berevolusi banyak sejak pertama kali muncul lebih dari 50 juta tahun lalu.

 

 

Anakan katak ungu. Foto: Wikimedia Commons/Nihal Jabin/CC BY-SA 4.0

 

  1. Katak Ungu

Ditemukan pada 2003, fosil hidup ini juga dikenal sebagai katak hidung babi karena moncongnya yang mirip hidung babi. Sebagai spesies penggali langka, katak ungu sulit ditemukan karena hanya diamati di luar untuk jangka waktu singkat.

Meskipun ditemukan di India, kerabat hidup terdekat katak ungu hanya dapat diamati di Kepulauan Seychelles, yang berarti katak-katak ini telah ada sekitar 120 juta tahun lalu ketika India, Madagaskar, dan Seychelles terhubung sebagai satu massa daratan tunggal.

Katak ungu [Nasikabatrachus sahyadrensis] terdaftar sebagai spesies terancam punah dan populasinya mengalami penurunan.

 

 

Spesimen kelinci amami di National Museum of Nature and Science, Tokyo, Japan.. Foto: Wikimedia Commons/Momotarou2012/CC BY-SA 3.0

 

  1. Kelinci Amami

Kelinci amami [Pentalagus furnessi] adalah spesies berbulu gelap dan sisa hidup terakhir dari spesies kelinci purba yang punah di daratan Asia selama Zaman Pleistosen [2,6 juta hingga 11.700 tahun lalu]. Sekarang, ia hanya ditemukan hidup di dua pulau kecil di lepas pantai Jepang dan merupakan spesies terancam punah dengan hanya 5.000 individu tersisa.

Kelinci ini dikenal sebagai fosil hidup karena memiliki karakteristik primitif dari kelinci kuno yang hidup sekitar satu juta tahun lalu.

Ciri khasnya memiliki bulu gelap, telinga pendek, hidung panjang, tubuh kokoh, dan kaki pendek. Kelinci ini hanya ditemukan di Kepulauan Amami Jepang, Tokunoshima, dan Amami Ōshima. [Berbagai sumber]

 

Ikan Purba Hidup yang Melebihi Era Dinosaurus Ini Ada di Indonesia

 

Exit mobile version