Mongabay.co.id

Penyelamatan Badak Sumatera di Kalimantan Timur Harus Cermat, Mengapa?

Rhino Sanctuary Kutai Barat, Kalimantan Timur (Kaltim), sudah siap menyambut kedatangan badak sumatera yang berada di Kalimantan Timur. Untuk pemantapan rencana, tim gabungan penangkapan dan translokasi badak menggelar simulasi penangkapan di lokasi kawasan Hutan Lindung Kelian atau eks tambang PT. Kelian Equatorial Mining (KEM) Kutai Barat, pada 5 hingga 10 Februari 2018. Simulasi berlangsung dramatis. Tidak hanya dilakukan siang tapi juga dini hari dibarengi hujan lebat.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam KLHK, Bambang Dahono Adji mengatakan, Rhino Sanctuary Kutai Barat dipastikan siap. Simulasi penangkapan dan translokasi yang dilakukan tim gabungan merupakan langkah awal penyelamatan badak sumatera. Penyelamatan untuk kepentingan semua umat, tidak hanya Pemkab Kutai Barat atau Provinsi Kalimantan Timur, tapi juga kepentingan dunia.

“Penyelamatan badak dan Rhino Sanctuary di kawasan lindung Kelian, sudah disepakati bersama. Masyarakat harus tahu. Pemkab Kutai Barat sudah bertemu dengan pihak provinsi, dan kebijakan diatur pemerintah pusat. Jadi, pemerintah pusat punya tanggung jawab. Intinya badak harus segera diselamatkan,” kata Bambang (25/2/2018).

Baca: Langkah Penting Penyelamatan Badak Sumatera di Kalimantan Timur

 

Badak sumatera merupakan satwa langka terancam punah yang dilindungi. Penyelamatannya harus dilakukan serius dan cepat. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Dalam catatan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim, kondisi populasi badak sumatera di kantong habitat 3, Kutai Barat, sudah sangat tidak viable dan tidak bisa dipertahankan. Gangguan dan ancaman di habitat itu kian terasa. Sehingga pemerintah memutuskan melakukan translokasi di kantong habitat tersebut. Meski demikian, kondisi itu sangat membutuhkan upaya khusus.

Dipastikan, pembangunan sanctuary (suaka) dan zona pengelolaan intensif menjadi sebuah kebutuhan penyelamatan. Tujuan khususnya adalah menampung sub-sub populasi dan menyatukan subpopulasi yang secara jumlah dan struktur tidak cukup viable. Dipastikan, kawasan Hutan Lindung Kelian menjadi lokasi paling strategis sebagai tujuan translokasi badak di Kutai Barat.

“Persiapan penyelamatan ini tidak semata ditangkap. Tapi, tim gabungan sudah melakukan pekerjaan sesuai prosedur. Penetapan PT. KEM juga dari survei lapangan. Semua ahli didatangkan, bergabung dalam penyelamatan ini. Harus hati-hati, harapannya badak-badak itu bisa ditangkap dan dipindahkan ke sanctuary. PT. KEM sudah sangat siap, direkturnya juga sudah memastikan kesiapan di sana,” jelasnya.

Baca juga: Gairah Kalimantan Timur Menjadi Provinsi Konservasi Badak

 

Badak sumatera di alam liar hingga saat ini kehidupannya tidak lepas dari kejaran pemburu yang menginginkan culanya. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Bambang menjelaskan upaya penyelamatan ini sangat membutuhkan konsentrasi penuh. Setelah proses simulasi berjalan lancar, pemerintah pusat akan segera menggelar rapat khusus yang membahas teknis penangkapan dan translokasi yang aman. “Kami akan membahas teknis lapangan, termasuk bagaimana cara menangkapnya. Caranya tetap manual, yakni darat dan udara. Akan digunakan alternatif, yaitu diangkut menggunakan helikopter,” ujarnya.

Bambang berharap, badak sumatera di Kalimantan dapat diselamatkan cepat dan tepat agar berkembang biak. “Harapan kita badak selamat. Kita akan membuat sanctuary penyelamatan seperti di Way Kambas, Lampung. Way Kambas itu sangat terkenal dan diakui dunia. Untuk di Kutai Barat ini, spesiesnya tetap badak sumatera namun dari gen berbeda,” terangnya.

Nantinya, lanjut Bambang, setelah badak-badak berhasil ditangkap, pihaknya akan melakukan penelitian. “Sekali lagi, penyelamatan ini merupakan kepentingan dunia, masyarakat harus tahu itu. Saat ini, kita upayakan penyelamatan badaknya dahulu,” jelasnya.

 

SImulasi mendirikan boma. Foto: Dok. BKSDA Kaltim

 

Persiapan matang

Sebelumnya, Dirjen KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, telah membentuk tim khusus yang beranggotakan tenaga ahli dari beberapa lembaga terkait. Tujuannya, menjalankan operasi penangkapan dan translokasi badak di Kutai Barat. Tim ini tersusun tiga komponen yaitu dokter hewan atau medis, penangkapan dan operasional. Tim dikoordinir WWF Indonesia dan bekerja mulai Januari 2018.

Proses di lapangan membuktikan, masih ada perbaikan-perbaikan dan rencana yang harus lebih dimantapkan. PEH SKW II Tenggarong, BKSDA Kaltim, Jono Adiputro mengatakan, landasan utama penangkapan dan translokasi badak yang digunakan tim berdasarkan protokol (SOP). Namun, statusnya masih draf akhir, harus difinalisasi.

“Peserta berjumlah 44 orang, dan simulasi berjalan sesuai rencana. Jadi, benar-benar seperti menangkap badak. Hujan-hujan tengah malam, membawa peralatan lengkap dan harus sesuai SOP. Peserta pelatihan adalah anggota tim penangkapan dan translokasi yang diusulkan kepada Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK,” katanya.

Jono mengatakan, Bupati Kutai Barat menyampaikan dukungan program konservasi badak sumatera ini. Rombongan pemerintah provinsi, TNI, dan polri juga mengunjungi fasilitas kandang sementara klinik satwa dan nursery pakan badak yang berada di área eks nursery PT. KEM.

 

Simulasi mengeluarkan badak menuju kandang angkut. Foto: Dok. BKSDA Kaltim

 

Jono melanjutkan, dalam tim gabungan, yang memegang peran paling penting adalah aspek kedokteran hewan (medis – dokter hewan). Bukan hanya obat-obatan dan alat medis, tapi juga kapasitas dokter hewan yang akan menangani badak nantinya. “Medis adalah hal utama yang disiapkan. Simulasi ini sudah benar-benar dikondisikan dengan kehadiran dokter dan peneliti badak. SOP penyelamatan badak sumatera ini juga telah dibuat dan sedang menunggu persetujuan KSDAE KLHK,” sebutnya.

Meski demikian, bukan berarti tidak ada kendala teknis yang mereka hadapi. Beberapa anggota tim dokter hewan yang memiliki pengalaman mengenai badak, bekerja di instansi pemerintah dan lembaga lainnya, sehingga sulit dalam koordinasi dan waktu pertemuan. Sementara dokter hewan yang ada di Kutai Barat, belum memiliki pengalaman.

“Kebutuhan untuk mengadakan pertemuan khusus dokter hewan menjadi agenda penting. Pertemuan ini diharapkan mampu menyamakan persepsi antar dokter hewan yang akan terlibat dalam penangkapan ini. Kehadiran beberapa dokter hewan dari luar negeri diharapkan memberikan tambahan pengetahuan,” harapnya.

Dari kegiatan simulasi penangkapan dan translokasi badak sumatera di Hutan Lindung Kelian, secara umum tim penangkapan dan pemindahan telah siap untuk menjalankan operasi. Namun demikian masih terdapat beberapa catatan yang perlu dilengkapi dan diperbaiki. “Misalnya kandang angkut, perbaikan boma di lokasi tangkap, perbaikan kandang rawat di lokasi sementara, hingga kepastian helikopter,” tandasnya.

 

 

Exit mobile version