Mongabay.co.id

Sampah di Muara Angke Jakarta Akibat Musim Angin Barat atau Ulah Manusia?

Penumpukan sampah yang muncul secara tiba-tiba di perairan Muara Angke, Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, merupakan sampah yang berasal dari berbagai arah. Sampah-sampah tersebut, terbawa ke perairan tersebut oleh fenomena alam yang biasa terjadi pada akhir tahun ke pergantian tahun yang baru.

Wakil Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Ali Maulana Hakim menjelaskan, fenomena alam yang membawa sampah ke Muara Angke adalah musim angin barat yang berlangsung dari November 2017 hingga sekarang. Kata dia, fenomena alam tersebut biasanya akan berlangsung dalam beberapa bulan dan mencapai puncaknya pada Februari.

“Angin barat ini selalu membawa sampah dari laut,” ucapnya di Jakarta, Selasa (20/3/2018).

Mengingat itu adalah fenomena alam yang terjadi di laut, Ali mengatakan bahwa itu tidak bisa dicegah ataupun diantisipasi dengan cepat. Walaupun, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki personel tenaga kebersihan di berbagai wilayah, termasuk Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu yang menjadi wilayah perairan Muara Angke.

baca : Pengelolaan Terpadu Tak Jelas, Jakarta Dinilai Gagal Kelola Sampah

 

Petugas gabungan dari TNI dan Pemprov DKI Jakarta membersihkan sampah di kawasan Hutan Mangrove, Kelurahan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (19/3). Foto: Dadang Kusuma/beritajakarta.id/Mongabay Indonesia

 

“Kalau dari 13 sungai kita yang bermuara di sembilan titik, itu bisa kita tangani. Walaupun nggak 100 persen terambil. Tapi kan kita tidak bisa menjaga sampah dari laut. Ada yang dari perbatasan Bekasi, Tangerang, Banten, bahkan mungkin dari Lampung,” ungkap dia.

Walau sudah berlangsung sejak beberapa bulan lalu, Ali beralasan kenapa saat ini baru dilakukan pembersihan sampah di Muara Angke, tidak lain karena pada saat ini perairan sudah lebih tenang. Sementara, pada bulan sebelumnya, sampah terpaksa tidak bisa diambil, karena musim angin barat sedang mencapai puncaknya.

“Dan terlebih lagi, lokasi penumpukan sampah itu ada di dalam area hutan bakau di Muara Angke. Kalau ombak masih tinggi, kita nggak berani juga. Nah, saat surut ini, sampahnya itu tersangkut-lah di akar mangrove, bekas tambak bandeng, dan sebagainya. Setelah ini bersih, baru kita tanami mangrove lagi,” papar dia.

Untuk diketahui, musim angin barat sendiri biasa dikenal dengan sebutan angin muson barat. Fenomena alam tersebut adalah angin yang berhembus dari benua Asia yang sedang berlangsung musim dingin ke benua Australia yang sedang berlangsung musim panas. Saat musim angin itu terjadi, curah hujan yang tinggi banyak terjadi di wilayah Indonesia bagian Barat.

baca : Selain Sampah, Ada Persoalan Lain yang Dihadapi Ciliwung

 

Pengerukan dan pengambilan sampah di wilayah konservasi bakau Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara oleh Dinas Lingkungan Hidup (LH) Pemprov DKI Jakarta pada Senin (19/3/2018). Foto : Dadang Kusuma/Beritajakarta.id

 

Manual

Mengingat area penumpukan sampah ada di dalam hutan bakau, Ali menjelaskan, metode pembersihan dan pengangkutan sampah dilakukan dengan sangat hati-hati. Selain karena banyak pohon bakau, faktor kehati-hatian juga dilakukan, karena kesulitan pengangkutan di area tersebut cukup tinggi. Apalagi, alat berat yang biasa beroperasi di darat juga tidak bisa dioperasikan seperti di medan darat biasa.

Namun demikian, Ali mengatakan, Pemprov DKI berusaha maksimal untuk menggunakan alat berat sebagai upaya percepatan proses pembersihan sampah. Adapun, alat berat yang dioperasikan adalah dua unit eskavator amphibous dan eskavator tiger. Masing-masing alat tersebut, bekerja langsung di atas perairan yang dikelilingi sampah.

“Jadi sampah dai perairan diangkut dengan menggunakan kapal fiber ke dermaga Muara Angke. Di dermaga ini kemudian sampah diambil dari kapal dengan menggunakan eskavator, baru kemudian dipindahkan ke truk-truk yang bersiaga,” jelas dia.

Selain melibatkan dua alat berat yang bekerja di tengah hutan bakau dan dermaga, Ali menuturkan, untuk mempercepat proses pembersihan sampah, Pemprov terus menambah jumlah personel tenaga kebersihan yang didatangkan dari berbagai wilayah.

“Semuanya. Petugas Dinas Lingkungan Hidup, pasukan oranye semua turun,” tegasnya.

baca : Foto : Sampah Plastik Di Lautan Indonesia

 

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri) melihat petugas gabungan dari TNI dan Pemprov DKI Jakarta membersihkan sampah di kawasan Hutan Mangrove, Kelurahan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (19/3). Foto: Dadang Kusuma/beritajakarta.id/Mongabay Indonesia

 

Sejak pembersihan dilakukan pada Sabtu (17/3/2018), Ali mengklaim sampah yang sudah terangkut jumlahnya lebih dari 50 ton. Sampah-sampah tersebut kemudian dikirim ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Bantargebang di Kota Bekasi, Jawa Barat.

Namun, kata Ali, untuk meminimalisir jumlah sampah masuk ke Bantargebang, seperti biasa pihaknya memilah sampah terlebih dahulu antara yang organik dan non organik. Jika sudah terpilah, maka sampah yang non organik akan dikirim ke Bantargebang. Untuk sementara, sambung dia, sampah yang sudah terkumpul sebagian besar adalah sampah plastik.

Sebelum terjadinya bencana penumpukan sampah di Muara Angke, Ali menjelaskan kalau Pemprov sudah mengoperasikan kapal pengangkut sampah yang berjumlah enam kapal. Kapal-kapal tersebut beroperasi di wilayah perairan sedang dan dalam yang ada di Kepulauan Seribu. Sementara, untuk wilayah perairan dangkal menggunakan kapal kecil.

“Muara Angke ini contohnya adalah dangkal. Jadi kita pakai kapal kecil. Jika tidak mungkin masuk karena terlalu dangkal, petugas yang manual membersihkan sampah,” tutur dia.

Untuk antisipasi ke depan, Ali mengatakan, Pemprov akan memasang jaring di kawasan konservasi hutan bakau Muara Angke. Fungsi jaring adalah untuk menyaring sampah-sampah yang biasanya terbawa oleh kapal-kapal yang berlalu lalang di sekitar perairan tersebut. Dengan cara tersebut, diharapkan nantinya petugas lebih mudah untuk membersihkan sampah.

baca : Produsen dan Konsumen Mari Sama-sama Tanggung Jawab Tangani Sampah

 

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mengunjungi lokasi pembersihan sampah di kawasan mangrove Kali Adem, Muara Angke, Kelurahan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara oleh Dinas Lingkungan Hidup (LH) Pemprov DKI Jakarta pada Senin (19/3/2018). Foto : Dadang Kusuma/Beritajakarta.id/Mongabay Indonesia

 

Plastik

Terpisah, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, sampah-sampah yang menumpuk di hutan bakau Muara Angke, sebagian besar adalah sampah plastik rumah tangga. Sampah-sampah tersebut, terbawa oleh angin musim barat dan kemudian merusak lahan yang semula akan digunakan untuk penanaman mangrove dan budidaya bandeng.

“Jadi arus laut membawa sampah dan berkumpul di tempat ini. Nah konsekuensinya satu, kami meminta kepada seluruh rumah tangga, seluruh warga mari buang sampah di tempatnya, jangan buang sampah sembarangan, dan jangan buang sampah di sungai, apalagi sampah-sampah plastik,” himbau dia.

Kritikus Tata Kota Nirwono Joga yang dihubungi terpisah, mendesak Pemprov DKI Jakarta untuk melakukan penanganan sampah secara terpadu. Penanganan dilakukan dengan berjenjang mulai dari tingkat rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), kelurahan, kecamatan, kota/kabupaten, dan berikutnya ke tingkat provinsi.

“Selain itu harus ada pengolahan sampah organik yang terkumpul menjadi kompos atau pupuk organik. Dengan demikian, tidak ada sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir,” jelasnya.

Nirwono mengatakan, dalam mengatasi persoalan sampah yang terjadi di DKI Jakarta, tidak cukup hanya dengan memberikan himbauan saja kepada masyarakat. Akan tetapi, harus ada tindakan tegas bagi siapa saja yang diketahui membuang sampah sembarangan, baik ke sungai ataupun ke tempat lain. Kemudian, tindakan tegas juga harus diberikan kepada pabrik atau perusahaan yang masih membuang limbah ke sungai.

“Menyelesaikan sampah itu tidak bisa hanya dengan di bagian hilirnya saja, tapi harus menyeluruh dari hulu ke hilir dan tuntas mulai dari sumber sampahnya. Jadi, harus dilibatkan juga daerah penyangga di sekitar DKI seperti Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bogor,” pungkasnya.

 

Exit mobile version