Mongabay.co.id

September Ini, Uji Coba Teknologi Pembersih Sampah Laut Dilakukan

 

Pada 8 September 2018, The Ocean Cleanup untuk pertama kalinya akan menguji teknologi pengumpul sampah plastik lautan. Sebuah alat berupa tabung apung sepanjang 600 meter yang berfungsi seolah sebagai garis pantai artifisial, perlahan akan mengumpulkan sampah-sampah plastik di permukaan laut. Selanjutnya, dibawa untuk disortir dan didaur ulang. Jika lancar, setahun ke depan, akan ada 60 tabung lagi yang diluncurkan.

Proyek The Ocean Cleanup   ini menarik perhatian masyarakat luas karena akan menyasar The Great Pacific Garbage Patch, kawasan di Samudera Pasifik yang dipenuhi sampah. Bongkahan-bongkahan sampah plastik yang mengambang di permukaan maupun di dalam air laut pastinya akan diangkut.

Boyan Slat, 24 tahun, pendiri The Ocean Cleanup   di kantornya di Rotterdam, mengatakan timnya yang terdiri lebih dari 70 insinyur, peneliti, dan ilmuwan sedang sibuk mempersiapkan uji coba tersebut.

“Ini sangat menarik, setelah lima tahun pengujian dan ekspedisi yang akhirnya dapat kami luncurkan sekaligus mengujinya,” kata Slat dikutip dari HowStuffWork.com.

Baca: Teknologi Canggih untuk Membersihkan Laut dari Sampah Segera Diluncurkan

 

Uji coba alat pembersih sampah laut ini dilakukan saat badai. Sumber: The Ocean Cleanup

 

Dilansir dari International Business Times, Slate juga mengatakan dalam lima tahun ke depan, setidaknya 50% sampah-sampah di The Great Pacific Garbage Patch bisa dibersihkan dengan teknologi tersebut.

The Great Pacific Garbage Patch kini meluas dengan ukuran luar biasa, hingga 1,6 juta kilometer persegi. Sebagai perbandingan, luas daratan Indonesia sekitar 1,9 juta kilometer persegi. Hal ini dilaporkan dalam Jurnal Scientific Reports, edisi 22 Maret 2018.

Tak semua orang setuju dengan rencana besar ini. Beberapa kritikus paling keras dari The Ocean Cleanup adalah sesama organisasi konservasi laut dan ilmuwan lingkungan hidup  yang mempelajari efek polusi plastik pada kehidupan laut.

Tentu, mereka setuju bahwa plastik laut makin tidak terkendali. Puing plastik akan melebihi jumlah ikan pada 2050 dan menimbulkan ancaman racun pada ikan, burung laut, dan mamalia laut. Meski begitu para ahli dan aktivis konservasi meyakini bahwa alat yang diciptakan Slat takkan mampu mengatasi masalah, selain sampah plastik mengapung, yakni mikroplastik yang berada di bawah permukaan.

Baca: Si Jenius Boyan Slat Siap Luncurkan Alat Pembersih Lautan

 

Bagan yang menunjukkan sistem teknologi bekerja. Sumber: The Ocean Cleanup

 

Jennifer Provencher dari Universitas Acadia yang meneliti bagaimana plastik laut mencemari kehidupan laut, mengatakan bahwa jutaan dollar yang dipakai oleh Ocean Cleanup akan lebih bermanfaat jika digunakan untuk mencari alternatif dari plastik, yang bisa terurai di alam. Atau, upaya-upaya untuk mencegah agar plastik tidak sampai ke lautan.

Bonnie Monteleone, Executive Director Plastic Ocean Project, menambahkan bahwa uang yang didapat Slat lebih berguna jika dipakai untuk mengumpulkan plastik di sungai-sungai dengan teknologi yang lebih sederhana dan murah. Sebelum, sampah-sampah terbawa ke laut.

Baca juga: Anak Muda Ini Klaim Cara Ampuh Untuk Angkut Sampah dari Lautan

 

 

Menanggapi hal tersebut, Slat mengatakan bahwa ide-ide itu bisa juga dilakukan. Namun, dia menegaskan harus ada orang yang membersihkan sambah plastik di lautan. “Tumpukan sampah laut ini tidak hilang dengan sendirinya. Sebagian besar plastik yang sudah diidentifikasi berasal dari tahun 70-an, 80-an dan 90-an. Kita harus melakukan keduanya.”

Sebuah survei yang dilakukan 15 ahli ekologi dan peneliti ikan hiu David Shiffman dari Simon Fraser University di Vancouver menyatakan, tidak mungkin perangkat yang mengapung akan membersihkan sejumlah besar plastik tanpa membahayakan satwa laut.

Seperti ditulis di Southern Fried Science, Shiffman mengatakan, perangkat ini dirancang untuk mengumpulkan objek dengan ukuran tertentu untuk diambil dari air. “Tetapi, alat ini ten tidak dapat membedakan antara plastik dan makhluk hidup,” jelasnya.

Namun The Ocean Cleanup menjelaskan, perangkat yang akan diluncurkan tersebut bergerak cukup pelan sehingga setiap hewan akan memiliki waktu untuk melarikan diri dengan mudah. Alat ini bergerak bersama arus laut, mirip sampah sampah plastik yang mengapung. (Berbagai sumber)

 

 

Exit mobile version