Mongabay.co.id

Paus Sperma Terdampar di Pulau Mataha Berau, Bagaimana Nasibnya?

***

Seekor paus sperma dengan panjang sekitar 8 meter terdampar di pesisir laut Mataha, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kabar kematian paus tersebut hampir tidak diketahui masyarakat, lantaran jarak Pulau Mataha dengan pusat Kota Berau sangat jauh.

Paus terdampar itu diketahui pertama kali oleh petugas penjaga laut (ranger) Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemkab Berau, pada Senin (10/12/2018) lalu dalam kondisi mati penuh luka (kode 3-4). Tidak ada pemeriksaan khusus pada bangkai mamalia besar itu, sebab kembali hanyut oleh air pasang beberapa hari setelah ditemukan.

Wakil Ketua Satgas Kawasan Konservasi Berau, Yunda Zuliarsih menjelaskan kabar terdamparnya paus itu sudah dilaporkan sejak bulan lalu. Namun pihaknya menyerahkan sepenuhnya pada para ranger agar menangani bangkai tersebut. “Iya benar, ada bangkai paus yang terdampar pada Bulan Desember 2018. Yang menemukan pertama kali adalah ranger Pulau Mataha dan Bilang-bilangan. Mereka itu sebenarnya adalah penjaga telur penyu, tidak sengaja menemukan paus yang terdampar,” jelasnya kepada Mongabay-Indonesia pada Selasa (15/1/2019).

baca :  Ditemukan 5,9 Kg Sampah Dalam Perut Paus Sperma di Wakatobi. Kok Bisa?

 

Seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) sepanjang sekitar 8 meter terdampar di pesisir laut Mataha, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur pada Desember 2018. Foto : Ebeng/Dinas Kelautan dan Perikanan Berau/Facebook Whale Stranding Indonesia/Mongabay Indonesia

 

Karena tidak dinekropsi, Yunda mengatakan pihaknya tidak tahu penyebab luka-luka dan kematian paus tersebut. Para ranger sendiri kesulitan untuk menangani paus tersebut karena mereka hanya petugas pengawas penyu dengan alat-alat sederhana. Lokasi pulau tersebut juga jauh dan sulit dijangkau, sehingga DKP  Pemkab Berau menyerahkan penanganannya kepada ranger yang menemukan. Akhirnya diputuskan untuk menenggelamkan bangkai tersebut.

“Diperkirakan bangkai tersebut sudah mati selama berhari-hari. Jadi diputuskan untuk ditenggelamkan saja, karena tidak mungkin dibawa ke darat,” jelasnya.

Yunda mengatakan perairan di selatan Pulau Mataha sering ditemukan mamalia besar terdampar. Pulau Mataha merupakan pulau yang tidak berpenghuni, dan lokasinya jauh dari Kota Berau. Pulau tersebut merupakan pulau persinggahan penyu-penyu di laut Berau Selatan untuk bertelur, sehingga pulau Mataha terkenal dengan sebutan “Pulau Telur”.

Pulau Mataha yang masuk wilayah Kepulauan Derawan, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Berau merupakan tempat pendaratan Penyu Hijau (Chelonia mydas) terbesar ke-8 di dunia dan penghasil 60% telur penyu dari seluruh perairan Kabupaten Berau.

baca juga :  Paus Sperma Dihalau ke Laut Setelah Ditunggangi Banyak Orang

 

Seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) sepanjang sekitar 8 meter terdampar di pesisir laut Mataha, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur pada Desember 2018. Foto : Ebeng/Dinas Kelautan dan Perikanan Berau/Facebook Whale Stranding Indonesia/Mongabay Indonesia

 

Bukan Kasus Kali Pertama

Terdamparnya paus di perairan selatan Kabupaten Berau,bukan kejadian yang pertama.Berdasarkan catatanYunda, pada Mei 2018 silam, seekor Paus Pilot juga terdampar di Pantai harapan, Laut Selatan Berau, Kecamatan Biduk-biduk. Sedangkan di Bulan November 2018, seekor paus tanpa sirip ditemukan terdampar dan mati di Pantai Maratua, laut Berau bagian Utara.

Berbeda dengan kasus sebelumnya, terdamparnya mamalia ini kuat dugaan karena siripnya yang sengaja dipotong oleh manusia. Namun Dinas Perikanan tidak bisa memastikan kejadian itu, karena kondisi bangkai sudah membusuk.

“Kabupetan Berau dikelilingi oleh banyak pulau dan didiami biota laut yang bermacam-macam. Mulai dari penyu, mamalia besar hingga ikan-ikan yang dikonsumsi. Sehingga memang selama ini, masyarakat Berau tidak kaget lagi jika menemukan adanya mamalia besar yang terdampar. Namun yang menjadi soal adalah penyebab kematiannya,” kata Yunda.

Selama ini, menurut dia, kondisi laut Berau adalah laut yang kondusif. Tidak ada keluhan mengenai sampah, limbah dan pendangkalan laut. Konflik dengan manusia dan nelayan pun juga hampir tidak ada laporan, hal itu membuat Yunda yakin jika memang kondisi laut Berau baik dan tidak terindikasi tercemar.

“Tidak ada masalah sampah di Berau, limbah-limbah perusahaan juga tidak ada, karena Kabupaten Berau bukan daerah industri. Selama ini yang diributkan bukan masalah limbah dan sampah, konflik dengan manusia juga jarang terjadi. Jadi kalau mau menduga-duga kematian biota laut itu juga tidak bisa,” katanya.

baca juga :  Paus Sperma Ditemukan Terdampar di Barru, Bagaimana Akhirnya?

 

Potensi wisata bawah laut Kabupaten Berau. Foto: WWF-Indonesia/Cipto A Gunawan

 

Yunda menjelaskan, posisi laut Berau Selatan adalah jalur migrasi mamalia laut. Terbukti, tahun-tahun sebelumnya juga pernah ada Dugong dan Teripang Raksasa yang terdampar di Laut Selatan Berau. Kerap terdamparnya biota laut di perairan selatan itu karena kondisi laut merupakan wilayah perairan dalam. Sehingga wilayah laut selatan di Kabupaten Berau sangat memungkinkan menjadi jalur migrasi mamalia laut.

“Dibandingkan laut bagian utara, bagian selatan ini memang sering ditemukan mamalia besar yang terdampar. Bahkan ada taripang raksasa yang terdampar, ini membuktikan kalau di daerah tersebut memang merupakan laut dalam. Sehingga, ikan-ikan besar dan mamalia laut menggunakannya sebagai jalur migrasi,” ungkapnya.

Yunda menerangkan, kasus mamalia terdampar merupakan satu masalah yang harus ditangani bersama. Namun saat ini, masalah laut Berau sudah sepenuhnya diserahkan pada Pemprov Kaltim, sehingga pihaknya akan menunggu arahan langsung dari Provinsi. Demikian pula masalah RZWP3K yang gencar digalakkan, Yunda menilai itu merupakan satu jalan keluar yang baik untuk penanganan masalah-masalah biota laut.

“Kita kan dulu memang punya rencana zonasi laut, tapi sekarang kan sudah diserahkan semua para Provinsi Kaltim. Tapi memang RZWP3K itu tujuannya juga untuk melindungi biota laut. Yah kita akan bekerja sebaik-baiknya, agar laut Berau tetap sehat dan tetap nyaman dihuni biota laut. Terutama ikan-ikan yang dikonsumsi, kita akan terus jaga laut Berau agar pendapatan nelayan terus melimpah,” jelasnya.

baca juga :  Ribuan Pakaian Bekas dari Malaysia Kotori Pulau Konservasi Sangalaki

 

Hiu paus yang didata di perairan Taliyasan, Berau, Kalimantan timur. Foto: Satker Balikpapan/BPSPL Pontianak/Mongabay Indonesia

 

Sementara itu, peneliti ikan sekaligus Dekan Fakultas Perikanan Universitas Mulawarman, Iwan Suyatna, mengatakan Laut Berau termasuk alur ruaya biota mamalia laut, seperti paus, lumba-lumba termasuk hiu dan lainnya. Di dalam RZWP3K pemprov Kaltim, tercatat alurnya dekat dengan Pulau Maratua. “Lautnya memang termasuk dalam (deep sea) sesuai dengan kebutuhan lingkungan hidupnya,” sebutnya.

Iwan menjelaskan, ada beberapa alasan mengapa mamalia laut bisa terdampar ke daratan. Biasanya, karena individual tersebut sedang terserang penyakit atau karena luka berbagai sebab, seperti luka terkena jaring, kapal atau disengaja. Kemudian mamalia tersebut mengalami disorientasi. Jika paus atau lainnya terdampar dalam kondisi suda busuk, artinya bisa jadi mamalia tersebut sudah menderita sakit dan ketika terdampar cepat membusuk.

“Disorientasi yang dimaksud adalah tidak tahu arah dan tidak mampu mengendalikan diri. Bisa jadi umurnya sudah tua, sehingga semua kemampuan organ tubuh nenurun, sementara arus laut atau lautan yang dinamis perlu keseimbangan tubuh yang prima,” jelasnya.

Menurut Iwan, terdamparnya mamalia laut kadang kala lebih satu atau bergerombol. Terkait dengan ini, satu diantara sifat biota mamalia laut adalah pelagis (berenang di permukaan air) sehingga efeknya jika terjadi iklim ekstrim angin besar, badai atau efek oseanografis arus kuat, maka terdamparnya populasi mamalia sangat dimungkinkan.

Selain dua penyebab itu, Iwan juga mencatat biota mamalia laut memiliki nilai ekonomis dari berbagai aspek sebagai makanan, kesehatan, wisata, bahan eksperimen dan lainnya. Sehingga sengaja diburu dan dapat mencederai fisik, sehingga mengganggu kesimbangannya. “Sengaja diburu denga fisik yang cidera juga menjadi satu diantara banyak faktor penyebab terdamparnya mamalia,” pungkasnya.

menarik dibaca :  Bentang Laut Sulu Sulawesi, Jantung Segitiga Karang Dunia

 

Paus pilot yang mati di di Pantai Harapan, Kecamatan Biduk-Biduk, Kabupaten Berau bagian selatan, Kalimantan Timur. Foto: DKP Berau/BPSPL Pontianak/Facebook Whale Shark Indonesia

 

Exit mobile version