Mongabay.co.id

Durian asal Banyumas J-Queen Sempat Dihargai Hingga Rp14 Juta. Layakkah?

 

Akhir Januari lalu, berita heboh datang dari Tasikmalaya, Jawa Barat (Jabar). Di salah satu plasa kota setempat yakni Asia Plaza menjual durian bernama J-Queen yang harganya fantastis. Sebuah durian dihargai Rp14 juta atau kisaran US$ 1.000. Kabar itu cukup menyita pemberitaan mulai dari media lokal, nasional, bahkan internasional.

Sebagai contoh, CNN online menampilkan sebuah berita yang diberi judul  $1,000 price tak for unique Indonesian durian raises a stink. Demikian juga dengan media Inggris, The Guardian yang menurunkan beritanya Stinking rich? Rare durian fruit go on sale for $1000 each. Situs Huffingtonpost juga memberitakan Pungent “J-Queen” Durian Fruits Sell For $1.000 In Indonesia.

Lalu benarkah durian J-Queen laku hingga Rp14 juta?

Pemilik durian J-Queen asal Desa Alasmalang, Kecamatan Kemranjen, Banyumas, Sudarno (43) menegaskan kalau durian J-Queen memang laku seharga Rp14 juta. “Kebetulan, kami hanya membawa empat buah durian jenis J-Queen ke mal Asia Plaza di Tasikmalaya. Dari empat buah durian, hanya dua yang laku. Tetapi saya tidak tahu siapa yang membeli, sehingga tidak diketahui identitasnya. Kalau yang dua sudah pecah, sehingga ditarik,” jelas Sudarno yang ditemui Mongabay Indonesia pada Kamis (7/2/2019) lalu.

baca :  Bukan Festival Durian Biasa di Desa Ekowisata Sedahan Jaya

 

Seseorang menunjukkan durian J-Queen yang dijual di Asia Plaza Tasikmalaya dengan harga fantastis. Foto : Instagram plazaasia.official/Mongabay Indonesia

 

Sudarno mengatakan nama J-Queen disematkan setelah pertemuan dengan para petani di Desa Bogangin, Kecamatan Sumpiuh. “Memang, pohon J-Queen itu berada di Desa Bogangin. Usianya sekitar 20-30 tahun. Kebetulan tahun ini, buah duriannya dapat dipanen. Itu pun sangat terbatas. Hanya sekitar 20 buah. Namun, yang benar-benar dapat dipanen sebanyak tujuh buah, sebab 13 lainnya jatuh prematur. Dari tujuh buah, tiga di antaranya dinikmati para petani, sedangkan empat lainnya dibawa ke Tasikmalaya. Sama seperti pohon durian lainnya, setiap tahun memang berbuah. Tetapi, biasanya hanya tiga tahun sekali yang dapat dipanen. Misalnya, tahun ini bisa dipanen, namun dua tahun lalu sama sekali tidak ada durian J-Queen yang dipanen. Memang berbunga dan berbuah namun jatuh prematur. Inilah sebetulnya yang terjadi, bukan tiga tahun sekali berbuah,” jelasnya.

Menurutnya, J-Queen itu istimewa sebagai durian lokal khas Bogangin. Durian tersebut memiliki ciri khas wangi yang lebih kuat jika dibandingkan dengan durian lainnya. “Misalnya ada durian 100 buah, orang bisa memilih mana J-Queen, karena mempunyai bau yang paling kuat. Rasanya juga sangat enak, manis sekali. Bahkan, di tenggorokan rasa manisnya tidak hilang-hilang. Kalau bersendawa pun masih terasa durian J-Queen. Buahnya tidak terlalu besar. Warna daging buahnya kuning oranye atau oranye agak redup,”ungkapnya.

Ihwal harga yang fantastis karena mencapai Rp14 juta, Sudarno mengatakan kalau itu merupakan kesepakatan antara petani dengan orang yang menjadi sponsor mereka. “Jadi sebetulnya, waktu kami membawa J-Queen ke Asia Plaza, kami juga membawa jenis-jenis durian lainnya. Namun, sejak awal kami sengaja akan mengenalkan J-Queen sebagai ikon durian lokal dari Bogangin dengan harga yang luar biasa. Durian ini memang istimewa, tetapi soal harga juga merupakan bentuk pengenalan. Supaya orang mengenal Bogangin sebagai penghasil durian berkualitas.”

baca juga :  Asiknya…Nikmati Durian sambil Jaga Hutan

 

Sudarno, pemilik durian J-Queen dari Desa Bogangin, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah yang sempat menghebohkan karena harganya Rp14 juta per buah. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Ia mengatakan sejauh ini, selain J-Queen, bersama para petani di Bogangin, setidaknya telah memetakan ada 15 jenis durian lokal dari Bogangin. Ada yang dinamakan Mustika yang daging buahnya berwarna kuning oranye, kemudian Ceri sebuah durian kecil tapi dalamnya luar biasa. Ada pula durian Bogangin yang kulitnya hijau, dagingnya agak kuning dan rasanya manis. Selain jenis lokal, ada juga durian Musang King dan Duri Hitam yang tumbuh bagus di sini.

“Bahkan, petani di sini sudah ada yang menjual Musang King dengan harga Rp420 ribu/kg. Nah, kalau nanti J-Queen panen lagi, maka kemungkinan harganya tidak lagi Rp14 juta. Mungkin harganya sudah standar. Bagi petani Bogangin, standarnya berkisar antara Rp500 ribu hingga Rp600 ribu/kg,” ujarnya.

Hingga kini, Sudarno dan para petani di Bogangin masih merahasiakan di mana letak pohon durian J-Queen tersebut. Namun dipatikan, pohonnya berada di Bogangin. Pohon itu tumbuh dengan ribuan pohon durian lainnya di desa setempat. “Mohon maaf, kami masih merahasiakan letak pohon itu. Namun kami pastikan pohon tersebut ada,” tegasnya.

Ia juga menyinggung soal beredarnya video ada orang yang mencicipi durian J-Queen. Yang jelas, kata Sudarno, yang dicicipi dalam video tersebut bukanlah J-Queen yang kabarnya rasanya masih kalah sama durian Tembaga, bahkan durian asal Banyumas lainnya yakni Bawor. “Ya terserah, hak mereka untuk menilai. Tetapi saya yakinkan, kalau itu bukan J-Queen. Sebab, J-Queen pohonnya cuma satu dan buahnya hanya empat. Itu pun (buahnya) sudah habis,” tandasnya.

menarik dibaca : Ribuan Pohon Durian Terancam Proyek Bendungan Bener

 

Suratman menunjukkan durian hasil panen dari Desa Bogangin, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, Jateng. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Bogangin yang merupakan desa di Kecamatan Sumpiuh itu cukup istimewa. Hampir 95% keluarga dipastikan memiliki pohon durian. Letak desanya sekitar 30 km dari pusat Kota Purwokerto. Desanya berada di perbukitan yang sejajar dengan sentra durian lainnya di Banyumas yakni Desa Alasmalang, Kemranjen.

Petani yang juga pengepul durian di Desa Bogangin, Suratman (42), mengatakan produksi durian di Bogangin cukup melimpah. Sebagai contoh, tahun ini dirinya mendapatkan hasil dari kebunnya senilai Rp25 juta. Jumlah tersebut agak menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang dapat mencapai Rp100 juta.

“Namun secara umum, produksi durian dari Bogangin masih sangat bagus. Tahun ini, saya perkirakan produksinya bisa mencapai 300 ton dari berbagai jenis baik lokal maupun dari daerah lain. Kalau per kg dirata-rata Rp50 ribu saja, maka pada panenan dari akhir 2018 hingga awal 2019 mampu menghasilkan Rp15 miliar. Itu perhitungan kasarnya,”jelas Suratman.

Suratman mengungkapkan harga durian di Bogangin sangat variasi. Ada juga durian yang dijual per biji, namun umumnya per kg. Ada berbagai jenis durian, bahkan yang bukan asli Banyumas, dapat tumbuh di Bogangin. “Sebagai contoh, di sini ada Musang King yang dijual oleh petani dengan harga Rp200 ribu hingga Rp250 ribu. Rata-rata per biji antara 1,5 kg hingga 3 kg. Kemudian ada jenis Duri Hitam yang harga jualnya mencapai Rp200 ribu. Demikian juga dengan jenis D24 yang dihargai Rp100 ribu per kg. Untuk jenis lokal ada Bawor yang harganya Rp50 ribu hingga Rp60 ribu per kg. Namun bisa saja harganya akan lebih tinggi, tergantung kualitas duriannya,”jelas Suratman.

baca juga :  Foto: Keren, Inilah Desa-Desa Berbingkai Pohon Buah Asli Kalimantan

 

Buah durian yang selalu menggoda dan ditunggu musimnya. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Sementara Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dintan KP) Banyumas Widarso mengaku kalau ada sejumlah daerah yang menjadi sentra durian terutama perbukitan antara Kemranjen, Sumpiuh sampai Tambak. Namun demikian, ia mengaku belum melihat durian J-Queen yang menghebohkan tersebut.

“Belum tahu J-Queen seperti apa. Namun kalau durian lokal yang telah diakui oleh Kementerian Pertanian (Kementan) adalah durian Kromo atau Bawor. Durian tersebut sudah menjadi ikon Banyumas. Duriannya cukup besar dengan daging buahnya yang tebal, rasanya manis. Ke depan, Banyumas akan mengajukan satu jenis durian lokal lainnya yang bakal diberi nama Togog. Saat sekarang masih dalam proses pendaftaran nama,”jelas Widarso.

Mungkinkah nanti akan mengajukan juga untuk durian local J-Queen?

 

Exit mobile version