Mongabay.co.id

Menikmati Misteri dan Magisnya Kopi Rayap, Apa yang Menarik?

Secangkir kopi Robusta dari Buleleng dan pisang goreng menemani kabut saat memandangi panorama danau Buyan dan Tamblingan yang berdampingan dari kejauhan. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Bicara kopi, apakah Jember masuk dalam daerah yang harus dikunjungi? Pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia (Puslit Koka) ada di kota ini.

Selain Puslit Koka, jejak kolonial Belanda pada komoditas kopi lekat di Jember. Di kebun Rayap, ada villa tua peninggalan Belanda, rumah-rumah petugas perkebunan peninggalan Belanda yang tak berpenghuni, dan bangunan pabrik klasik. Wisata agro kopi yang magis dan misterius.

Villa Koffie Rayap. Itu titik di peta online yang bisa jadi panduan menuju sebuah area hijau dan legendaris kebun dan pabrik kopi di Jember, Jawa Timur ini.

Lengkapnya Wisata Agro Rayap Kebun Renteng dikelola PTPN XII. Perjalanan menuju kampung dan pabrik kopi Rayap hanya sekitar setengah jam berkendara dari pusat kota Jember. Ke arah utara, di kawasan perbukitan. Setelah 20 menit dari kota yang panas, suasana mulai berubah sejuk dengan lebatnya pepohonan dan lembah.

Kota Jember pun nampak saat kendaraan makin naik ke bukit. Jalan menyempit, sampai tiba di kampung Rayap, masuk pemukiman, rumah-rumah sederhana resik dengan tanaman pot digantung di beranda. Memasuki pos penjagaan, terlihat pohon kopi ditanam rapi di tebing-tebing bukit. Dibuatkan terasering sehingga bisa ditanam berundak.

Aliran sungai juga menyibak kebun-kebun kopi di bawah jalan setapak. Gemericik air melewati bebatuan besar membuat kaki ingin segera melangkah ke sana, bermain air.

Ada satu lagi yang menyihir mata, sebuah bangunan villa tua dengan jendela-jendela besar khas arsitektur peninggalan kolonial. Villa Koffie atau Wisma Rayap sebutannya. Berandanya menghadap ke jalan setapak dan sungai. Sejumlah kamar berukuran besar dengan kasur-kasur ditata berbaris, lengkap dengan bantal dan selimut. Ada kamar khusus laki-laki dan perempuan. Sepertinya sering disewa oleh rombongan yang outbound atau belajar kopi.

baca :  Menikmati Coklat di Coffee and Cocoa Science Techno Park Jember

 

Wisata Agro Rayap Kebun Renteng yang dikelola PTPN XII atau Rolas. PTPN XII mengembangkan banyak wisata agro di Jawa Timur, dari Ngawi sampai Banyuwangi. Foto: Anton Muhajir/Mongabay Indonesia

 

Pada akhir Desember lalu kami mengikuti tur belajar kopi, ditawarkan Hasti Utami, seorang perempuan muda warga Jember yang sedang getol mempersiapkan wisata alam. Tahun 2017 lalu ia merilis paket tur bertajuk Tamasya Bus Kota ke sejumlah tempat plesiran di Jember. “Banyak sekali potensi wisata alam Jember yang belum dikenal,” katanya.

Perjalanan ke kebun kopi Rayap ini belum masuk dalam paket regulernya. Ia sedang memetakan potensi-potensi perkebunan yang bisa dijadikan wisata edukasi.

Seorang pria petugas kebun mengajak berkeliling kawasan untuk memulai tur kopi mulai dari kebunnya. Mengenal cara membibitkan jenis kopi yang ditanam. Area pembibitan terlihat penuh dengan demplot-demplot budidaya bibit unggul yang cocok ditanam di area ini.

Calon bibit kopi disemai, setelah 3 bulan keluar akar baru ditanam. Selama 3-4 bulan plastik penutup area bibit tak boleh dibuka, kecuali saat disiram. Agar tak mudah diserang penyakit.

Sejumlah peserta tur bertanya soal pembuatan pupuk organik, di sini menggunakan stimulasi pupuk kencing sapi campur kelapa muda, sebagai perangsang akar.

Tiap kebun kopi memiliki ceritanya sendiri. Termasuk pohon-pohon penaungnya. Di kebun ini memilih lamtoro. Di perkebunan lain seperti ada yang menggunakan aneka buah seperti durian (Pupuan, Tabanan), jeruk (Kintamani-Bangli).

Lamtoro dipilih karena daunnya tidak meranggas, seperti jati. Lamtoro juga memiliki daun relatif kecil, jadi matahari tak tertutup total. Siang hari, daunnya mekar, lalu sore metutup seperti tanaman perdu Putri Malu.

baca juga :  Foto : Cerita Kopi dari Ciwidey

 

Menapak kebun kopi dengan penaung pohon lamtoro di Wisata Agro Rayap, Jember, Jatim. Foto: Anton Muhajir/Mongabay Indonesia

Dari demplot pembibitan, kami lanjut jalan kaki turun menuju aliran sungai yang memandu ke pabrik pengolahan biji kopi. Sekitar 15 menit melewati jalan berbatu, mes-mes tua tempat tinggal petugas kebun dan pabrik di masa lalu. Masih lengkap dengan daftar nama di depan pintu masuknya.

Jembatan menghubungkan kompleks pabrik dengan villa yang dipisahkan sungai. Arsitektur pabrik era Belanda makin kental di area pabrik. Tua dan klasik namun masih menawan.

Di sini kopi diolah dari gelondongan dengan kulit luarnya sampai bersih dengan cara basah, menggunakan alat-alat tua yang masih dirawat, sampai jadi biji kopi hasil sortiran siap dijual (green bean). Pengolahan biji kopi bukan hal sederhana, ada proses dan penanganan berbeda sesuai lapisan biji kopi itu sendiri. Ada cara basah dan kering.

Ruangan paling riuh adalah bagian sortir. Saat itu Bu Yanto, seorang mandor ramah sedang mengawasi puluhan pekerja perempuan. Mereka bekerja dengan teliti, memisahkan jutaan biji ke area-area ditandai. Sampai mendapat biji paling baik, tanpa rusak, compeng, dan terlihat kehitaman.

Pekerjaan yang butuh konsentrasi tinggi. “Kalau masih belum baik ulang lagi,” ucap Bu Tayanti, salah seorang pekerja melirik mandor sambil tersenyum. Dalam setahun, ia kerja menyortir kopi sekitar 5-6 bulan saja mengikuti masa panen dan persediaan. Saat ini ia mampu menyortir sekitar 40 kg per hari.

menarik dibaca :  Mengenal ‘Emas’ Hitam dari Toraja

 

Pekerja perempuan menyortir kopi untuk mendapat yang terbaik di pengolahan kopi Wisata Agro Rayap Kebun Renteng, Jember, Jatim. Foto: Anton Muhajir/Mongabay Indonesia

 

Walau tidak ada proses menggoreng atau sanggrai kopi jadi bubuk, pengunjung bisa memenuhi hasrat menghirup aroma kopi hasil kebun di meja cupping test. Ini proses yang perlu dipelajari dengan serius jika ingin benar-benar bisa mengidentifikasi aroma, keasaman, dan citarasa kopi hasil olahan. Tak banyak yang memiliki kemampuan profesional seperti ini karena keahliannya akan berpengaruh pada nilai ekonomis kopi, misalnya di ajang lelang kopi dunia.

Seorang pegawai pabrik perempuan menyiapkan sejumlah mangkok berisi beragam serbuk kopi. Dideretkan setengah lingkaran di kedua sisi meja bundar. Kami dipersilakan melihat dan membaui. Ia tak banyak menjelaskan, hanya mempersilakan.

Teko air mendesis tanda air matang siap menggenangi bubuk kopi. Aromanya meruap ke ruang kecil seperti dapur ini. Biarkan beberapa saat sebelum diajak menghirup aroma yang keluar setelah ampas dibersihkan sebagian. Selanjutnya bisa menyuapkan ke mulut sesendok dengan gerak cepat mendesis. Bukan untuk diminum tapi hanya merasakan di rongga mulut dan bawah lidah.

Aroma apakah yang bisa ditangkap indera? Bunga, buah, gurih kacang sangrai, karamel, atau lainnya. Masih ada proses pencecapan indera perasa lainnya untuk mengidentifikasi keasaman dan kekentalannya. Jalan panjang sebelum tiba di kedai kopi dan kita meneguknya.

Mengenal proses kopi dari kebun ke gelas ini akan menambah rasa penghargaan pada petani dan pengolahnya. Kopi, tanaman bernilai ekonomi tinggi yang bisa hidup berdampingan dengan pohon perindangnya.

baca juga :  Kopi Aroma Unik Ini Bersahabat dengan Lahan Gambut

 

Cupping test bagi penikmat kopi adalah upacara mengidentifikasi aroma, citarasa, dan karakter kopi dalam proses dan pengetahuan kompleks. Foto: Anton Muhajir/Mongabay Indonesia

 

Obyek wisata agro perkebunan kopi yang dikelola PTPN XII (populer dengan nama Rolas) di kawasan Jawa Timur ini berderet dari Ngawi sampai Banyuwangi. Agrowisata Rayap salah satunya. Lainnya misalnya Obyek Wisata Agro (OWA) Wonosari-Lawang-Malang (perkebunan Teh). Panorama sekitarnya adalah Gunung Bromo, Gunung Arjuna, Candi Singasari, dan lainnya.

Ada juga OWA Kalisat/Jampit (Arabica Homestay)-Sempol-Bondowoso (perkebunan Kopi Arabika). Obyek wisata sekitarnya adalah Kawah Ijen. Kemudian ada OWA Blawan (Catimor Homestay)-Sempol-Bondowoso (perkebunan Kopi Arabika).  Ada kebun edukasi jeruk, strawberry, dan panorama kawasan Ijen.

Menggabungkan potensi perkebunan dengan wisata alam makin berkembang. Sebuah peluang masuk kebun bersama anak-anak dengan lebih aman dan nyaman. Tantangan bagi pengelolanya adalah menambah informasi untuk berbagi pengetahuan keragaman hayati kawasan dan sejarahnya.

***

Keterangan foto utama : Secangkir kopi Robusta dari Buleleng dan pisang goreng menemani kabut saat memandangi panorama danau Buyan dan Tamblingan yang berdampingan dari kejauhan. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

Exit mobile version