Mongabay.co.id

Kisah Kampung yang Tenggelam di Angkernya Danau Koliheret

Seorang wisatawan berdiri dekat Danau Koliheret di desa Watudiran kecamatan Waigete kabupaten Sikka, NTT. Foto : John Oriwis/sikkakab.go.id/Mongabay Indonesia.

 

Bagi masyarakat kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), nama Danau Koliheret terasa asing di telinga. Hanya segelintir orang yang pernah menatap danau ini karena dianggap angker.

Apalagi perjalanan menuju Danau Koliheret di dusun Klahit, desa Watudiran kecamatan Waigete, Sikka terasa melelahkan karena jalan yang rusak berlubang dan di beberapa titik  dialiri air saat musim hujan.

Kepala desa Watudiran, Maxentius Maxmulianus mengakui danau Koliheret dahulu dianggap angker, sehingga warga desa takut mendatanginya. Tapi sejak peringatan Hari Malaria Sedunia 2017 di Sikka, akses dibuka dengan memindahkan keangkerannya ke sebelah barat danau melalui ritual adat.

“Kita berusaha mengumpulkan tokoh masyarakat yang ada. Dikumpulkan 7 kepala suku (dengan ritual adat) agar kesan angker tidak terjadi lagi,” sebut Maxentius kepada Mongabay-Indonesia, Sabtu (23/3/2019).

baca : Flores Itu Tak Hanya Pulau Komodo dan Danau Kelimutu

 

Kawasan Danau Koliheret di desa Watudiran kecamatan Waigete kabupaten Sikka, NTT yang berbatasan dengan perbukitan di gunung Egon, kawasan hutan lindung Egon Ilimedo. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Pembukaan danau itu bertujuan untuk pengelolaan yang lebih baik karena hasil penelitian Dinas Kesehatan kabupaten Sikka menunjukkan danau Koliheret menjadi sumber penyebaran nyamuk malaria di desa Watudiran.

Sejak 2015 hingga 2017, terjadi kasus penyakit Malaria tertinggi di kabupaten Sikka  yang terjadi di dusun Klahit, desa Watudiran.

“Dinas Kesehatan Sikka telah menyebarkan ikan kepala timah (Aplocheilus panchax) pemakan jentik nyamuk. Dengan adanya pelepasan ikan ini kasus malaria menurun drastis,” ungkapnya.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan kabupaten Sikka, Avelinus S. Nong Erwin menyebutkan ada 34 dari 351 warga desa Watudiran yang terserang malaria pada 2016.  Pada 2017,  ada 42 dari 802 warga yang terkena malaria.

Setelah pelepasan ikan, jumlah penderita malaria menurun sebanyak 7 dari 271 orang. Dan hingga akhir Maret 2019, hanya satu orang yang terkena malaria.

Pada 2016, angka Annual Parasite Incidence (API) mencapai 31,04 per 1.000 penduduk. Artinya dari 1.000 penduduk, 31 orang positif malaria. Angka API meningkat pada 2017 mencapai 31,09/1.000 dan 25,7/1.000 penduduk pada 2018.

“Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah endemis tinggi malaria karena angka API-nya diatas 5 per 1.000 penduduk. Daerah endemis rendah angka API-nya di bawah 1 per 1.000 penduduk,” terangnya.

Erwin bersyukur masyarakat sadar sehingga membersihkan danau Koliheret dan mempersilahkan Dinas Kesehatan melepas ikan pemangsa jentik nyamuk sehigga kasus malaria menurun.

baca juga : Kojadoi, Pesona Jembatan Batu di Pulau Tanpa Kendaraan Bermotor

 

Danau Koliheret di desa Watudiran kecamatan Waigete kabupaten Sikka, NTT, yang berada di lembah yang diapit perbukitan yang dikelilingi hutan bambu. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Ayam Rano

Petrus Hugo Pulung (69) pemilik lahan di danau Koliheret sekaligus ketua adat mengatakan sekarang danau yang dianggap angker itu bisa dikunjungi wisatawan.

Petrus menceritakan kisah yang membuat danau Koliheret angker. Dahulu, nenek moyangnya membuka kebun di sebuah daerah yang bernama Duking. Lumbungnya beradadi Wua Bahang Bale Kloang. Seorang saudara dan saudari kandung hidup dan menjaga lumbung tersebut.

Saat menjaga lumbung, keduanya hidup sendirian ibarat suami isteri, meski hal ini dilarang secara adat. Usai panen, mereka kembali ke kampung Koliheret.

Usai mengetam padi, biasanya diadakan syukuran usai panen yaitu pesta adat Togo Pare. Saat pesta, digelar tarian Tandak dimana kedua saudara kandung itu ikut menari bersama warga.

“Saat asyik menari, malam itu terjadi hujan lebat dan air mulai memenuhi kampung yang terdiri sekitar 50 rumah. Kampung tersebut tenggelam. Keduanya menyembunyikan hal haram tersebut sehingga terjadilah bencana. Alam dan leluhur marah atas kelakuan keduanya,” tutur Petrus.

Saat pesta adat tersebut ada orang yang tidak ikut menari sehingga luput dari bencana. Keturunan mereka pun ada sampai saat ini di Ilianit. Ada perempuan tua yang selamat dengan membawa ayam. Tapi dirinya menoleh kebelakang hingga berubah menjadi batu.

Ayam peliharaan warga kampung turut tenggelam. Ayam-ayam itu tetap hidup di danau dan terus berkembang biak hingga sekarang. Ayam-ayam tersebut dinamakan Manu Rano atau Ayam Rano.

“Untuk memanggilnya kita harus memukul kayu pepohonan di sekitar danau. Bisa juga dengan bertepuk tangan. Biasanya ayamnya muncul pagi dan sore hari,” ucap Petrus.

menarik dibaca : Penat Terlepas di Pusuk Pass

 

Rimbunan pepohonan besar membuat areal sekitar danau Koliheret di desa Watudiran kecamatan Waigete kabupaten Sikka , NTT, tampak sejuk. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Saat menyambangi danau dengan warga, Mongabay-Indonesia menyaksikan ayam-ayam tersebut muncul ke permukaan di tengah danau ketika pengunjung bertepuk tangan. Tapi hanya kepalanya yang terlihat dan jumlahnya puluhan ekor.

Ada juga pohon Koli kata Petrus yang sesewaktu muncul ke permukaand anau. Daunnya berwarna kuning. Juga ada tiang-tiang bekas rumah-rumah penduduk yang biasa juga muncul dan terlihat.

 

Segera Ditata

Bersama pemilik lahan, tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan pemerintah, Danau Koliheret mulai dibuka untuk destinasi wisata demi meningkatkan perekonomian warga.

Sebelum kegiatan dari Dinas Kesehatan, Maxentius mengatakan tokoh masyarakat telah menyerahkan proposal inisiatif pengelolaan danau Koliheret kepada Dinas Pariwisata Pemkab Sikka.

Warga juga telah mengusulkan pengelolaan danau Koliheret untuk aset wisata dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Namun usulan itu belum ditindaklanjuti.

“Fasilitas mungkin secara berjenjang akan dibangun dari dana desa, tetapi SDM pariwisata lokal yang kita dahulukan. Tahun 2019 dianggarkan dana untuk pendidikan bagi pemandu lokal dan warga mengenai pelayanan kepada wisatawan,” terang Maxentius.

Pemdes Watudiran mengharapkan segera ada desain penataan danau dan anggaran dari Pemkab Sikka, termasuk untuk membersihkan tanaman liar dan lumpur di sekitar danau seluas satu hektar itu.

Sedangkan pepohonan besar tetap dilarang ditebang agar sekitar danau tetap hijau, termasuk bambu kuning (Bambusa vulgaris) yang melingkari danau, yang dahulu ditanam untuk memagari kampung.

baca juga : Wawancara Marta Muslin: Turisme Labuan Bajo Harus Buat Warga Lokal Sejahtera

 

Warga dan para jurnalis mengunjungi danau Koliheret yang berada persis di pinggir jalan kabupaten di desa Watudiran kecamatan Waigete kabupaten Sikka. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Danau Koliheret berbatasan dengan kawasan hutan lindung Egon Ilimedo di bagian barat. Pinggir danau berkedalaman 3 meter, sedangkan tengahnya berkedalaman 10 meter.

Danau ini berjarak sekitar 50 km arah timur kota Maumere dan bisa dijangkau dengan menyewa sepeda motor seharga Rp.150 ribu sehari atau mobil travel seharga Rp.350 ribu.

Pengunjung yang membawa kendaraan pribadi bisa melewati jalur utara dari pertigaan Patiahu menuju ke arah selatan melewati desa Runut hingga mendekati perbatasan desa Hale kecamatan Mapitara. Jalan berbatu sekitar 3,6 kilometer selepas desa Runut, sisanya beraspal mulus dan berlubang di beberapa badan jalan.

Petrus selaku ketua adat mendesak pemerintah agar segera menata. “Harus cepat dibersihkan mumpung saya masih hidup. Adat sudah dibuat dan batunya pun sudah dipindahkan ke bagian barat atau bagian atas danau sehingga tidak haram (angker) lagi. Danau itu harus dibersihkan sehingga wisatawan bisa mengunjunginya dan bermanfaat bagi pengembangan ekonomi masyarakat,” tegasnya.

***

Keterangan foto utama : Seorang wisatawan berdiri dekat Danau Koliheret di desa Watudiran kecamatan Waigete kabupaten Sikka, NTT.  Foto : John Oriwis/sikkakab.go.id/Mongabay Indonesia.

 

Exit mobile version