Mongabay.co.id

Dinyatakan Punah 136 Ribu Tahun Silam, Burung Ini Muncul Kembali

 

 

Pernah dengar nama Atol Aldabra? Karang terbesar ke dua di dunia ini luasnya mencapai 60 mil persegi. Letaknya 265 mil barat laut Madagaskar, di Samudera Hindia, sebagai rumah besar ratusan spesies, termasuk kura-kura raksasa Aldabra.

Sekitar 136 ribu silam, banjir besar melanda pulau-pulau itu, menghancurkan semua kehidupan. Termasuk, burung seukuran ayam yang disebut burung mandar Aldabra. Burung ini dapat dikenali dari bulu bercorak putih di tenggorokannya.

Di masa lalu, jenis ini diyakini sempat mendiami Pulau Aldabra. Di sini, berevolusi hingga menjadi burung yang tak bisa terbang dikarenakan sedikitnya predator yang ada. Kemampuan terbang menjadi hal yang tidak begitu dibutuhkan. Jenis ini pun dinyatakan punah ketika Pulau Aldabra hilang ditelan ombak dan tergenang ribuan tahun.

Baca: Anis-Bentet Sangihe, Burung Kritis yang Dikeluarkan dari Daftar Dilindungi

 

White-throated rail atau mandar dengan bulu putih di tenggorokan. Foto: Charles J Sharp/UNIVERSITY OF PORTSMOUTH/CC BY-SA 4.0/Creative Commons

 

Kini, burung ini seolah lahir kembali. Tim peneliti mengungkapkan, jenis ini bisa kembali ‘hidup’ setelah melalui proses evolusi sangat langka yaitu iterative evolution atau evolusi berulang.

Ribuan tahun lalu, mandar berleher putih Madagaskar [Dryolimnas cuvieri] bermigrasi ke Mauritius, Reunion, dan pulau-pulau batu kapur di Atol Aldabra. Di sana, dengan tidak adanya predator, mereka kehilangan kemampuan terbang, membentuk subspesies baru yang dikenal sebagai burung mandar Aldabra (Dryolimnas cuvieri aldabranus).

Diperkirakan, setelah banjir melanda pulau ini [136 ribu tahun silam], sekitar 100 ribu tahun lalu, zaman es menyebabkan turunnya permukaan laut, membuat atol Aldabra dapat dihuni kembali. Sehingga, burung mandar terbang dari Madagaskar ke sini, tanpa adanya predator. Mereka pun kehilangan kemampuan terbang sekali lagi.

Baca juga: Dodo, Burung Misterius yang Mulai Terungkap Latar Kehidupannya

 

Fosil tulang sayap mandar Dryolimnas yang terbang [kanan] dan tidak terbang [kiri]. Foto: Dr Julian Hume via IFL Science

 

Pada dasarnya, spesies mandar Madagaskar melahirkan dua subspesies yang juga tidak dapat terbang dalam waktu beberapa ribu tahun. Hal ini sangat tidak biasa. Para ilmuwan dari Universitas Portsmouth dan Natural History Museum, Inggris, sampai pada kesimpulan ini setelah menganalisis fosilnya sebelum dan sesudah peristiwa tenggelamnya Atol Aldabra. Keduanya tidak dapat terbang.

“Skenario ini mungkin tampak mengejutkan, tetapi burung-burung mandar dikenal sebagai burung ulet, dapat berevolusi cepat jika kondisi alam sekitar tak sesuai,” jelas penulis penelitian dalam Zoological Journal of Linnaean Society. “Karena itu, kemungkinan penyebaran Dryolimnas dari Madagaskar ke Aldabra terpencil terjadi beberapa kali, seperti yang  juga dilakukan kura-kura raksasa.”

 

Aldabra Atoll (Seychelles). Foto: Ron Van Oers/© UNESCO/Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 IGO

 

Penelitian ini tidak hanya menandai pertama kali evolusi berulang dicatat pada burung mandar tetapi memberikan satu contoh terbaik fenomena burung keseluruhan.

“Hanya di Aldabra, yang memiliki catatan paleontologis tertua dari pulau samudera manapun di kawasan Samudera Hindia, adalah bukti fosil yang menunjukkan efek perubahan permukaan laut pada peristiwa kepunahan dan rekolonisasi,” jelas Profesor David Martill dari University of Portsmouth dalam sebuah pernyataan, dilansir dari IFL Science.

“Fosil unik ini memberikan bukti tak terbantahkan bahwa anggota keluarga burung mandar menghuni Atol Aldabra, kemungkinan besar dari Madagaskar, dan menjadi tidak bisa terbang secara independen pada setiap kesempatan,” ungkap ketua peneliti Dr. Julian Hume dari Museum Sejarah Alam London, dikutip dari CNN.

“Bukti fosil yang disajikan unik, menjelaskan kemampuannya untuk kembali mengkoloni pulau-pulau terpencil dan berevolusi terbang kembali,” tandasnya. [Berbagai sumber]

 

 

Exit mobile version