Mongabay.co.id

Erin, Kisah Gajah Belalai Buntung yang Viral

 

 

Erin, Siapakah gerangan? Dia adalah anak gajah piatu yang namanya viral tiga tahun silam. Saat Tim Elephant Rescue Unit [ERU] bersama SPTN Wilayah I Way Kanan, Resort Susukan Baru dan mitra menemukannya di perbatasan Rawa Arjo, RPTN Susukan Baru, Way Kambas, pada 23 Juni 2016, kondisinya sungguh memprihatinkan.

Dia sendirian. Tubuhnya kurus, malnutrisi, dan dehidrasi. Beratnya hanya 250 kilogram. Lebih menyedihkan, belalai gajah betina ini buntung. Diduga, terkena jerat pemburu liar yang ingin menangkap rusa atau babi hutan. Duh!

Penanganan cepat dilakukan. Erin dirawat di Rumah Sakit Gajah Prof. Dr. Ir. H. Rubini Atmawidjaya, yang berada di Pusat Latihan Gajah [PLG] Way Kambas, Lampung. Tim dokter melakukan terapi luka hingga memberikan suplemen yang dibutuhkan. Pengobatan intensif dilakukan, guna mengembalikan kondisi idealnya.

Bagaimana pertumbuhan Erin di usia lima tahun kini? Kamdani, mahout di PLG Way Kambas yang turut memantau Erin mengatakan, perkembangannya cukup baik. Dia sehat, ceria, dan banyak yang memperhatikan.

“Meski berkebutuhan khusus karena belalainya putus, Erin baik-baik saja. Urusan makan, dia tidak kesulitan. Bila makan rumput rendah, dia menunduk dan terus berusaha mendapatkan apa yang diinginkan,” ujarnya, awal Mei 2019.

Baca: Ketika Konflik Gajah Tidak Lagi Merugikan Warga Braja Harjosari

 

Erin yang kian pintar usia lima tahun. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Kamdani yang sudah menjadi mahout sejak 1994 menjelaskan, sejak evakuasi hingga sekarang, ikut mengamati perkembangan Erin. Menurut dia, perlakuan Erin sama sebagaimana gajah lainnya, hanya saja untuk makanan perlu mendapat tambahan buah dan vitamin.

“Kini, Erin disatukan dengan Pleno dan anaknya Nunik, yang masih menyusu. Erin akur karena setiap hari bersama,” terang lelaki yang bangga menjadi mahout, profesi yang tidak bisa dilakukan sembarang orang.

Baca: Ternyata, Manusia Bisa “Mengerti” Keinginan Gajah

 

Belalai Erin yang buntung sudah sembuh dan beradaptasi dengan baik dalam mencari pakan. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Diah Esti Anggraini, Dokter Hewan Rumah Sakit Gajah Way Kambas menuturkan, pertumbuhan fisik Erin sangat baik sebagaimana gajah lain yang lahir dan besar di PLG. Ia bergabung tanpa kesulitan.

“Belalainya tidak ada masalah. Sudah sembuh. Memang sempat dikatakan ada jamur, tapi sebenarnya bukan. Itu adalah proses pengobatan berupa salep,” jelasnya.

Esti mengatakan, belalai yang putus memang tidak tumbuh lagi. Namun, Erin sudah terbiasa dan dibiasakan mencari makan. Dengan adaptasi ini, hingga dewasa nanti, ia tidak akan menemui masalah.

Apakah Erin yang dibarengi Pleno dan Nunik akan cemburu, mengingat ia tidak mendapatkan kasih sayang dari induknya? “Terkadang ada juga, tapi kalau sudah biasa tidak. Kalau tidak mau pasti menjauh,” urainya.

Baca juga: Gajah Gigit Ekor Gajah, Pertanda Apa?

 

Erin yang kesehariannya dibarengi dengan gajah Pleno dan anaknya Nunik. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Dilatih

Elisabeth Devi Krismurniati, Koordinator Pusat Latihan Gajah Way Kambas Lampung kepada Mongabay menjelaskan, Erin sudah pandai dan terus dilatih. Memang ada perhatian lebih untuk gajah ‘berkebutuhan khusus’ ini. Dia sudah makan sendiri dan tidak rewel dengan kondisi yang ada. Erin kian menggemaskan.

Bahkan, saat usia empat tahun, Erin dengan berat 425 kilogram, sudah terampil makan rumput yang dicacah. Belalainya juga sudah bisa dipergunakan untuk makan pisang dengan cara dihisap, juga makan pelepah kelapa yang sudah dibersihkan kulitnya menggunakan bantuan kaki.”

Devi menuturkan, saat ini ada 42 individu gajah di PLG Way Kambas. Sebagian lagi, 26 individu gajah, ada yang difungsikan sebagai ERU [Elephant Response Unit]. Sekarang, sudah empat ERU beroperasi yaitu di Resort Margahayu, Tegal Yoso, Bungur dan di Braja Harjosari.

“Gajah-gajah tersebut disiagakan untuk mencegah terjadinya konflik di sejumlah desa penyangga Way Kambas.”

 

Erin saat usia empat tahun. Belalainya sudah sembuh dan bisa digunakan dengan baik. Foto: Dok. PLG Way Kambas

 

Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas, Subakir, sebelumnya menjelaskan Way Kambas merupakan rumah bersama lima mamalia besar [the big five mammals] yaitu gajah sumatera, harimau sumatera, badak sumatera, tapir, dan beruang.

Wilayah ini juga memiliki nilai penting kawasan yaitu sebagai Pusat Konservasi Gajah, dan memiliki Suaka Rhino Sumatera. “Ada lima tipe ekosistem di sini, mangrove, pantai, riparian, hutan rawa dan hutan hujan tropis,” terangnya.

 

Erin yang menjadi ikon perlindungan gajah sumatera. Foto: Dok. PLG Way Kambas

 

Pengamanan kawasan seluas 125 ribu hektar telah dilakukan melalui patroli dan penjagaan, yang dibarengi deteksi dini. Tidak hanya itu, penegakan hukum dan penyadartahuan beserta pemberdayaan masyarakat dijalankan guna menjaga kelestarian taman nasional yang secara administratif berada di dua kabupaten: Lampung Timur dan Lampung Tengah.

“Indonesia bangga dengan lima satwa kunci yang ada di Way Kambas, kita harus menyelamatkan bersama,” urainya beberapa waktu lalu.

 

Gajah sumatera di PLG Way Kambas, Lampung, yang merupakan satwa kebanggaan Indonesia. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Gajah sumatera [Elephas maximus sumatranus] adalah anak jenis gajah asia, satu dari dua spesies gajah di dunia. Beratnya bervariasi dari 2,25 ton hingga 5,5 ton per individu. Mamalia besar ini dapat tumbuh hingga tiga meter dari pundak ke kaki. Persebarannya, ada di hutan dataran rendah Sumatera.

Mengutip situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, jumlah gajah liar di Taman Nasional Way Kambas diperkirakan sebanyak 247 individu dengan rentang estimasi 220-278 individu. Angka ini berdasarkan metode Mark-Recapture yang menggunakan DNA kotoran gajah pada 2010.

Gajah merupakan satwa payung yang kehadirannya menandakan sehatnya suatu ekosistem, sekaligus menunjukkan ketersediaan sumber pakan yang mendukung kehidupan satwa lain. Di Lampung, secara khusus, gajah adalah maskot yang mendukung pariwisata berbasis satwa liar.

 

 

Exit mobile version