Mongabay.co.id

Inilah  Spesies Cecak Batu Baru di Gunung Muria

 

Cecak cecak di dinding, diam-diam merayap…

Datang seekor nyamuk, hap lalu ditangkap….

Lagu ini begitu popular di kalangan anak-anak di nusantara. Hampir semua anak di Indonesia mengetahui lagu ini. dan hewan yang dijadikan obyek dari lagu ini pun begitu dikenal masyarakat awam. Ini karena cicak banyak dan sering dijumpai di rumah-rumah ketika malam tiba, di dekat penerangan, untuk menanti serangga yang menjadi mangsanya, yang kebanyakan selalu tertarik akan cahaya lampu.

Cecak sendiri adalah hewan reptil yang biasa merayap di dinding atau pohon. Cecak berwarna abu-abu, tetapi ada pula yang berwarna coklat kehitam-hitaman. Cecak biasanya berukuran sekitar 10 centimeter. Cecak bersama dengan tokek dan sebangsanya tergolong ke dalam suku Gekkonidae.

baca : Inilah Cicak Spesies Baru dari Pegunungan Mekongga

 

Cnemaspis muria, spesies baru dari cecak batu di wilayah Gunung Muria, Jawa Tengah. Foto : LIPI/Mongabay Indonesia

 

Cecak ada banyak jenisnya, yakni :

 

Dan tahukah anda, Indonesia sebagai negara tropis, merupakan tempat yang sangat nyaman bagi berbagai macam jenis cicak untuk tumbuh dan berkembang.  Tidak heran pula, apabila spesies baru cecak ditemukan di Indonesia. Seperti yang baru-baru ini terjadi.

Sesuai dengan tempat di mana ditemukan, cecak ini dinamakan Cnemaspis muria. Cecak ini termasuk spesies yang cukup istimewa karena merupakan catatan pertama atas distribusi kelompok cicak batu (marga Cnemaspis) di pulau Jawa, ditemukan di gunung Muria, Jawa Tengah  yang dalam sejarahnya gunung ini pernah terpisah dari pulau Jawa.

baca juga : Cicak Jari Lengkung Tambora, Spesies Baru yang Meyakinkan Indonesia Juara Ragam Hayati

 

Cnemaspis muria, spesies baru dari cecak batu di wilayah Gunung Muria, Jawa Tengah. Foto : LIPI/Mongabay Indonesia

 

Penyebaran cecak marga Cnemaspis di Indonesia sebelumnya diketahui hanya sampai di daerah gunung Rajabasa, Lampung dan Kalimantan Barat serta pulau kecil di selat Karimata.

Adalah Andri IS Martamenggala dari Gaia pada awal hingga pertengahan Juli 2018, yang pertama menemukan dan menyadari bahwa cicak ini adalah salah satu spesies baru. Saat itu Andri takjub dan tidak percaya akan temuannya, karena selama ini marga cicak tersebut tidak pernah dilaporkan ada di Jawa, dan untuk menyakinkan temuannya tersebut ia menemui rekan-rekannya di LIPI dan selang dua minggu kemudian.

LIPI pun membentuk tim yang terdiri dari Awal Riyanto, Misbahul Munir, Yuli Sulistya Fitriana dan Amir Hamidy dan tentu saja Andri IS Martamanggala untuk melakukan penelitian atas temuan tersebut.

Dan setelah melalui beberapa proses, mereka pun sepakat jika cecak batu ini belum pernah dideskripsikan. Lalu spesies baru cecak batu itu diberi nama Cnemaspis muria, dipublikasikan pada tanggal 17 Mei 2019 di jurnal ZOOTAXA edisi 4608 (1) halaman 155 hingga 173.

menarik dibaca : Cicak Jari Lengkung Petani, Spesies Baru di Penghujung 2015

 

Peneliti LIPI Awal Riyanto, salah anggota tim peneliti yang menemukan Cnemaspis muria, spesies baru cecak di wilayah Gunung Muria, Jateng. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Cecak ini mempunyai ciri-ciri morfologi berupa pupil yang bulat, panjang tubuh mencapai 5,8 cm, terdapat sepasang struktur tuberkular seperti kerucut pada kepala bagian belakang, alur berkutil pada nuchal loop, deret tuberkular dorsal tidak tersusun secara linier, tidak mempunyai pori-pori prakloakal maupun femoral, pada jari pertama tungkai depan terdapat struktur submetakarpal yang membesar, pada jari pertama tungkai belakang terdapat sisik submetatarsal yang membesar, 31–35 lamella di bawah jari keempat tungkai belakang, pada kanan kiri kloaka terdapat masing dua struktur tubercular. Terdapat satu baris sisik subkaudal yang membesar ditengah ventral ekor dan tuberkular membentuk formasi cincin di sepanjang ekor.

Jantan mempunyai warna perut dan pangkal kuning serta ujung ekor putih, sedangkan betina perut berwarna putih dan setengah panjang ekor bagian belakang dihiasi warna hitam putih berselang seling seperti cincin.

Mempunyai habitat berupa bebatuan di sepanjang sungai dan perkebunan kopi serta mungkin juga dalam hutan pada ketinggian antara 600 hingga 650 m dpl. Diduga spesies baru tersebut mempunyai peran dalam ekosistem perkebunan kopi sebagai pengendali populasi serangga.

perlu dibaca : Tokek dan Kelirunya Persepsi Kita

 

Spesimen basah dari Cnemaspis muria, spesies baru cecak di wilayah Gunung Muria, Jateng. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Menurut Awal, C. muria ini berdasarkan analisis morfologi dan filogeni, berkerabat dekat dengan C.bidongensis yang berasal dari pulau Bidong Malaysia, dan masuk dalam grup kendallii yang terdistribusi di semenanjung Malaysia, Kalimantan, Natuna serta Jawa sebagai lokasi distribusi baru. Jarak genetik kedua spesies tersebut antara 4.4 hingga 4.5 %.

Penemuan ini sungguh membuktikan jika Indonesia mempunyai keragaman hayati yang sangat luar biasa, yang ke depannya membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah. Perhatian yang lebih mendalam terhadap keanekaragaman hayati ini sangatlah penting, mengingat Indonesia juga merupakan salah satu paru-paru dunia yang masih tersisa.

 

Exit mobile version