Mongabay.co.id

Demi Menghibur Manusia, Monyet pun Tersiksa

 

Suara musik gamelan, diiringi dengan tabuhan gendang mengalun keras menyertai pertunjukan topeng monyet di Car Free Day, Kota Malang, Jawa Timur, Minggu, (16/06/19).

Di antara lalu lalang aktivitas para pengunjung, seekor monyet berjalan mengikuti perintah tuanya dengan menyodorkan sebuah kaleng.

Satu demi satu orang-orang yang sedang duduk di sepanjang trotoar dimintai uang. Begitu juga dengan orang yang sedang berjalan di kawasan Jalan Ijen, Kota Malang. Sesekali monyet itu menempel, lalu kembali lagi berkeliling menyodorkan kaleng yang sudah berisi uang ke pengunjung lain yang menonton aksinya, seolah mengharap iba pada manusia.

baca : Ramai-ramai Desak Setop Perdagangan Monyet

 

Pertunjukan topeng monyet di Car Free Day, Kota Malang, Jatim, Minggu, (16/06/19). Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Dengan mengendarai sepeda roda tiga, seekor monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) menunjukkan aksinya yang dikendalikan oleh manusia. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Jelang beberapa menit, monyet tersebut berganti berbagai peragaan tingkah laku yang dikehendaki oleh juragannya. Terkadang ia mencoba bertahan saat ditarik dengan menggunakan rantai besi yang disambung dengan tali plastik. Panjangnya kurang lebih 5 meter dari kalung jeratan di lehernya. Namun, kekuatan monyet itu masih kalah dengan kekuatan tuan yang membawanya.

Monyet tersebut seringkali diintruksikan untuk berganti atraksi gerakan layaknya manusia. Dengan arahan tuannya si monyet menirukan gerakan sholat, berjualan menggunakan gerobak mini, memakai topeng, berjalan membawa mainan egrang, menaiki motor-motoran berbahan kayu, dan banyak adegan lainya.

baca juga : Seruan Setop Topeng Monyet di Jogja, Beragam Penyakit Ini Bisa Menular ke Manusia…

 

Sesekali monyet itu menempel, lalu kembali lagi berkeliling menyodorkan kaleng yang sudah berisi uang ke pengunjung lain yang menonton aksinya di Car Free Day, Kota Malang, Jatim. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Pertunjukan topeng monyet di alun-alun Kota Batu, Jatim, saat malam hari. Pertunjukan itu terkadang menarik para pengunjung, utamanya anak-anak. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Atas Nama Hiburan

Tidak hanya di Kota Malang, pertunjukan topeng monyet juga masih sering dijumpai di tempat ramai lainya. Salah satunya dijumpai di alun-alun Kota Batu, Jawa Timur.

Di antara lalu-lalang wisatawan, seekor monyet menggunakan kostum warna merah bolak-balik berganti peragaan. Hal ini terkadang menarik para pengunjung, utamanya anak-anak. Mereka nampak antusias melihat tingkah laku monyet. Saat didekati, mamalia bernama latin Macaca fascicularis ini rasanya lebih jinak karena sering melakukan kontak fisik dengan manusia.

Suharjito, salah satu pengamen topeng monyet menceritakan, untuk membuat monyet menjadi jinak prosesnya tidak mudah. Perlu dilatih ketika masih kecil, sementara monyet yang dia rawat sudah berumur 10 tahun.

“Latihannya hampir setiap hari. Selama berbulan-bulan dilatih untuk bisa berdiri, memakai topeng, membawa sepeda, mendorong gerobak, dan berbagai gerakan lain,” kata Pak Kethek, panggilan akrab Suharjito.

menarik dibaca : Kejam! Foto Beruk Dibunuh lalu Diberi Rokok Ini Diunggah ke Facebook

 

Anak monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) mendongakkan kepalanya keatas saat didalam sangkar yang terbuat dari besi. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Suharjito (70), melakukan kontak fisik dengan monyet peliharaanya saat ngamen di Kota Batu, Jawa Timur. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Pria umur 70 tahun itu melanjutkan, ngamen dengan membawa monyet, dalam sehari bisa mendapatkan uang Rp50-Rp100 ribu untuk hari biasa, sementara jika hari libur dia bisa mendapatkan uang lebih, antara Rp200ribu-Rp300ribu.

Untuk meraup pundi-pundi rupiah ia sudah menggunakan sejumlah monyet . “Sudah ganti monyet lima kali ini,” tuturnya kepada Mongabay, Rabu, (5/06/19).

Pertunjukan topeng monyet juga kerap kali dijumpai di kampung. Pertunjukan tersebut memberikan hiburan dengan mendatangi rumah-rumah penduduk. Sementara di tempat rekreasi, monyet dikurung sebagai sarana hiburan bagi wisatawan.

Di Jawa Timur, pertunjukan topeng monyet dilarang melalui berbagai aturan, mulai dari UU hingga yang terbaru Surat Gubernur Jatim No.522/368/002.3/2019 tertanggal 8 Januari 2019 tentang Pelarangan Penyelenggaraan Pertunjukan Topeng Monyet.

Ada empat poin imbauan dari surat itu terkait pertunjukkan topeng monyet. Pertama, pertunjukan tersebut melanggar UU tentang Konservasi serta UU tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Kedua, pertunjukan topeng monyet adalah bentuk kekerasan pada hewan. Ketiga, pertunjukan tersebut menularkan penyakit dari hewan ke manusia dan sebaliknya (zoonosis).

Keempat, menghimbau agar OPD (Organisasi Perangkat Daerah) dan berbagai instansi serta masyarakat melarang pertunjukan topeng monyet.

perlu dibaca : Perubahan Ekstrem Perilaku Monyet di Cikakak

 

Seorang bocah mengamati anak monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) saat dijual di Pasar tradisional, Kota Gresik, Jawa Timur. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) berpose dibalik jeruji besi saat dijual di pasar splendid, Kota Malang, Jatim. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Menularkan Penyakit

Mamalia yang populasinya masih melimpah itu merupakan satwa liar. Bukan hewan peliharaan, apalagi alat hiburan.

Nirmala Ayu Aryanti, dosen pengampu mata kuliah satwa liar pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sekaligus pemerhati satwa menyayangkan masih maraknya pertunjukan topeng monyet di Jatim.

Menurutnya, jika satwa liar dijadikan sebagai bahan pertunjukan yang dikhawatirkan adalah ancaman penularan penyakit. Atraksi yang melibatkan satwa bisa menimbulkan zoonosis atau perpindahan penyakit satwa ke manusia, begitu juga sebaliknya.

“Kalau untuk kepentingan penelitian tidak apa-apa, karena di sana juga ada prosedur yang harus dilalui, seperti membuat surat izin, meskipun itu jenis Macaca fascicularis,” jelasnya kepada Mongabay, Kamis (20/06/19).

Dia melanjutkan, hewan ini mudah beradaptasi sehingga dapat dijumpai pada habitat alaminya seperti di rawa-rawa bakau, hutan primer dan skunder. Bahkan pada habitat yang telah mengalami perkembangan peradaban manusia, semakin tertekan populasinya maka jenis satwa ini akan meningkatkan regenerasinya agar keberadaan mereka tetap eksis. Beberapa daerah mereka akan dianggap hama bagi para petani.

baca juga : Ada Monyet Kegemukan Di Bali

 

Seekor monyet dengan kondisi katarak mata menatap keatas dibalik jeruji besi di Singosari, Kabupaten Malang, Jatim. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) menyeringai di dalam kandang di Taman Rekreasi, Kota Malang, Jawa Timur. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Di alam, Macaca fascicularis mempunyai peran penting dalam ekosistem hutan, yaitu membantu menyebarkan benih tumbuh-tumbuhan tanaman baik melalui feses atau saat mereka memakan buah dan membuang sisa biji. “Oleh karena itu walau mereka bukan jenis yang dilindungi, kita harus bisa berbagi rumah,” ajak pembina Kelompok Studi Satwa Liar UMM itu.

Populasi jenis hewan omnivora ini secara umum masih dianggap aman, sehingga IUCN (international Union for the Conservation of Nature And Natural Recources) Redlist mengkategorikanya dalam status Least Concern yang berarti spesies dengan tingkat risiko rendah atau tidak terancam punah.

Oleh CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna And Flora) hewan ini juga didaftar sebagai Apendiks II, daftar spesies yang tidak terancam kepunahan. Dalam Apendiks II ini berisi kurang lebih 32.500 spesies.

Tetapi ancaman kepunahan akan tetap menghantui jika perdagangan dan eksploitasi pada hewan jenis ini terus berlanjut tanpa adanya ketegasan dari pihak berwenang.

Di Indonesia, primata berwarna coklat ini tidak termasuk salah satu hewan yang dilindungi. Tetapi pemanfaatan monyet khususnya untuk pasar ekspor telah diatur dalam Keputusan Menteri Kehutanan No.26/Kpts-II/94 tanggal 20 Januari 1994 tentang pemanfaatan Jenis Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestrina) untuk keperluan ekspor, untuk keperluan ini harus berasal dari hasil penangkaran.

menarik dibaca : Inilah Jasa Besar Monyet-monyet bagi Desa Padangtegal

 

Sekelompok monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) hidup dialam liar di Taman Hutan Raya Raden Suryo dalam wilayah Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

kumpulan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) bertengger diantara pohon tumbang di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version