Mongabay.co.id

Bandeng Gresik: Pulau Mengare, Pusat Bisnis Bandeng yang Terbengkalai [4]

 

Kabupaten Gresik, Jawa Timur merupakan salah satu pusat produksi ikan bandeng (Chanos chanos) di Indonesia. Wilayah di kawasan timur laut Jawa ini menghasilkan ikan bandeng sekitar 39.545 ton per tahun. Adapun luas lahan tambak mencapai 32.000 hektare, sekitar 46 persen total luas tambak di Provinsi Jawa Timur.

Secara sosial, ikan bandeng di Gresik juga mendapat tersendiri. Tiap tahun menjelang Hari Raya Idul Fitri, warga akan menggelar Pasar Bandeng selama tiga hari. Selama Pasar Bandeng tidak hanya ada jual beli, tetapi juga kontes ikan bandeng. Ini menunjukkan bahwa ikan bandeng tak hanya penting secara ekonomi, tetapi juga sosial.

Namun, sebuah riset oleh Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan bahwa budi daya bandeng di Kabupaten Gresik justru tidak memerhatikan aspek keberlanjutan secara ekologi, ekonomi, sosial, dan teknologi.

Liputan berseri ini ingin melihat bagaimana sebenarnya praktik budi daya bandeng oleh nelayan di Gresik. Apakah sudah berkelanjutan atau justru mengalami ancaman?

Tulisan ini merupakan bagian terakhir dari serial tentang praktik perikanan bandeng di Gresik. Tulisan pertama bisa dibaca disini. Tulisan kedua bisa dibaca disini dan tulisan ketiga disini.

***

 

Pintu masuk Pulau Mengare yang berjarak sekitar 10 km dari jalan raya besar Gresik – Lamongan. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Perjalanan menuju Pulau Mengare, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik memerlukan perjuangan tambahan. Selain jaraknya yang relatif jauh dari jalan raya Gresik – Lamongan bagian utara, sekitar 10 km, jalanan menuju pulau di pesisir timur Kabupaten Gresik ini juga relatif hancur.

Sebagian besar jalan beraspal menuju Pulau Mengare lebarnya hanya cukup untuk satu mobil kecil. Jalanan berkelok-kelok melewati pertambakan. Aspal terkelupas meninggalkan jalan penuh lubang.

Ada tiga spanduk ucapan selamat datang menggunakan bahasa menyindir rusaknya jalan itu: Jalan Kabupaten Gresik Wisata Baru untuk Uji Nyali, Mohon Maaf Perjalanan Anda Terganggu Proyek Gagal, dan Jalan Kabupaten Gresik Gelap, Segelap Mata Hatimu. Ketiganya menunjukkan bagaimana rusaknya jalan dikeluhkan warga setempat.

Padahal, di jalan rusak berlubang itulah hampir tiap hari ratusan juta uang mengalir.

baca : Sejauh Mana Keberlanjutan Perikanan Bandeng di Gresik? [1]

 

Pembudidaya bandeng tambak di Pulau Mengare, Bungah, Gresik, menggunakan perahu untuk menuju tambaknya. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Mengare merupakan pulau dikelilingi sungai. Lokasinya di ujung daratan. Jaraknya hanya terpisah selat selebar 3 km dengan Pulau Madura. Lokasi geografis yang berada di dekat laut dan dikelilingi sungai membuatnya menjadi pulau penghasil bandeng di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Pulau ini terkenal dengan predikat tersebut.

Ada tiga desa di Pulau Mengare yaitu Watu Agung, Tajungwidoro, dan Kramat. Tiga desa inilah yang menyumbang lebih dari 3.000 hektar tambak di Kecamatan Bungah. Sebagian besar warga pulau ini hidup sebagai petani tambak bandeng. Di desa ini terdapat dua tempat pelelangan ikan (TPI) bandeng. Tidak untuk ikan lain. Hanya bandeng.

Menurut Muhammad Hamzah, Kepala Desa Tajungwidoro, tiap hari setidaknya terdapat 5 ton ikan bandeng di TPI Tajung Widoro. Jika rata-rata 1 kg bandeng seharga Rp20 ribu, maka terdapat perputaran uang minimal Rp100 juta/hari di Desa Tajung Widiro. Karena ada dua TPI, berarti uang yang berputar setidaknya Rp200 juta/hari. Ikan-ikan itu hampir semuanya dijual ke luar daerah. Tak hanya untuk konsumsi pribadi.

“Pemasarannya sampai Sidoarjo, Lamongan, Madura, bahkan Juwana, Jawa Tengah,” katanya.

Itu baru dari penjualan ikan. Menurut Hamzah, petani tambak di Mengare menghabiskan sekitar 500 sak pakan bandeng tiap hari. Harganya berkisar Rp190 ribu sampai Rp250 ribu. Jika diambil harga tengah Rp200 ribu, berarti ada Rp100 juta tiap hari untuk pakan. Itu belum termasuk biaya lain-lain, seperti es balok, bahan bakar minyak, dan lain-lain.

baca juga : Alih Lahan Ancam Keberlanjutan Perikanan Bandeng di Gresik [2]

 

Pembudidaya tambak mengumpulkan bandeng setelah panen di Pulau Mengare, Bungah, Gresik. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Di TPI Bandeng di Mengare, Bungah, Gresik, Jatim, terdapat perputaran nilai bisnis bandeng setidaknya Rp300 juta/hari. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Tidak Diperhatikan

Namun, dengan begitu banyak uang mengalir masuk maupun keluar Pulau Mengare, menurut Hamzah, mereka tidak mendapatkan perhatian sama sekali dari pemerintah. Baik itu Pemerintah Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, maupun pusat. “Tidak ada sama sekali,” jawabnya ketika ditanya soal bantuan pemerintah.

“Jangankan untuk pengolahan dan perawatan ikan. Untuk perbaikan jalan saja tidak ada perhatian dari pemerintah,” lanjutnya.

Jawaban serupa diberikan oleh semua petani tambak di Gresik yang ditanya perihal bantuan dari pemerintah ini. Gholib dan Rohim, petani tambak di Desa Betoyoguci, Kecamatan Manyar hanya contoh lain.

Salah satu alasannya, petani tambak memang tidak mau berkelompok. “Dulu pernah ada kelompok, tetapi sekarang sudah tidak ada. Petani tambaknya malas karena kebanyakan malah dimata-matai,” ujar Gholib. Maksudnya, kelompok petani tambak justru menciptakan intrik sesama anggotanya.

Rohim pun menjawab hal sama. Dia mengaku lebih senang bekerja sendiri dibandingkan dalam kelompok. Dia pun tidak pernah mendapatkan atau berusaha mendapatkan bantuan dari pemerintah. “Saya tidak paham. Sebenarnya mungkin ada yang dapat, tetapi saya tidak mau mengurusi yang begitu,” kata bapak dua anak ini.

perlu dibaca : Bandeng Gresik : Bisnis Nener yang Bikin Nanar [3]

 

Bandeng Mengare, Bungah, Gresik, Jatim, terkenal berkualitas bagus dan dijual hingga ke luar daerah. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Berjarak sekitar 500 meter dari tambak Rohim terdapat sekretariat kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) Andum Kabejan Desa Betoyoguci. Namun, petani tambak yang ada di sekretariat itu mengaku tidak tahu apa-apa tentang kelompok tersebut.

Ketua Pokdakan Andum Kabejan Mohammad Sholeh tidak mengangkat telepon sama sekali ketika akan diwawancarai meskipun sudah dihubungi lebih dari sepuluh kali. Pertanyaan melalui aplikasi pesan instan WhatsApp pun tidak dia balas.

Tak hanya petani tambak. Pedagang nener seperti Sukarno pun berharap ada dukungan pemerintah pada usaha mereka. Misalnya, dengan membatasi ekspor nener ke luar negeri, seperti Filipina. Menurut Sukarno, harga nener ekspor bisa sampai Rp230 ribu/rean. Padahal, harga di dalam negeri rata-rata hanya Rp 60 ribu. Rean adalah satuan bibit bandeng. Tiap 1 rean berisi 5.000 ekor nener.

“Karena harga ekspor lebih tinggi, otomatis pembudidaya nener lebih senang menjualnya ke luar negeri. Pasokan dalam negeri justru kurang. Harganya jadi makin mahal,” katanya. “Ekspor ke luar negeri jangan terlalu dibuka agar pasar dalam negeri tetap bisa dapat,” lanjutnya.

baca juga : Ikan Bandeng Tanpa Duri. Bagaimana Rasanya?

 

Hasil olahan ikan bandeng yang bisa meningkatkan nilai ekonomi sampai 2x lipat. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Sukarno juga berharap agar pemerintah memberikan dukungan pembiayaan modal bagi pedagang nener seperti dia maupun petani tambak.

Hamzah menyampaikan hal serupa. Dia mengaku pernah meminta agar Pemkab Gresik membantu memperbaiki TPI Bandeng di desanya, tetapi kemudian tidak jadi. “Mereka malah minta bagian. Saya akhirnya tidak lanjut,” katanya. Bagian yang dimaksud adalah pembagian uang untuk pegawai pemerintah yang dimintai dukungan membangun TPI tersebut.

Hamzah menambahkan petani tambak mengharapkan empat dukungan dari pemerintah. Pertama, perbaikan jalan untuk mempermudah pengangkutan sarana produksi budi daya dan hasil panen. Kedua, akses pemasaran yang lebih baik bagi petani tambak.

Ketiga, perbaikan saluran irigasi ke tambak-tambak dengan memperdalam sungai yang dilewati air karena sekarang makin dangkal. Keempat, bantuan mesin pompa air atau kincir angin pemompa air agar petani tambak lebih mudah mengalirkan air.

 

Pembudidaya bandeng tambak mengharapkan bantuan pemerintah agar bisa mengolah bandeng termasuk menjadi bandeng tanpa duri. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Hamzah yang juga mengelola 4 hektare tambak bandeng juga berharap pemerintah memberikan dukungan dalam teknologi pascapanen bandeng. Dari panen di tambak ke TPI, bantuan itu bisa berupa mesin pendingin bagi petani tambak. Sebab, selama ini mereka menghabiskan 10 balok es untuk 1 ton ikan bandeng.

Untuk ikan setelah dari TPI, dia berharap juga ada dukungan dalam pengolahan menjadi produk lain yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.

Namun, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Gresik Choirul Anam mengatakan pihaknya sudah memberikan bantuan pada petani tambak. Misalnya berupa pelatihan diversifikasi produk bandeng pascapanen, seperti bandeng asap, bandeng tanpa duri, dan otak-otak.

“Sudah ada dukungan agar petani tambak mendapatkan nilai tambah. Harga jualnya bisa jadi dua kali lipat dibandingkan ikan saja,” kata Anam.

Untuk perbaikan sungai, menurut Anam, saat ini Pemkab Gresik sudah meminta agar pemerintah pusat juga ikut membantu, terutama perbaikan sungai primer. Sebab, kondisinya memang rusak sehingga ketika terjadi banjir, tambak di sekitar sungai pun meluap. Tahun ini bahkan petani tambak di Gresik mengalami kerugian berkisar Rp70 miliar hingga Rp80 miliar akibat banjir tersebut.

“Akibat manajemen saluran air primer memang tidak bagus,” katanya.

Anam menjelaskan saluran primer memang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Adapun provinsi bertanggung jawab pada saluran skunder. Untuk sungai-sungai kecil di desa, menurutnya, adalah tanggung jawab kecamatan atau desa. Jika aliran sungai itu bagus, dia melanjutkan, ikan-ikan kecil dan plankton yang menjadi makanan bandeng pun akan masuk tambak. Bandeng pun lebih berkualitas.

“Nyawa tambak memang bergantung pada normalisasi sungai,” katanya.

 

Akibat dangkalnya saluran air sungai, tambak bandeng di Pulau Mengare, Bungah, Gresik pun mengalami kekurangan air. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version