Mongabay.co.id

Hati-hati, Gempa di Bali Berpotensi Tsunami Tinggi

 

“Idup…idup…idup (selamat),” teriak warga pada Selasa (16/7) pagi. Lantai dan bangunan bergetar lebih dari 5 detik, kanopi rumah berderak kencang. Warga berhamburan keluar rumah. Seorang remaja memapah neneknya keluar rumah. Saya segera mematikan kompor dan berdiam diri di luar rumah selama beberapa menit.

Warga di Denpasar sempat panik ketika merasakan gempa Magnitude 5.8, pukul 08:18:36 WITA, Selasa itu. Hasil analisis BMKG menunjukkan informasi awal gempabumi ini berkekuatan M=6.0 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi M=5.8. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 9,08 LS dan 114,55 BT, atau berlokasi di laut pada jarak 80 km arah selatan Kota Negara, Kabupaten Jembrana, Bali pada kedalaman 104 km.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali I Made Rentin melaporkan jumlah korban luka ringan sebanyak tujuh orang. Di antaranya korban luka 3 orang di SD 1 Ungasan, Badung, yakni 2 siswa dan satu guru di bagian kepala. Kemudian korban luka 2 orang di SMPN 5 Mendoyo, Jembrana terdiri dari 1 orang luka lecet, 1 orang pingsan.

baca : Siaga Bencana, Bali Diapit Dua Sumber Gempa Bumi

 

Plafon atap jebol di salah satu sudut bangunan Rutan/Lapas Gianyar akibat gempa pada Selasa(17/7/2019) pagi. Foto: BPBD Bali/Mongabay Indonesia

 

Hasil koordinasi dengan BPBD Kabupaten/Kota se-Bali merangkum 44 laporan kerusakan bangunan, dan total kerugian akibat gempa diperkirakan hampir Rp700 juta. Di Jembrana, dua sekolah mengalami kerusakan yakni SD 1 Yeh Sumbul dan SMP 5 Mendoyo.

Di Kabupaten Buleleng, 2 rumah rusak yakni di Br. kelod, Desa Busungbiu, Kecamatan Busungbiu dan Desa Depeha, Kecamatan Kubutambahan. Di Gianyar, dilaporkan plafon bangunan Rutan/Lapas Gianyar jebol dan ornamen pada atap gedung DPRD Kabupaten Gianyar patah dan beberapa genteng pecah.

Dampak terbanyak di Kabupaten Badung, sedikitnya 36 lokasi mengalami kerusakan. Di antaranya SD Negeri 1 Ungasan, Kantor Camat Kuta, SD 11 Jimbaran, Gapura ITDC (Indonesia  Tourism  Development Corporation), Hotel Mercure Nusa Dua, Alfamart di Jln. Bali Cliff No.48 Ungasan, SMPN 5 Kuta Selatan, SMPN 2 Ungasan, SMP Negeri 2 Kuta Selatan, dan Kantor Camat Kuta Selatan. Puncak salah satu sisi gapura areal kawasan ITDC di Nusa Dua runtuh, materialnya bertebaran di jalan, untungnya tak mencelakai warga.

baca juga : Potensi Tsunami Besar di Laut Selatan Jawa, Widjo: Siapkan Mitigasi (Bagian 1)

Badan Penanggulangan Bencana Daerah(BPBD) Kabupaten Karangasem, Bali menggelar simulasi evakuasi mandiri gempabumi di salah satu sekolah, hampir bersamaan dengan gempa 5,8 M yang menggoyang Bali pada Selasa (17/7/2019). Foto: BPBD Bali/Mongabay Indonesia

 

Di Denpasar, sejumlah batu bata berjatuhan di dalam areal Pura Lokanatha, Lumintang. Kesimpulan sementara BPBD Bali, tidak ada korban jiwa, operasional bandara berjalan normal, juga aktivitas masyarakat. Kabupaten Bangli, Karangasem, dan Klungkung juga merasakan gempa namun dampaknya masih belum ada yang melaporkan.

Sementara Laporan PVMBG dari Pos Pengamatan Gunungapi Agung Selasa pukul 18.00 WITA menyebutkan asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 30 m di atas puncak kawah.

Aktivitas kegempaan tercatat satu Tektonik Lokal dan satu Tektonik Jauh dan statusnya masih Level III (Siaga). Masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan diminta tidak berada atau tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak Gunung Agung.

menarik dibaca : Tsunami dan Ketidakjelasan Mitigasi Bencana (Bagian 1)

 

Kondisi Gunung Agung bali pada pukul 06.00 sebelum terjadi gempa bumi pada Selasa (17/7/2019). Foto : PVMBG/BPBD Bali/Mongabay Indonesia

 

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono dalam siaran pers yang diteruskan BPBD Bali menyebut dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, tampak bahwa gempabumi berkedalaman menengah ini diakibatkan oleh aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menyusup ke bawah Lempang Eurasia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan jenis naik mendatar (oblique thrust fault).

Guncangan juga dirasakan di Mataram, Lombok Tengah, Lombok Barat, Banyuwangi, Karangkates, Sumbawa, Lombok Timur, dan Lombok Utara. Hingga pukul 10.00 WIB, Hasil monitoring BMKG menunjukkan 9 kali aktivitas gempabumi susulan (aftershock) dengan magnitude terbesar M=3.2 dan magnitude terkecil M=2.4.

perlu dibaca : Menguji Tempat Evakuasi Tsunami Satu-satunya di Bali

 

Infografis dampak peristiwa gempa yang dirangkum per 16 Juli, pukul 19.00. Sumber : BPBD Bali

 

Gempa Terbesar

Bali pernah mengalami gempa terbesar pada 22 November 1815 atau 2004 tahun lalu. Menjelang tengah malam, terjadi gempa bumi besar yang mengguncang Bali, yang mengakibatkan pegunungan retak, lalu longsor dengan suara menggelegar seperti guntur. Longsoran pegunungan lantas menimpa ibukota Kabupaten Buleleng, Singaraja. Desa-desa turut tersapu hingga ke laut. Bencana ini mengakibatkan 10.523 orang meninggal.

Gempa bumi itu menggetarkan seluruh pulau Bali, sehingga disebut juga gejer Bali yang artinya Bali bergetar. Getarannya dirasakan hingga Surabaya, Lombok dan Bima itu, diperkirakan berpusat di di laut sebelah utara Kerajaan Buleleng di Bali utara.

Gempa besar itu ditengarai juga menimbulkan Tsunami. Laporan di dalam Catalogue of Tsunami on the Western Shore of the Pasific Ocean yang disusun oleh S.L. Soloviev dan CH.N. Go mendeskripsikan adanya air laut yang naik dan menerjang daratan dalam jangkauan yang luas pasca gempa bumi. Sebanyak 1.200 orang lainnya menjadi korban akibat bencana susulan naiknya air laut ke daratan. Istilah tsunami belum dikenal ditelinga penduduk pulau Bali saat itu.

baca : Belajar Mitigasi Bencana Dari Refleksi 200 Tahun Gempa Dahsyat di Bali  

 

Kondisi kerusakan bangunan dan rumah warga Desa Yomen, Gane Barat Selatan, Halmahera Selatan, Provinsi Maluku utara, pasca gempa pada Minggu (14/7/19) pukul 16.10. Foto: Soleman/ Mongabay Indonesia

 

Potensi Gempa

Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) terhadap Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi Bali juga memaparkan risiko bencana gempa bumi dan tsunami di Bali.

Dokumen ini menyebutkan berdasarkan karakteristik kegempaan dan tektonik serta ditunjang dengan karakteristik data geofisika yang ada, maka di Bali terbagi atas dua zona generator pembangkit gempa, yaitu zona benturan lempeng (subduksi) Indo-Australia di selatan Bali dan patahan aktif di utara Bali.

Dari selatan Lempeng Indo-Australia menyusup ke bawah lempeng Euro-Asia secara relatif, zona tumbukan terjadi di Samudera Hindia selatan Bali (Kerawanan Pertama). Akibat hujaman lempeng tersebut, di utara Bali muncul patahan-patahan naik aktif (back arc thrust) yang merupakan generator gempa merusak di Bali (kerawanan kedua).

Dari generator pembangkit gempa bumi di atas, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi Bali mempunyai potensi tinggi terjadinya tsunami. Beberapa faktor potensi tsunami di Bali di antaranya gempa-gempa yang berpusat di laut dan data menunjukkan bahwa mayoritas gempa bumi di Bali berpusat di laut.

Pembangkit tsunami adalah gempa patahan vertikal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laut di sekitar Bali kaya akan patahan vertikal. Berdasarkan sejarah, Bali pernah terjadi tiga kali tsunami kecil (2 – 3 m) akibat gempa Sumbawa (1977 dan 1979) dan gempa Banyuwangi (1994). Bali berada di antara kedua daerah tersebut.

perlu dibaca : Inilah Gelombang Tsunami Tertinggi Dalam Catatan Sejarah Moderen

 

Ilustrasi. Pemukiman yang rata pasca tsunami di wilayah penggaraman Pantai Talise, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada Sabtu (29/9/2018). Foto : Rosmini Rivai/Mongabay Indonesia

 

Potensi Tsunami Tinggi

Berdasarkan Peta Bahaya Tsunami (tsunami hazard) yang diterbitkan oleh Kementerian RISTEK dan German Ministry of Education and Research tahun 2016, beberapa wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi Bali termasuk zona bahaya tinggi meliputi pesisir Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Klungkung. Wilayah Kota Denpasar yang memiliki kerawanan tinggi meliputi desa-desa pantai di Kecamatan Denpasar Selatan dan Denpasar Timur. Pulau Serangan hampir seluruh wilayahnya termasuk zona bahaya tinggi.

Sesuai dengan kepadatan penduduk dan aktivitas ekonomi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, daerah dengan risiko tinggi dan sangat tinggi tersebar di Kawasan Kuta, Nusa Dua dan Tanjung Benoa di Kabupaten Badung. Sementara daerah risiko tinggi dan sangat tinggi di Kota Denpasar meliputi Serangan, Pemogan, Pedungan, Pesanggaran, Sidakarya, Sanur Kauh, Sanur dan Sanur Kaja. Wilayah lainnya dengan risiko tinggi yaitu pesisir utara Nusa Lembongan dan Nusa Penida.

Seluruh kawasan risiko tinggi adalah padat aktivitas pariwisata, pantai dan sarana akomodasi yang ramai. Tsunami Warning System sudah terpasang dan kerap diujicobakan.

 

Exit mobile version