Mongabay.co.id

Usia Baru Setahun, Shasha Kehilangan Kaki Akibat Jerat

 

 

Mata Shasha kosong. Wajahnya tertunduk sedih. Di sangkar besi ukuran 1×3 meter, di belakang Kantor BKSDA Bengkulu, anak beruang madu betina ini untuk sementara tinggal. Ia terpisah induknya. Semua berawal ketika kaki kanan depannya terkait jerat babi di kebun liar kawasan Hutan Produksi Terbatas [HPT] Bukit Padas, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, Senin [15/7/2019].

Akibatnya, beruang satu tahun ini, harus kehilangan seluruh jari kaki kanannya. Diamputasi akibat luka yang membusuk.

Masyarakat Puguk, Seluma Barat, ketika itu melihat Shasha menderita. Paham beruang madu [Helarctos malayanus] satwa dilindungi, mereka melapor ke BKSDA Bengkulu. Petugas Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan [PEH] dan Polisi Hutan [Polhut] Seksi Konservasi Wilayah [SKW] II Balai KSDA Bengkulu diturunkan ke lokasi.

Saat dievakuasi, kaki kanan Shasha sudah bengkak dan lecet. Diperkirakan, jerat sudah mengikat tiga hari, sebelum ditemukan. Induknya terlihat panik, terpaksa tim menghalaunya dengan bunyian.

“Setelah induknya pergi, Shasha kami bawa ke Bengkulu,” jelas Koordinator Tim Evakuasi BKSDA Bengkulu, Suharno, Kamis [18/7/2019].

Baca: Membusuk Akibat Jerat Pemburu, Kaki Harimau Sumatera Ini Diamputasi

 

Shasha harus rela kehilangan kaki kanan depan akibat kena jerat. Kini, ia dalam proses penyembuhan. Foto: Ahmad Supardi/Mongabay Indonesia

 

Hasil observasi Selasa [malam], tanggal 16 Juli 2019 menunjukkan, Shasha mulai melepaskan kuku-kuku kaki kanan depannya. Esoknya, Rabu, dia mulai menggigiti kakinya yang bengkak, hingga ada jari dan tulang phalanx [tulang yang membentuk jari tangan] terlepas.

“Untuk menghindari terjadinya sepsis [infeksi sistemik yang disebabkan luka membusuk] akibat luka jerat yang bisa membahayakan keselamatan Shasha, kami lakukan tindakan operatif [amputasi],” kata Dokter Hewan Erni Suyanti Musabine, Kamis [18/7/2019].

Amputasi dilakukan Rabu sore, pukul 15.55 WIB-19.45 WIB. Tindakan dilakukan pada pergelangan kaki kanan depan/os metacarpal.

Pengambilan dan pemeriksaan sampel darah untuk mengetahui kondisi kesehatan juga dilakukan. Untuk perawatan harian, pengobatan dan pencegahan infeksi sekunder pasca-operasi tetap dilakukan dokter hewan, dibantu PEH dan Polhut Balai KSDA Bengkulu.

“Hingga bisa dikembalikan ke rumahnya di HPT Bukit Badas, sepertinya cukup lama nanti,” lanjut Yanti.

Untuk mempercepat penyembuhan, caranya dengan memberikan nutrisi sesuai kebutuhan, 6-10% dari berat badan. “Lalu, mencegah dehidrasi dan meminimalkan stres pada lingkungan sekitar,” tuturnya.

Baca: Terdampar di Teluk Sepang, Kondisi Lumba-lumba Ini Menyedihkan

 

Di sangkar besi ukuran 1×3 meter, di belakang Kantor BKSDA Bengkulu, anak beruang madu betina ini untuk sementara tinggal. Foto: Ahmad Supardi/Mongabay Indonesia

 

Satwa identitas

Suharno menjelaskan, ada tujuh habitat beruang madu yang terpantau saat ini. Lima di Seksi Konservasi Wilayah [SKW] 1 dan dua lainnya di Seksi Konservasi Wilayah [SKW] II.

“Yang terpantau konflik di Kecamatan Bermani Ilir, Kabupaten Rejang Lebong, juga di HPT Bukit Badas, HL Bukit Sanggul,” katanya.

Baca: Kaki Anak Beruang Ini Diamputasi Akibat Jerat Babi

 

Shasha, anak beruang madu betina yang kena jerat babi di kebun liar kawasan Hutan Produksi Terbatas [HPT] Bukit Padas, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, Senin [15/7/2019]. Foto: BKSDA Bengkulu

 

Mongabay mencatat, ada tiga konflik masyarakat dengan beruang di Bengkulu. Pertama, pada 31 Januari 2017, warga Desa Sido Mulyo, Desa Napal, Desa Tais, Kecamatan Pasar Seluma, Kabupaten Seluma, panik karena kedatangan beruang madu betina dewasa setinggi dua meter. Dari pengakuan warga, beruang merusak tanaman dan perkarangan karena lapar. Warga bersama BKSDA Bengkulu menghalau ke habitatnya ke perbukitan di Taman Buru Semidang, Bukit Kabu.

Kedua, awal April 2018, di Desa Tumbuan, Kecamatan Lubuk Sandi, Kabupaten Seluma. Akibat serangan beruang, seorang warga korban menderita luka di bagian kaki.

Ketiga, pada Sabtu [05/1/2019], petani di Desa Selingsingan, Kecamatan Seluma utara, Kabupaten Seluma, nyaris tewas akibat bertikai dengan beruang.

Baca juga: Akibat Jerat Pemburu, Kaki Gajah Sumatera Ini Nyaris Putus

 

Kasus beruang kena jerat babi yang dipasang pemburu, hingga harus diamputasi, terjadi juga di Aceh pada 11 Juni 2019. Foto: BKSDA Aceh

 

Kepala BKSDA Bengkulu Donal Hutasoit mengatakan, dari kejadian yang ada itu, alasan beruang madu turun ke kebun dan permukiman warga karena hutan yang menjadi habitat alaminya banyak berubah fungsi menjadi kebun kopi, karet, hingga perkebunan sawit dan pertambangan perusahaan. Satwa ini terpaksa keluar habitat karena ruang gerak dan tempatnya mencari makannya rusak.

Dia mengimbau, kepada pihak-pihak yang berpotensi merusak habitat satwa langka itu untuk menghentikannya. “Habitatnya terancam, jangan lagi dihancurkan,” harapnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/Kum.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, beruang madu merupakan jenis satwa liar dilindungi.

Pelaku kejahatan bisa dijerat UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, ancamannya 5 tahun penjara dan denda Rp100 juta.

 

Sepasang beruang madu bermain di atas pohon. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Beruang madu merupakan satwa identitas Bengkulu, sebagai logo dan maskot pada Pekan Olahraga Wilayah [Perwil] X Sumatera. Dilansir dari kemenpora.go.id, peresmiannya dilakukan pada Jumat [23/3/2019], di Sekretariat Porwil X 2019, Jalan Soekarno Hatta, Bengkulu. Julukannya ‘Dang Du’.

“Dipilihnya beruang madu sebagai maskot, untuk mengangkat kearifan lokal Bumi Rafflesia serta mengenalkan satwa khas Bengkulu,” Kata Menteri Olaraga Republik Indonesia, Imam Nahrawi, saat itu.

Meski mendapat kehormatan sebagai maskot, hidup beruang madu tak pernah aman di habitat alaminya. Konflik dengan manusia dan ancaman pengrusakan habitat tak pernah selesai.

 

 

Exit mobile version