Mongabay.co.id

Foto: Penyu Itu Makan Sampah Plastik

 

 

Sampah plastik merupakan masalah besar yang butuh penanganan serius di Aceh. Jumlahnya yang banyak, pengelolaan belum maksimal, serta minimnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya merupakan masalah utama yang dihadapi saat ini. Sampah tersebut bahkan mengotori laut.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh, Cut Yusminar, pada Aksi Menghadap Laut di pantai Kabupaten Aceh Besar, pada 18 Agustus 2019 mengatakan, kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan harus ditingkatkan. Termasuk, tidak buang sampah sembarangan.

“Sampah yang masuk laut tidak hanya mengotori air atau pantai, tapi juga mengancam ikan dan hewan lainnya,” terangnya.

Baca: Bangkaru, Satu-satunya Pulau Konservasi Penyu di Aceh

 

Penyu yang terancam kehidupannya akibat sampah plastik yang mengotori laut di Aceh Selatan. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Menurut Cut Yusminar, Aceh merupakan daerah kaya sumber daya kelautan. Sebagian besar masyarakat menggantungkan hidup dengan mencari ikan. “Seharusnya, seluruh masyarakat sadar menjaga dan melindungi laut. Ketika laut tercemar sampah, masyarakat juga yang ikut terdampak,” ungkapnya.

Khaidir, masyarakat Kota Banda Aceh menuturkan, selama ini sampah hanya dibawa ke tempat pembuangan akhir. Lalu dibiarkan saja, hingga menggunung.

“Belum didaur ulang, hanya pemulung yang mengais untuk dijual. Itu juga hanya beberapa jenis plastik,” jelasnya, baru-baru ini.

Sampah-sampah itu harus segera dicarikan cara agar tidak lagi menumppuk. “Harus bisa dimusnahkan atau didaur ulang,” paparnya.

Baca: Foto: Melepas Tukik, Menjaga Keseimbangan Ekosistem Lingkungan

 

Sampah plastik yang dibuang sembarangan tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga mengancam kehidupan satwa liar di laut, tak terkecuali penyu. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Dikutip dari Antara, Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan Keindahan Kota Banda Aceh menyatakan, jumlah sampah plastik yang terkumpul Banda Aceh, mencapai 12 ton per hari.

Total sampah yang dihasilkan setiap hari adalah 35 ton. “Untuk sampah plastik berasal dari rumah tangga, perkantoran swasta dan pemerintahan, juga lembaga pendidikan,” papar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan Keindahan Kota Banda Aceh Jalaluddin.

Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman, dikutip dari laman Pemerintan Kota Banda Aceh, telah meninjau pilot project pengelolaan sampah yang diterapkan di beberapa lokasi di Banda Aceh seperti Bappeda Kota dan Min 1 Banda Aceh, Selasa [18/6/2019].

“Masyarakat terus kita edukasi pentingnya menjaga kebersihan. Tidak buang sampah sembarangan dan mengurangi penggunaan plastik harus diupayakan,” tuturnya.

 

Beginilah dampak negatif dari sampah plastik yang kita buang sembarangan. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Penyu makan sampah

Muhammas Syarif, warga Tapaktuan, berpendapat pengelolaan sampah di Aceh termasuk di Kabupaten Aceh Selatan belum maksimal. Bahkan, sampah menumpuk hingga beberapa hari yang tak jarang diterbangkan angin.

“Masyarakat masih banyak membuangnya ke sungai sehingga terbawa ke laut, lalu dimakan oleh penyu dan satwa lainnya,” terangnya.

Saya melihat langsung penyu makan sampah yang masuk laut melalui sungai, sebagaimana diterangkan Syarif. Di tanggul pemecah ombak di Kabupaten Aceh Selatan, saat air laut surut, rutin terlihat sejumlah penyu naik ke permukaan, mencari makan. Namun yang dikonsumsi justru plastik dan sampah daun.

 

Penyu ini terlihat makan sampah plastik dan daun yang dikira sebagai makanannya di Tapaktuan, Aceh Selatan, Aceh. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

“Ini hal biasa di Tapaktuan. Tidak ada kesadaran masyarakat untuk berhenti buang sampah sembarangan, meski melihat langsung penyu menyantap plastik yang dikira makanannya,” lanjut Syarif.

Penyu tersebut tampak tidak terusik pada orang yang melintasi tanggul pemecah ombak. “Saat kami perlihatkan penyu makan sampah pada masyarakat, mereka seperti tidak peduli,” paparnya.

 

 

Exit mobile version