Mongabay.co.id

SKPT Natuna, Pusat Ekonomi Baru di Ujung Utara Indonesia

 

Setelah menunggu empat tahun, sentra kelautan dan perikanan terpadu (SKPT) Natuna akhirnya berhasil selesai dibangun dan langsung diresmikan operasionalnya pada Senin (7/10/2019). Pusat ekonomi untuk sektor kelautan dan perikanan itu dibangun di sekitar Selat Lampa, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.

Selat tersebut, secara geografis lokasinya sangat strategis karena menghadap langsung ke Laut Natuna Utara yang berbatasan dengan Laut Cina Selatan. Selat Lampa juga menjadi akses utama dari kawasan tersebut menuju negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, Kamboja dan Singapura.

Saat meresmikan SKPT Natuna, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tak henti-hentinya memperlihatkan kebanggaannya pada pusat ekonomi tersebut. Bukan saja karena pembangunannya yang memakan waktu dan harus melewati perjalanan yang berliku, namun SKPT Natuna menjadi simbol Negara di kawasan Utara Indonesia.

“Ini menunjukkan perhatian luar biasa Pemerintah terhadap pembangunan di pulau-pulau terdepan Indonesia, khususnya dalam sektor kelautan dan perikanan,” ucapnya dalam siaran pers yang diterima Mongabay Indonesia, Selasa (8/10/2019).

baca : Di Selat Lampa, Harapan Warga Natuna Ditambatkan (Bagian 1)

 

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (tengah) dan perwakilan pemda setempat meresmikan pengoperasioan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Natuna, Riau, Senin (7/9/2019). Foto : Humas KKP/Mongabay Indonesia

 

Menurut Susi, sebagai daerah yang strategis, Natuna memang sengaja dipilih untuk pembangunan SKPT di kawasan pesisir dan pulau kecil. Terlebih, karena Negara juga sejak 2014 berkomitmen membangun Indonesia dengan memulainya dari kawasan pesisir dan pulau kecil.

Untuk itu, setelah berhasil dioperasikan, Susi sangat berharap SKPT Natuna bisa menjadi sumber kehidupan baru bagi masyarakat di Kabupaten Natuna dan kabupaten/kota sekitarnya. Kehadiran SKPT, dirancang memang untuk menghidupkan perekonomian masyarakat setempat dan juga yang tinggal di luar Natuna.

“Dengan adanya aktivitas dari cold storage, penyimpanan, ekspor, dan sebagainya, berarti ada komunitas yang terbangun yang akan menghidupkan ekonomi,” jelasnya.

Selain sebagai pusat kegiatan ekonomi kelautan dan perikanan, Susi mengatakan, kehadiran SKPT Natuna juga ikut berperan untuk memperkuat pertahanan Negara di kawasan pulau terdepan. Melalui SKPT, penguatan pertahanan menjadi cara yang efisien dan strategis karena kekuatan dibangun dengan melibatkan alam secara langsung.

Dengan peran strategis tersebut, dia meminta kepada masyarakat untuk tidak lagi memunggungi laut dan sebaliknya menjadikan laut sebagai halaman depan. Nasihat tersebut juga berlaku untuk masyarakat yang bertempat tinggal di pulau terdepan lain, utamanya yang saat ini sedang dan sudah dibangun SKPT.

“Kita menetapkan pulau-pulau yang terdepan kita adalah wilayah yang harus kita jaga dan kita kedepankan menjadi sebuah sentra atau poros dari pertahanan Indonesia bila terjadi sesuatu,” tutur dia.

baca juga : Ironi Pulau Sedanau, dari Kemakmuran ke Keterpurukan (Bagian 2)

 

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat meresmikan pengoperasioan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Natuna, Riau, Senin (7/9/2019). Foto : Humas KKP/Mongabay Indonesia

 

Pertahanan Negara

Peran strategis untuk pertahanan Negara, menurut Susi, akan semakin kuat jika roda perekonomian di Natuna bisa semakin berkembang setelah kehadiran SKPT. Dengan demikian, saat kekuatan militer diperlukan untuk pertahanan Negara, semua infrastruktur dan ekonomi sudah siap mendukung.

Dengan berputarnya roda perekonomian, maka Kabupaten Natuna dan Provinsi Kepulauan Riau secara umum akan ikut terdongkrak. Itu terjadi, karena SKPT Natuna menjadi pusat kegiatan di wilayah pengelolaan perikanan RI (WPPRI) 711 yang mencakup perairan laut Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Natuna Utara.

Secara tidak langsung, Susi menyebut kalau kehadiran SKPT Natuna pada masa akan datang akan meningkatkan potensi pendapatan asli daerah (PAD). Terlebih, di WPPRI 711 disebutkan ada hampir 600 kapal yang mendapatkan izin untuk beroperasi menangkap sumber daya ikan.

“Apabila mereka bisa mendarat di sini, melakukan pelelangan ikan, kemudian Pemda bisa memungut retribusi, itu menjadikan sumber pendapatan asli daerah,” sebutnya.

Melihat besarnya potensi untuk PAD, Susi sepakat jika Pemerintah Kabupaten Natuna menetapkan sektor kelautan dan perikanan, serta pariwisata sebagai fokus pembangunan ekonomi. Tetapi, agar rencana tersebut bisa berjalan baik, Pemkab harus berkomitmen dan melaksanakan disiplin dalam menjaga kedaulatan di laut.

“Komitmen dan disiplin pemerintah daerah dan semua apgakumnya harus jadi satu. Kemudian masyarakatnya harus patuh, harus ikut,” ujarnya.

Di atas segalanya, Susi menambahkan, pembangunan SKPT Natuna memang sejalan dengan janji Nawa Cita Presiden Joko Widodo yang diperkuat dengan arahan Presiden saat memimpin rapat terbatas di atas KRI Imam Bonjol 383 pada 23 Juni 2016 lalu. Saat itu, Presiden menetapkan fokus pembangunan Natuna adalah pada dua sektor, yaitu perikanan dan migas (minyak dan gas).

perlu dibaca : Beruntungnya Natuna Dibuatkan Fasilitas Berstandar Internasional (Bagian 3)

 

Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti melepaskan ekspor 15 ton gurita (Callistoctopus ornatus) ke Jepang dari SKPT Natuna, Riau. Foto : Humas KKP/Mongabay Indonesia

 

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP Zulficar Mochtar menjelaskan, pembangunan SKPT Natuna juga dimaksimalkan dengan adanya kapal perikanan bantuan untuk menunjang kegiatan nelayan setempat. Sepanjang tahun 2016-2017, KKP telah menyerahkan 70 unit kapal perikanan.

“Kapal-kapal ini diberikan kepada 11 koperasi nelayan yang tersebar di Kabupaten Natuna. Tak lupa, disediakan pula pelayanan kesyahbandaran,” ungkapnya.

 

Pusat Ekonomi

Dengan alokasi dana sebesar Rp221,7 miliar, SKPT Natuna dibangun di atas lahan seluas 5,8 hektare selama periode 2015-2019. Luas tersebut, tiga hektare dibangun melalui reklamasi laut, dan sisanya di atas lahan daratan yang sudah ada. Pembangunan pusat ekonomi tersebut difokuskan pada pengembangan Pelabuhan Perikanan Selat Lampa.

Sejalan dengan kegiatan pembangunan SKPT, kegiatan perekonomian masyarakat sekitar juga tetap berlangsung normal dan sudah menggunakan Selat Lampa sebagai pusat kegiatan sejak 2017. Bahkan, di pelabuhan tersebut, tercatat sudah ada pendaratan ikan hingga 1.361 ton dengan nilai Rp34 miliar per akhir Desember 2018.

Angka produksi tersebut, menurut Zulficar akan terus meningkat seiring dengan diarahkannya kapal-kapal ikan izin pusat, provinsi dan kapal nelayan Natuna yang beroperasi di perairan WPP 711 agar mendaratkan hasil tangkapannya di lokasi SKPT Natuna.

Salah satu kegiatan ekonomi yang sudah berhasil dijalankan di SKPT Natuna, adalah kegiatan ekspor. Terbaru, sebanyak 15 ribu kilogram gurita (Callistoctopus ornatus) berhasil diekspor ke Jepang. Produk laut tersebut adalah hasil tangkapan nelayan di perairan Natuna dan sekitarnya.

perlu dibaca : Untuk Jadi Penguasa di Laut, Indonesia Butuh Coast Guard Segera (Bagian 4)

 

Lokasi pembangunan Pelabuhan di Selat Lampa, Natuna, Kepulauan Riau pada awal September 2016. Pembangunan pelabuhan itu sebagai bagian dari pembangunan sentra perikanan dan kelautan terpadu (SKPT) dari program KKP. Foto : M Ambari/Mongabay Indonesia

 

Direktur Keuangan Perum Perindo Arief Goentoro memprediksi, permintaan ekspor gurita akan terus meningkat mulai bulan ini hingga Januari 2020. Diperkirakan, ekspor akan mencapai 2 sampai 4 kontainer per bulan dengan komoditas sebanyak 15 ton per kontainer. Dari setiap kontainer, nilai ekonomi yang dihasilkan mencapai Rp1 miliar atau Rp72 ribu per kg gurita.

Bupati Natuna Hamid Rizal mengapresiasi kehadiran SKPT Natuna. Dia optimis, kehadiran pusat ekonomi baru itu bisa mendongkrak perekonomian daerah yang dipimpinnya dan bisa mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar, utamanya nelayan.

“Dengan hadirnya SKPT ini, kami dari pemerintah daerah merasakan sekali ada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dari awalnya pada tahun 2016 saya masuk ke Natuna, pertumbuhan ekonomi kita baru mencapai 3,5 persen per tahun. Dengan adanya kegiatan SKPT ini, sekarang pertumbuhan ekonomi kita itu sudah mencapai 5,8 persen per tahun,” ucapnya.

 

Exit mobile version