Mongabay.co.id

Foto: Fenomena Sempurna Gerhana Matahari Cincin

 

 

Gerhana Matahari Cincin [GMC] terjadi di sejumlah daerah di Indonesia dan beberapa negara lain seperti Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman, India, Sri Lanka, Malaysia, Singapura, Kepulauan Mariana Utara, dan Guam.

Di Indonesia, GMC hanya bisa dilihat di tujuh provinsi yang tersebar di 25 kabupaten/kota. Tujuh Provinsi itu adalah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur.

Baca: Indahnya Angkasa Raya Dilihat dari Bosscha

 

Foto sempurna Gerhana Matahari Cincin di Sinabang, Kabupaten Simeulue, Aceh, 26 Desember 2019. Foto: Kanwil Kemenag Aceh/Khairul Umami

 

Gerhana Matahari Cincin, sebagaimana dikutip dari Bosscha, terjadi ketika Bulan menutupi pusat Matahari, meninggalkan tepi terluar Matahari membentuk “cincin api” atau annulus yang diamati dari permukaan Bumi. GMC terakhir kali teramati dari sebagian wilayah Indonesia pada 26 Januari 2009.

 

Konfigurasi Bumi-Bulan-Matahari dalam skema Gerhana Matahari Cincin [GMC]. Sumber: Observatorium Bosscha

 

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika [BMKG] menjelaskan, GMC yang terjadi pada 26 Desember 2019, bertepatan dengan peringatan 15 tahun bencana gempa dan tsunami Aceh. Di Indonesia gerhana ini pertama kali terlihat di Sinabang, Kabupaten Simeulue, Aceh, dan berakhir di Tanjung Redep, Kalimantan Timur.

Terjadinya GMC melewati beberapa tahapan yaitu fase awal piringan matahari mulai tertutup bulan, matahari mulai tertutup bulan, hingga matahari ditutup oleh bulan.

Baca: Begini, Reaksi Satwa Liar Saat Gerhana Matahari Total

 

 

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh melakukan pemantauan langsung GMC di Kota Sinabang. Tim Falakiyah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh Alfirdaus Putra menyatakan, di Sinabang, GMC terlihat sempurna karena cuaca sangat cerah.

“Gerhana Matahari Cincin di Sinabang terjadi pukul 11.53 menit 51 detik hingga berakhir pada pukul 11.56 menit 54 detik. Sementara puncaknya pukul 11.55 menit 20 detik,” terangnya.

Baca: Antusiasme Masyarakat Saksikan Gerhana Matahari Total Memang Luar Biasa

 

Gerhana Matahari Cincin yang dipantau dari Banda Aceh. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Di Kota Banda Aceh, juga dilakukan pengamatan meskipun tidak berbentuk cincin atau matahari hanya tertutup sebagian [sabit]. Pengamatan dilakukan BMKG Stasiun Mate Ie, Kabupaten Aceh Besar, di Gedung Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Universitas Syiah Kuala di Ulee Lheue, Kota Banda Aceh.

Baca juga: Foto: Inilah Pertunjukan Semesta Spektakuler

 

Gerhana Matahari Cincin yang dilihat di wilayah tertentu saja di Indonesia. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Gerhana matahari tidak bisa dilihat langsung

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Mata Ie, Djati Cipto Kuncoro mengatakan, GMC tidak bisa dilihat langsung, karena dapat merusak mata bahkan bisa menyebabkan kebutaan.

“Melihat gerhana matahari harus menggunakan pelindung mata atau filter khusus, seperti kacamata matahari, teleskop dan lainnya,” terangnya, Kamis [26 Desember 2019].

 

Di Indonesia gerhana pertama kali terlihat di Sinabang, Kabupaten Simeulue, Aceh. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Dikutip dari situs Alodokter, dijelaskan bahwa menatap gerhana matahari langsung tanpa pelindung dapat menyebabkan retinopati surya. Artinya, suatu kondisi terjadi akibat terlalu banyak sinar ultra violet [UV] masuk ke retina yang akhirnya merusak mata.

 

Memotret fenomena Gerhana Matahari Cincin juga harus menggunakan filter lensa. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Saat masuk ke mata, sinar UV akan difokuskan oleh lensa dan diserap oleh retina yang berada di belakang mata. Setelah diserap retina, sinar UV menghasilkan radikal bebas yang mulai mengoksidasi jaringan di sekitar mata. Hasilnya, sel batang dan sel kerucut pada retina akan rusak. Kondisi inilah yang dinamakan dengan retinopati surya.

 

Melihat gerhana matahari harus menggunakan pelindung mata. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Orang yang mengalaminya, umumnya tidak langsung merasakan gejala atau bahkan tidak merasakan gejala sama sekali. Gejala muncul beberapa jam hingga 12 jam kemudian, yang berupa, rasa tidak nyaman pada mata saat menatap cahaya terang, sakit mata, mata berair, dan sakit kepala.

 

Menatap gerhana matahari langsung tanpa pelindung dapat menyebabkan kerusakan mata. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Dalam kondisi lebih serius pandangan kabur atau berbayang, menurunnya kemampuan melihat warna dan bentuk, terdapat bintik hitam di tengah mata, dan kerusakan mata permanen.

 

 

Exit mobile version