Mongabay.co.id

Musim Tanam Padi, Petani Mulai Jual-Beli Sapi

 

Siang itu matahari tepat berada di atas kepala. Parmu (55) terlihat sibuk menawarkan sapi di pasar hewan di Desa Sugihan, Kecamatan Jatorogo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Mulutnya tidak berhenti menjajakan hewan dengan nama latin Bos Taurus itu disaat ada orang melintas di depannya. “Ayo ayo sapine di tuku, rego murah awak’e lemu (ayo ayo sapinya dibeli, harga murah badanya gemuk),” tawarnya dalam bahasa Jawa.

Saat berjualan lelaki dengan topi khas koboi ini berjalan kaki keliling pasar menawarkan sapi yang dia bawa, penawaran tidak terpusat di satu titik saja. Setiap berhenti pasti ada yang menawarnya. Tidak jarang dia menolak karena harga yang ditawar pembeli kurang pas.

Pria asal Bojonegoro ini mengaku rutin datang ke pasar hewan Jatirogo untuk menjual sapi dagangannya. Dia datang seminggu sekali selama hari pasaran tiba. Ramainya hanya seminggu sekali, tepatnya pada hari Jum’at.

baca : Melihat aktivitas Pasar Satwa di Splendid Malang

 

Suasana pasar hewan di Desa Sugihan, Kecamatan Jatorogo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Selain di pasar hewan Jatorogo, Parmu juga menjajakan sapinya di pasar-pasar sapi di Lamongan dan Bojonegoro dengan hari yang berbeda-beda. Bersama rekannya dia berangkat dari rumah saat hari menjelang subuh, kemudian memulai transaksi jual-beli sapi ketika matahari mulai terbit.

Suasana pasar yang berjarak sekitar 66 km dari pusat kota Tuban terlihat padat dan ramai. Selain Parmu ada ratusan pedagang yang menawarkan berbagai macam ras sapi. Di pasar hewan ini jika menggunakan kendaraan bermotor.

baca juga : Begini Nasib Satwa-satwa Ini di Pasar Ekstrem…

 

Pedagang saat melakukan transaksi jual-beli sapi dengan petani. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Sapi Tanen Turun Harga

Di luar pasar ratusan truk dan mobil pick up milik pedagang diparkir di dekat pasar. Di bagian dalam pasar tertambat ratusan ekor sapi di tempat yang sudah disediakan. Suwito salah satu petani menjelaskan di musim tanam padi ini dia harus menjual sapi yang sudah dia rawat dalam satu tahun.

Bersamaan dengan masa tanam tahun ini dia menggantinya dengan sapi kecil untuk dirawat kembali. “Untungnya nanti bisa untuk biaya menanam padi. Selebihnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujar pria berkulit sawo matang itu, Jumat, (14/02/2020). Dalam bahasa petani membeli anakan sapi biasa juga disebut dengan membeli bakalan, umur sapi antara 6-10 bulan.

Suwito menjelaskan, diawal tahun antara bulan satu sampai bulan empat harga sapi tanen atau dipelihara petani yang pakanya lebih hijauan cenderung turun, bisa dikatakan murah. Hal itu dikarenakan para petani baru memulai tanam padi. Petani lebih banyak yang menjual sapinya.

Berbeda ketika masa panen tiba. Jika panennya beruntung para petani ini banyak yang membeli sapi. Semakin banyak yang mencari harga sapi semakin mahal. Dia menambahkan, naiknya harga sapi ketika bulan lima. Saat bulan puasa, hari raya dan idul adha harga sapi bisa lebih tinggi lagi.

perlu dibaca : Begini Cara Petani Buah di Lamongan Berbagi Keberkahan

 

Tanduk sapi yang dirapikan sebelum dijual. Kondisi sapi rapi harga jual juga bisa lebih tinggi. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Sementara itu, Kasmidan menjelaskan untuk sapi pedaging atau sapi potong saat ini harganya cenderung stabil. Sapi yang sudah dirawat satu atau dua tahun mulai dijual dipasaran. Misalnya awal pembelian dengan harga sekitar Rp20 juta nanti dijual dengan harga Rp30 juta. Perputaran dari perawatan sampai penjualannya sapi rata-rata sekitar satu tahun.

“Harganya bisa mahal lagi ketika bulan puasa sampai nanti pada hari raya qurban,” kata pria 50 tahun ini. Lanjutnya, untuk sekarang ini sapi laku terjual paling 2-3 ekor. Berbeda ketika bulan puasa dan qurban yang bisa sampai 8-10 ekor.

Hal senada juga disampaikan pedagang lain, Tasmiran. Dia mengatakan keberuntungan pedagang sapi ini ketika bulan puasa dan Hari Raya Idul Adha. Karena pada momentum itu banyak orang yang mencari sapi. Pengalaman dari tahun ke tahun saat hari raya Islam itu dia bahkan pernah kirim 100 sapi ke Surabaya dan Jakarta.

baca juga : Menikmati Pasir Putih Pantai Remen Tuban, Tumpuan Warga Menimba Mata Pencaharian

 

Selain jual-beli di pasar ini juga terdapat jasa untuk memberikan nutrisi sapi sebelum melakukan perjalanan. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Penuh Sesak

Meski banyak pedagang menyesaki pasar hewan seluas 3 hektare itu, para pedagang tidak patah arang. Mereka berkelompok. Daganganya dibedakan berdasarkan kebutuhan pelanggan. Ada kelompok anakan sapi biasa disebut juga dengan istilah bakalan. Di tempat inilah yang banyak dikunjungi para petani. Sisi lain, ada kelompok sapi pedaging. Mereka tampak menggelar dagangannya meladeni setiap pengunjung yang datang.

Aktivitasnya seperti berada di kandang ternak akan terasa kental disini. disaat hujan turun, serta merta halaman pasar akan berubah menjadi lautan kotoran sapi bercampur dengan tanah yang becek. Atmosfer seperti ini sudah menjadi pemandangan biasa yang terjadi di areal Pasar Hewan Jatirogo.

Riyandi Sayudi, salah satu pengunjung mengatakan. Di pasar tradisonal ini seharusnya ada perhatian dari pemerintah misalnya lantai diperbaiki dengan paving agar tidak becek. Selain itu pihak pengelola juga lebih memperhatikan parkirannya yang kurang teratur.

 

Petani berusaha memasukkan sapi ke pick up. Tidak sedikit petani yang mengalami kesulitan saat membawa sapi ke kendaraan bermotor tersebut. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Menurut Riyandi, jika pasar ini bisa dikelola dengan baik. Tentunya berpeluang jadi tempat wisata edukasi sapi. Hal itu dikarenakan adanya berbagai macam ras sapi yang dijual di pasar ini seperti limousin, brahma, sapi Madura, sapi Bali, sapi simental, sapi brangus, dll.

Setiap hari Jum’at rata-rata ada 750 sapi keluar masuk, Tokol Sanyoto salah satu pengelola pasar menjelaskan. Saat hari raya qurban yang mencari sapi di pasar ini bahkan ada yang dari Madura, Kalimantan dan Surabaya. Pasar ini dikelola oleh desa setempat dengan biaya karcis per ekornya ditarik Rp7 ribu.

 

Pedagang menggiring sapi untuk dinaikkan ke truk usai laku terjual. Foto : Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version