Mongabay.co.id

Setelah 2.000 Tahun, Biji-biji Ini Tumbuh Saat Ditanam

 

 

Pusat Penelitian Pengobatan Alami Louis L Borick yang berada di Yerusalem, berhasil menanam enam pohon kurma dari biji berusia sekitar 2 ribu tahun di gurun Yudea, dekat Yerusalem, Israel. Benih ini berasal dari zaman yang sama dengan peristiwa kuno ini, saat tentara imperium Roma mengepung Masada dan Naskah Laut Mati ditulis.

Dilansir dari New Scientist, benih tua tersebut ditemukan Sarah Sallon, peneliti dari Hadassah Medical Center, benteng kuno Masada, di Taman Nasional Masada di sebelah Laut Mati, wilayah Israel bagian selatan.

Untuk memverifikasi benih itu kuno, bukan spesimen lebih baru yang disimpan di tengah artefak arkeologis oleh hewan penggali, tim karbon memberi tanggal pada fragmen kulit biji yang menempel di akar, setelah benihnya tumbuh. Biji ini berumur antara 2.200 dan 1.800 tahun.

Baca: Luar Biasa, Usia Tumbuhan Padang Pasir Ini Seribu Tahun Lebih

 

Pohon kurma yang biasanya dijumpai di wilayah Timur Tengah, dapat tumbuh menjulang di Yuma, Arizona. Foto: USDA Natural Resources Conservation Service/Jeff Vanuga/Wikimedia Commons/Public domain

 

Beberapa spesimen benih ditemukan dalam keadaan hampir hancur, berlubang karena serangga, dan sebagian lagi dalam keadaan utuh. Sebanyak 34 spesimen yang paling baik, direndam di air yang telah dicampur hormon yang mendorong perkecambahan dan akar, juga pupuk cair.

Spesimen ini kemudian ditanam di tanah pot steril. Enam biji berkecambah dan tumbuh menjadi bibit yang pada akhirnya menjadi pohon kurma. Sebagian hanya perlu beberapa minggu untuk tumbuh, sementara sebagian lagi perlu setengah tahun.

Benih yang tumbuh lebih panjang beberapa sentimeter dan 30 persen lebih besar dari biji kurma moderen. Ini menunjukkan, kurma yang secara signifikan lebih besar dari varietas moderen.

Baca: Ada ‘Gurun’ di Tengah Samudra Pasifik, dan Kini Ilmuwan Tahu Apa yang Hidup di Sana

 

Inilah 6 biji kurma kuno usia 2 ribu tahun sebelum ditanam. Foto: Dok. Guy Eisner/Science Advances

 

Kurma-kurma ini juga memiliki rasa manis, dan menjadi obat. Kurma-kurma dari gurun Yudea dikenal dapat disimpan untuk waktu lama sehingga dapat diekspor ke seluruh Kekaisaran Romawi di masa lalu.

“Sangat luar biasa mengetahui tim peneliti berhasil menumbuhkan benih setua itu,” kata Oscar Alejandro Pérez-Escobar, peneliti kurma dari Royal Botanic Gardens, Kew, Inggris.

Fakta bahwa tim telah melakukannya tidak hanya sekali tetapi tujuh kali, menunjukkan bahwa benih kuno dapat digunakan untuk membangkitkan gen yang hilang setelah ribuan tahun berkembang biak.

“Benih-benih kuno ini mungkin mewakili hilangnya keragaman genetik yang tidak lagi kita lihat di era ini,” kata Pérez-Escobar. Karena petani kurma beradaptasi dengan perubahan iklim dan memerangi hama dan penyakit dengan berbagai pestisida. Mereka kini mungkin ingin memanfaatkan gen-gen kuno yang tersembunyi di arsip arkeologis.

Baca juga: Sahara, Gurun Pasir yang Dulunya Danau Raksasa

 

Pohon kurma ini tumbuh dari biji yang ditanam yang diperkirakan berusia dua ribu tahan. Foto: Dok. Guy Eisner/Science Advances

 

Mengapa benih kurma bisa bertahan begitu lama, tidak ada orang yang bisa memastikan. Benih-benih [biji-biji] memang secara fisik keras, tahan terhadap cuaca panas dan kekeringan di padang pasir.

Meski begitu, Sallon mensinyalir ada kontribusi dari lingkungan ditemukan, yakni dekat Laut Mati, tempat terendah di Bumi. Itu berarti, ia memiliki lapisan atmosfer sangat tebal untuk melindungi dari radiasi kosmik yang dapat merusak biji.

“Posisi rendah, panas, kondisi kering, semua itu dapat mempengaruhi umur panjang embrio,” kata Sallon. Ukuran biji yang tidak biasa bisa memainkan peran juga. Semakin banyak materi genetik, semakin besar kemungkinan untuk tetap utuh. Kini para peneliti berharap, bisa menumbuhkan buah kurna dengan melakukan penyerbukan kurma betina dengan jantan.

Budidaya kurma diperkirakan pertama kali dilakukan di Jazirah Arab dan Mesopotamia [sekarang Irak], lebih dari 6.000 tahun lalu. Pernah tersebar luas di Yudea kuno, wilayah Levant atau Syam.

Selain sebagai makanan penting, kurma-kurma di Yudea juga digunakan untuk mengobati berbagai kondisi medis, termasuk depresi dan memperkuat memori. “Kurma adalah komoditas ekspor yang sangat besar dari Judea di masa lalu dan mereka terkenal,” tutup Sallon.

Penelitian ini telah diterbitkan di Science Advances, edisi 5 Februari 2020. Sarah Sallon merupakan penulis utama pada riset berjudul “Origins and insights into the historic Judean date palm based on genetic analysis of germinated ancient seeds and morphometric studies.”

 

 

Exit mobile version