Mongabay.co.id

Burung Layang-Layang Batu, Si Mungil Penolong Petani

 

Burung layang-layang batu merupakan burung yang hidupnya berkelompok kecil, bertengger di atas besi bangunan yang belum jadi. Saat pagi hari, masing-masing dari mereka menggeliat. Kemudian, paruhnya digunakan untuk membersihkan badannya yang mungil, ukuran panjang tubuh sekitar 14 cm.

Sebagian dari mereka ada yang terbang kecil. Sebagian bermanuver seperti pesawat tempur, geraknya lincah menyambar air. Lalu kembali mengudara menghampiri kawanan lainnya. Ada pula yang bercumbu meski terlihat malu-malu. Itulah burung layang-layang batu.

baca : Mengenal Burung Bubut Jawa yang Semakin Langka

 

Burung dengan nama latin Hirundo tahitica ini badannya mungil, ukuran panjang tubuh sekitar 14 cm. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Burung yang dikenal dengan sebutan Pacifik Swallow ini merupakan salah satu anggota Hirundinidae yang penetap. Cukup umum ditemukan di berbagai tempat. Aktifitasnya selalu berkelompok kecil dan beristirahat dengan bertengger di besi bangunan. Selain itu juga sering dijumpai bertengger di kabel-kabel listrik PLN.

Tubuh atas berwarna biru, sementara dahinya berwarna coklat. Namun, terdapat perbedaan yang mencolok dengan layang-layang api atau asia. Dimana ekor burung layang-layang batu lebih pendek dan menggarpu dangkal.

Selain itu, tidak ada garis tebal biru pada dada. Ketika bertengger, ekor layang-layang batu tampak tertutup oleh sayapnya yang lebih panjang.

baca juga : Di Tempat Asalnya, Si ‘Buruk Rupa’ ini Dijuluki Burung Neraka

 

Burung yang dikenal dengan sebutan Pascifik Swallow ini tersebar sampai ketinggian 1.640 mdpl. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Habitat

Burung dengan nama latin Hirundo tahitica ini populasinya banyak, di atas rata-rata burung biasa. Hal itu dikarenakan tempat pembesarannya cenderung fleksibel dibandingkan dengan burung-burung lain yang hanya di tempat-tempat tertentu. Sedangkan layang-layang batu bisa membuat sarang di gorong-gorong, emperan, di atas tebing, jembatan, dermaga, di bawah atap, di kasau dalam gedung, atau di dalam gua.

Layang-layang batu adalah salah satu jenis burung yang seringkali dijumpai pada area persawahan atau penghuni sekitar permukiman, makanan utamanya yaitu jenis-jenis serangga, seperti kumbang (Coleoptera), semut (Formicidae), rayap (Isoptera).

Selain itu, ikan-ikan kecil juga menjadi makananya. Biasanya bisa dijumpai pada aliran sungai saat siang hari untuk memangsa ikan-ikan kecil di sungai tersebut. Burung ini membangun sarang dengan bahan dasar lumpur di tebing atau dinding.

menarik dibaca : Burung Bondol Jawa, Si Burung Mungil Pemakan Bulir

 

Burung layang-layang batu aktifitasnya selalu berkelompok kecil dan beristirahat dengan bertengger di besi bangunan. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Iqbal Nur Ardiansyah (23), dari Komunitas Kelompok Studi Satwa Liar Universitas Muhammadiyah Malang, berbagi pengalaman selama pengamatan, menjelaskan, layang-layang batu juga banyak dijumpai di Kalimantan maupun Papua. Burung ini hidupnya cenderung di tempat-tempat terbuka. Belum pernah ditemukan di kawasan hutan-hutan rapat.

“Masa bertelurnya antara 2-3 butir. Sedangkan masa berkembangbiak antara bulan Desember sampai bulan Juli,” tuturnya saat dihubungi, pada Senin (18/05/2020).

Lebih lanjut, jika terbang burung layang-layang batu selalu menyambar serangga di area persawahan. Sehingga menurut Iqbal hal ini berdampak baik bagi petani, karena peranya bisa membantu dalam pengendalian populasi hama.

Sementara statusnya, berdasarkan data International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) burung ini masuk dalam kategori spesies risiko rendah, atau least concern.

Karena populasinya banyak, sehingga tingkat keterancaman tidak seberapa. Hal ini, kata Iqbal, berbeda dengan burung walet linchi (Collocalia linchi) yang banyak dimanfaatkan sarangnya, sehingga perburuan marak.

baca juga : Kesetiaan Johan Iskandar pada Burung-burung Citarum

 

Burung layang-layang batu saat bertengger di kabel di kawasan Dusun Mencorek, Brondong, Lamongan, Jawa Timur. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Meski begitu, ancaman layang-layang batu tetap ada. Seperti penggunaan peptisida yang digunakan petani dalam penanggulangan hama secara berlebihan juga akan mempengaruhi keberadaanya di suatu kawasan. “Burung ini juga bisa dijadikan pancingan burung walet,” imbuhnya.

Pria alumni Kehutanan Universitas Muhammadiyah Malang ini mengaku berkesan dengan pergerakan burung layang-layang batu yang mampu terbang sehari penuh tanpa harus bertengger. “Jadi, daya tahan terbangnya lebih lama. Hanya memang dari corak warna tidak seberapa menarik”, pungkas dia.

 

Persebaran

Beberapa literatur menjelaskan untuk persebaran. Selain di Indonesia, burung layang-layang batu juga tersebar di beberapa negara seperti Papua Nugini, Sri Lanka, India, Thailand, Myanmar, Semenanjung Malaysia, dan Filipina. Biasanya mencari makan sendiri-sendiri dalam lingkaran atau melayang rendah di atas air.

Ketika musim dingin, seringkali bergabung dengan burung walet. Tetapi tidak berkumpul dalam kelompok besar untuk beristirahat.

 

Mempunyai karakter tubuh atas berwarna biru, sementara dahinya berwarna coklat. Namun, terdapat perbedaan yang mencolok dengan layang-layang api atau asia. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Kepustakaan Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Taman Nasional Baluran tentang Burung-Burung Taman Nasional Baluran (2009), menyebut, keberadaan layang-layang batu sempat diragukan di kawasan Taman Nasional Baluran, karena warnanya yang mirip dengan layang-layang asia remaja dalam lokasi yang sama.

Burung ini memiliki persebaran yang agak luas. Hidupnya berkelompok dalam jumlah yang kecil, jumlah kelompok terbesar ditemukan disekitar blok gatel di area persawahan dan area tambak ikan di kawasan Taman Nasional Baluran.

Ukurannya lebih kecil dibandingkan layang-layang lainnya. Karakternya jika terbang suka menyambar mangsanya yang sedang terbang di udara. Suara berupa cicitan menyenangkan dan suara tanda bahaya nada tinggi “twit”. Mempunyai sarang berbentuk seperti rumah orang Eskimo, dengan pintu masuk seperti lorong.

 

Sasaran perburuan burung layang-layang batu yaitu jenis-jenis serangga, seperti kumbang (Coleoptera), semut (Formicidae), rayap (Isoptera). Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Sedangkan Diah Irawati Dwi Arini, dkk (2011) dalam Keanekaragaman Avifauna Beberapa Kawasan Konservasi Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo, menjelaskan, Layang-layang batu merupakan jenis penetap yag umum di desa-desa seluruh Sulawesi.

Biasa mencari makan di pedesaan yang terbuka, misalnya sawah, padang rumput, lahan budidaya, sungai-sungai, rawa-rawa, sering ditemukan dipemukiman penduduk, juga hutan yang ditebang. Khususnya dekat dengan air. Sebagian besar penghuni daerah pesisir. Namun, juga ada di pedalaman. Tersebar sampai ketinggian 1.640 mdpl.

 

Exit mobile version