Mongabay.co.id

Cyrtodactylus jatnai, Spesies Baru di Taman Nasional Bali Barat

 

 

Indonesia kaya akan flora dan fauna, termasuk tingkat endemisitasnya yang tinggi. Terbaru, jenis khas baru dari reptil Cyrtodactylus ditemukan di kawasan Taman Nasional Bali Barat [TNBB].

Temuan berjudul A new Bent-toed Gecko species of the genus Cyrtodactylus Gray, 1827 [Squamata: Gekkonidae] from the West Bali National Park, Bali, Indonesia, telah dimuat di Jurnal TAPROBANICA Vol. 09, No. 1, Mei 2020.

Sejumlah peneliti yang terlibat adalah A.A. Thasun Amarasinghe [Research Center for Climate Change Universitas Indonesia/RCCC UI], Awal Riyanto [Museum Zoologicum Bogoriense/MZB], Mumpuni [Museum Zoologicum Bogoriense/MZB], dan Lee L. Grismer [La Sierra University, California, AS].

Spesies ini dinamakan Cyrtodactylus jatnai, bentuk penghargaan kepada ahli konservasi, ekologi, dan primatologi Profesor Jatna Supriatna [Universitas Indonesia] yang lahir di Bali. Juga, atas kontribusi besar Jatna yang dijuluki “The Conservation Warrior of Indonesia” untuk konservasi keanekaragaman hayati Indonesia dan dukungannya selama penelitian.

Baca: Jatna Supriatna: Kecintaan Kita pada Alam Masih Rendah

 

Inilah Cyrtodactylus jatnai, spesies baru di Taman Nasional Bali Barat. Foto: A.A. Thasun Amarasinghe

 

Amarasinghe dkk, dalam laporan itu menjelaskan, sejak 100 tahun lalu, spesies tersebut dikenal dengan nama Cyrtodactylus fumosus. Namun, berdasarkan penelitian rinci, ditemukan bahwa Cyrtodactylus dari Bali ini, sebagai jenis berbeda. Jenis ini ditemukan di batang pohon dekat pantai di Taman Nasional Bali Barat. Marga Cyrtodactylus sendiri memiliki kekayaan jenis.

Secara morfologi dan contoh dari beberapa daerah biogeografi lainnya, memang menunjukkan ada kemiripan dengan Cyrtodactylus seribuatensis dari Pulau Seribuat di Malaysia bagian barat. Tetapi ada ciri yang membedakan, pada bagian sisiknya.

“Individu yang diambil di Taman Nasional Bali Barat ini dilakukan pemeriksaan di Museum of Zoology, Research Center for Climate Change, University Indonesia yang spesimennya berada di Museum Zoologicum Bogoriense, Cibinong,” ungkapnya.

Baca: Cicak Jari Lengkung Tambora, Spesies Baru yang Meyakinkan Indonesia Juara Ragam Hayati

 

Cyrtodactylus jatnai jantan dewasa yang merupakan koleksi Museum Zoologicum Bogoriense/MZB, LIPI. Foto: Awal Riyanto

 

Berbeda

Morfologi dan warna jenis baru Cyrtodactylus jatnai di antaranya adalah individu jantan dewasa memiliki ukuran maksimum SVL 66.8 mm, panjang kepala 19.5 mm. Punggung cokelat kekuningan dengan bercak gelap, delapan pasang bercak gelap berbentuk persegi.

Sepasang bercak gelap membentuk huruf V di bagian belakang kepala. Terdapat garis gelap yang memanjang dari tepi lubang hidung bagian belakang menuju bagian depan dari sisik-sisik kecil yang mengelilingi mata, yang terputus di mata. Kemudian berlanjut hingga ke lubang telinga dan terputus bercak kekuningan di atas telinga.

Ada 16 buah pita berwarna gelap pada ekor. Terdapat bintil bintil pada lipatan sisi tubuh dengan dua hingga tiga baris bintil kuning yang letaknya bersebelahan dengan lipatan sisi tubuh. Jantan memiliki lubang femoro-precloacal, sementara betina tidak punya. Panjang ekornya 82.5 mm.

Cyrtodactylus jatnai sangat persis dengan jenis Cyrtodactylus batucolus yang berada di Pulau Besar, Malaysia; Cyrtodactylus darmandvillei di Pulau Flores dan Kalao, Indonesia; Cyrtodactylus jellesmae di Pualu Sulawesi, Indonesia; Cyrtodactylus kimberleyensis di Pulau E. Montalivet, Australia; Cyrtodactylus petani di Pulau Jawa, Indonesia; Cyrtodactylus sadleiri di Pulau Christmas, Australia; dan Cyrtodactylus seribuatensis di Pulau Seribuat, Malaysia.

Namun jenis yang paling dekat secara morfologi dan filogeni adalah Cyrtodactylus seribuatensis dari Malaysia [Pulau Seribuat] dengan ukuran maksimum SVL 75 mm [vs 66.8], supralabial 8-13 [vs 9-11], dan infralabial 7-10 [vs 8 dan 9] dan sama-sama memiliki bintil pada bagian kepala.

“Jenis baru ini diyakini satu-satunya yang dilaporkan dari Bali Barat dan endemik. Sangat menarik bila ada kajian struktur dan sifat yang sama di Pulau Jawa bagian timur atau di Selat Bali yang dekat Pulau Jawa,” terang Amarasinghe.

Perlu banyak kegiatan dan kerja lapangan, khususnya di Jawa Timur yang masih sedikit eksplorasinya. “Kami berasumsi akan lebih banyak survei dan studi mengenai biodiversitas di Pulau Bali setelah ini, termasuk jenis fauna yang mungkin berevolusi dengan posisinya yang dekat dengan daratan Sunda Besar dan Sunda Kecil,” jelasnya.

Baca: Inilah Cicak Spesies Baru dari Pegunungan Mekongga

 

Morfologi Cyrtodactylus jatnai. A [kepala bagian depan. B [kaki]. C [tulang paha]. D [ekor]. Foto: A.A. Thasun Amarasinghe

 

Potensi Indonesia

Awal Riyanto, yang merupakan Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia [LIPI] di Pusat Penelitian Biologi, Museum Zoologicum Bogoriense, Cibinong, kepada Mongabay Indonesia mengatakan, penemuan spesies baru dari Marga Cyrtodactylus atau biasa kita kenal cicak jari lengkung dan taksa lainnya masih sangat terbuka.

Pendeskripsian spesies tahun 1900-an ke bawah umumnya sangat singkat. Dengan kemiripan karakter yang terbatas, otomatis individu atau populasi dari lokasi lain, meski jaraknya dipisahkan lautan dan pegunungan, dianggap spesies sejenis.

“Telaah lebih detil yang ditunjang pemanfaatan teknologi seperti analisis molekular, adalah keniscayaan spesies-spesies yang sesungguhnya berbeda tetapi dikenal sebagai satu jenis [kriptik] akan terungkap sebagai spesies tersendiri. Prosesnya lebih cepat,” ujarnya, Minggu, 31 Mei 2020.

Awal menuturkan, cicak jari lengkung adalah nama baku untuk cicak genus Cyrtodactylus. Jumlah total jenis genus ini sekitar 296 spesies, dan belum termasuk Cyrtodactylus jatnai dari TNBB.

Cicak jari lengkung dari Bali ini memang istimewa karena dalam satu abad dikenal sebagai Cyrtodactylus fumosus. Habitatnya yang berada di Taman Nasional Bali Barat, tentu saja menjadi jaminan kelestarian populasinya.”

Sebagai kelompok herpetofaua, cicak mempunyai tingkat metabolisme rendah, sehingga mempunyai efisiensi konfersi energi yang tinggi. Kondisi ini membuatnya penting dalam rantai makanan ekologi. “Secara kasat mata, cicak ikut mengendalikan populasi serangga yang menjadi mangsanya, demi menjaga keseimbangan ekosistem,” lanjutnya.

Baca juga: Cicak Jari Lengkung Petani, Spesies Baru di Penghujung 2015

 

Persebaran Cyrtodactylus. Sumber: Jurnal TAPROBANICA Vol. 09, No. 1, Mei 2020

 

Awal menjelaskan, terkait pemberian nama spesies baru, ini merupakan hak prerogatif penulisnya, yang merupakan keasyikan tersendiri. Dalam sistem tata nama binomial, suatu spesies terdiri atas dua kata. Kata pertama menunjukkan genus dan kata kedua merujuk spesiesnya.

Umumnya, nama berdasarkan karakter morfologi dengan bahasa latin. Namun dengan bahasa kita sendiri pun diperbolehkan, seperti Phylloscopus suaramerdu. Atau juga untuk mengabadikan tokoh yang berjasa seperti Myzomela irianawidodoae [burung mezomela rote], Rhipidura habibiei [burung fantail peleng], Phylloscopus emilsalimi, juga Cyrtodactylus jatnai.

“Pemberian nama spesies baru juga bisa sebagai promosi budaya bahkan kuliner. Contoh, Cyrtodactylus batik yaitu cicak jari lengkung dari Sulawesi dengan kekhasan pola warna. Ada juga Cnemaspis roticanai [Cicak batu roticanai] dari Semenanjung Malaysia untuk penamaan spesies dengan kuliner,” paparnya.

Agus Ngurah Krisna, Kepala Balai TNBB, sebagaimana dikutip dari situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan [KLHK] menyampaikan kegembiraannya. “Masih ada kemungkinan ditemukan spesies baru. Beberapa jenis herpetofauna masih unidentified, masih diteliti Tim RCCC UI dan MZB,” ujarnya, di Gilimanuk, Balai Taman Nasional Bali Barat, [22/5/2020].

Taman Nasional Bali Barat tercatat memiliki 205 jenis burung, 120 jenis ikan, 67 jenis kupu-kupu, 18 jenis mamalia, 13 jenis reptil, dan 10 jenis amfibi. Ekosistemnya juga cukup lengkap, dari hutan hujan dataran rendah hingga hutan pantai dan terumbu karang.

 

 

Exit mobile version