Mongabay.co.id

Sampah yang Mengusik Penyu dan Keindahan Pulau Begadung

 

 

Baca sebelumnya: Pesona Pulau Begadung yang Bebas Tambang Timah dan Bom Ikan

**

Kepulauan Bangka Belitung merupakan habitat bagi sejumlah penyu, seperti penyu sisik dan penyu hijau. Salah satunya berada di Pulau Begadung. Sebuah pulau yang terletak di Selat Bangka, Kabupaten Bangka Tengah. Jumlah penyu sisik yang datang ke pulau ini berkurang setiap tahunnya. Mengapa?

“Penyu sisik yang biasanya bertelur sekitar Februari-Maret mulai berkurang sejak 2004,” kata Arif, anggota Karang Taruna Desa Tanjung Pura, Kecamatan Sungai Selan, Kabupaten Bangka Tengah, kepada Mongabay Indonesia, awal Juni 2020.

Menurut kami, penyebab berkurangnya penyu sisik yang muncul, salah satunya karena meningkatnya jumlah nelayan yang menangkap ikan di sekitar perairan Selat Bangka. Terutama dekat Pulau Begadung, sejak 2004 itu.

“Sebab, sering penyu mati tersangkut jaring nelayan. Selain itu, para nelayan juga kian sering mengambil telur penyu, saat bermalam di Pulau Begadung,” jelasnya.

“Selain itu, sejak 2005 banyak wisatawan yang berkunjung ke Pulau Begadung. Persoalannya wisatawan meninggalkan sampah, terutama plastik, yang mengganggu proses atau tempat penyu bertelur,” timpal Ramadan, Ketua Karang Taruna Desa Tanjung Pura.

 

Pulau Begadung yang alami menjadi lokasi nyaman untuk penyu bertelur dan berkembang biak. Foto: Nopri IsmiMongabay Indonesia

 

Selain mengusik penyu sisik, sampah yang dibawa pelancong ini juga mengurangi keindahan Pulau Begadung. “Hampir di setiap sudut pulau terdapat tumpukan sampah,” tabah Ramadan.

Itu yang jadi permasalahan utama Pulau Begadung. Pengunjung sangat tidak sadar kebersihan, tidak peduli dampak sampah terhadap lingkungan pulau.

“Di sisi lain, memang belum ada pengelolaan sampah, sementara wisatawan terus berdatangan, termasuk di masa pandemi corona ini. Sebab, pengunjung memberi pemasukan tambahan bagi para nelayan yang menyewakan perahu,” katanya.

 

Tenda pengunjung berdiri, mereka bermalam di Pulau Begadung. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Berdasarkan pantauan Mongabay Indonesia, tumpukan sampah memang ditemukan di sejumlah titik, terutama dekat lokasi tenda wisatawan yang bermalam. Tidak ada satu pun kotak sampah atau papan larangan membuang sampah.

Ramadan berharap, pemerintah setempat segera memberi perhatian terhadap Pulau Begadung. “Kami juga kewalahan, ingin bertindak tegas juga tidak bisa, karena yang dihadapi sesama warga desa di sini,” katanya.

 

Pulau tikus yang berada di depan Pulau Begadung terlihat jelas. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Tidak peduli pendemi corona

Wisata Pulau Begadung saat ini dikelola pemerintah Desa Tanjung Pura. Selain masalah sampah, selama pandemi ini, problem lainnya adalah banyak pengunjung yang datang tanpa mematuhi protokol kesehatan, seperti menggunakan masker dan menjaga jarak.

“Kondisi ini membuat kami khawatir, andai pengunjung ada yang membawa virus corona. Hari biasa, yang datang sekitar 20-30 orang. Namun, pada akhir pekan atau seperti libur Idul Fitri lalu, bisa ratusan orang ke pulau ini. Tetapi mau bagaimana lagi, nelayan juga banyak mendapat hasil tambahan,” jelas Ramadan.

 

Tumpukan sampah para pengunjung yang bermalam tampak berserakan di Pulau Begadung. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Habitat penyu sisik dan hijau

Wahyu Adi, peneliti dan dosen Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Bangka Belitung, kepada Mongabay Indonesia, mengatakan kondisi alam Pulau Begadung sama seperti sejumlah pulau lainnya di Kepulauan Bangka Belitung. Rumah bagi penyu bertelur.

“Pantai berpasir di Pulau Begadung, yang kemiringan sekitar 24-31 derajat, serta adanya naungan vegetasi, sebagai peneduh, merupakan tempat yang cocok untuk penyu bertelur. Suhu dan kelembaban yang stabil, sangat baik untuk telur penyu,” katanya.

Dijelaskan Adi, penurunan populasi penyu di Pulau Bangka, disebabkan beberapa hal. Dimulai meningkatnya penjualan atau konsumsi telur penyu, perubahan fungsi pantai [misalnya menjadi lokasi wisata], juga adanya alat penangkapan ikan tidak ramah lingkungan yang membuat penyu ikut terjaring. “Ditambah lagi rusaknya ekosistem tempat makan penyu, terumbu karang dan padang lamun.”

 

Kawasan mangrove yang masih terjaga di Pulau Begadung. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Berdasarkan peta yang diterbitkan Universitas Bangka Belitung, terdapat 14 titik sebaran sarang penyu alami. Ada Pulau Bedukang, Pulau Semujur, Pulau Panjang, Pulau Ketawai, Pantai Merapin, Pulau Gelasa, Pulau Lepar, Pulau Pongok, Pulau Salma, Pulau Langer, Pulau Piling, Pulau Lengkuas, Pulau Pesemut, dan Pulau Begadung.

 

Begadung merupakan pulau tempat penyu bertelur. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Sementara jenis penyu yang dominan di Kepulauan Bangka Belitung adalah penyu sisik dan penyu hijau. “Namun, populasi penyu yang bertelur di puluhan pulau tersebut masih belum ada data yang pasti,” katanya.

 

Peta sebaran sarang penyu alami di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Peta: Google Earth/Dok. Universitas Bangka Belitung

 

Adi berharap, berbagi pihak baik akademisi, pelaku wisata, pemerintah, NGO, serta masyarakat, agar menjaga populasi penyu. “Misalnya menjaga lokasi peneluran penyu di pantai serta menjaga lokasi pakan penyu seperti padang lamun, alur ruaya, dan mengamankan migrasi penyu di laut,” katanya.

Penegakan hukum harus dijalankan terkait jual beli telur penyu. Lalu, para nelayan hendaknya menggunakan alat tangkap ramah lingkungan dan melepaskan penyu bila tertangkap, serta mengedukasi masyarakat yang masih percaya telur dan daging penyu dapat meningkatkan vitalitas pria.

“Jika tidak cepat dilakukan, bukan tidak mungkin populasi penyu akan terus berkurang di Kepulauan Bangka Belitung,” tegasnya.

 

 

Exit mobile version