- Pulau Begadung, satu dari empat pulau yang berada di Selat Bangka, berada di Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung. Pulau tidak berpenghuni ini menawarkan berbagai keindahan alam.
- Terjaganya keindahan Pulau Begadung karena bebas dari aktivitas penambangan timah laut yang marak di Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu para nelayan tidak menggunakan bom ikan.
- Kondisi pulau dan laut yang lestari, membuat terumbu karang terjaga dan ikannya melimpah.
- Para pengunjung berharap pulau ini dijaga kelestariannya. Salah satunya, tidak disentuh pembangunan infrastruktur dengan alasan pariwisata.
Perahu ketek tua yang kami tumpangi, perlahan membelah gelombang laut Selat Bangka. Berangkat dari Desa Tanjung Pura, Kecamatan Sungai Selan, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Pulau Begadung yang kami tuju mulai tampak, selain Pulau Nangka, Pulau Tikus, dan Pulau Pelepas yang juga terlihat.
Butuh waktu 45 menit untuk menepi di pulau seluas tujuh hektar itu. Meski tidak berpenghuni, Pulau Begadung sering dikunjungi pelancong lokal.
Kami kesulitan merapat ke pantai. Angin kencang dan ombak laut mencapai dua meter. “Maklum, sekarang musim angin barat. Cuaca terkadang susah ditebak, gelombang laut cukup tinggi,” kata Danar, nelayan Desa Tanjung Pura, sembari menepikan perahunya, Sabtu sore [30/5/2020].
Baca: Sampah yang Merusak Pesona Pantai Bangka

Kali pertama menginjakkan kaki, Mongabay Indonesia bersama belasan pencinta alam dari Bangka, yang hanya mengeluarkan biaya Rp20 ribu per orang untuk naik perahu ketek, disambut riuhnya suara burung kolibri dan hamparan batu metamorf dengan warna bervariasi.
“Sejak jalur darat dibuat ke Desa Tanjung Pura, awal 2000-an, banyak wisatawan berkunjung ke Pulau Begadung. Ada yang bermalam dan menikmati keindahan pulau, ada juga yang berniat mancing ke tengah laut atau ke bagan nelayan setempat,” kata Ramadan, Ketua Karang Taruna Desa Tanjung Pura, Kecamatan Sungai Selan, Kabupaten Bangka Tengah.
Baca: Mentilin, Fauna Identitas Bangka Belitung yang Terancam Punah

Dari empat pulau tersebut, tiga masuk wilayah Desa Tanjung Pura yakni Pulau Begadung, Pulau Nangka, dan Pulau Tikus, sementara Pulau Pelepas wilayah TNI AL.
Dari daratan beserta tiga pulau tersebut, luas Desa Tanjung Pura mencapai 6. 953 hektar. Mayoritas warganya nelayan, sebagian kecil berkebun. Jumlah penduduknya sekitar 1.172 jiwa, yang sebagian besar nelayan dari Desa Sungai Selan, desa tetangga.
“Sebagian kecil warga merupakan nelayan keturunan Bugis,” kata Ramadan yang pindah dari Desa Sungai Selan ke Desa Tanjung Pura pada 1997.
Baca juga: Saat Air Kolong Jadi Andalan Masyarakat Bangka

Bebas tambang timah dan bom ikan
Nama Pulau Begadung diberikan karena pulau ini dulunya banyak ditemukan tanaman gadung [begadung]. Meskipun tidak berpenghuni, di sekitar pulau terdapat sejumlah bagan nelayan Desa Tanjung Pura.
Tidak adanya aktivitas pertambangan timah, laut di sekitar Pulau Begadung masih baik, ikannya melimpah. Terumbu karangnya masih terjaga. Tidak ada bom ikan di sini.
“Karangnya bagus, tidak ada kegiatan merusak. Ikan mudah didapat seperti ikan kerapu, ikan tamban, ikan kuning, dan ikan karang lain. Kalau nelayan bagan, biasanya menangkap teri, cumi, dan lainnya,” kata Sulaiman, seorang nelayan.

Meski tidak berpenghuni, Pulau Begadung sering dijadikan persinggahan nelayan yang tidak bisa pulang ke rumah saat kondisi laut tidak bersahabat, ketika badai dan gelombang tinggi.
“Pulau ini sering dijadikan tempat menginap nelayan jika tidak bisa balik,” lanjut Sulaiman.

Dibangun villa
“Beberapa tahun lalu, ada peneliti dari Universitas Bangka Belitung dan sejumlah wisatwan dari Jepang berkunjung ke sini. Katanya, mereka melihat keindahan alam pulau ini, seperti pohon bakau tua, goa, dan batuan metamorf dengan aneka warna. Kabarnya, akan didirikan semacam villa, tapi belum ada kabar lagi,” kata Ramdani.
Di sisi barat pulau ini juga terdapat lingkaran besar, akibat pertemuan dua masa air berbeda. Sekitar satu kilometer di bagian barat pulau, terdapat sebuah bangkai kapal Jepang, yang tenggelam. Menurut cerita, kapal yang membawa barang antik itu karam ketika Perdang Dunia II. “Bangkainya terlihat jelas saat air surut,” kata Ramadan.

Moment keindahan alam lain di Pulau Begadung, saat matahari terbit dan terbenam. Guna menikmati dua peristiwa itu, pengunjung dapat menginap di pulau menggunakan tenda.
Air tawar di pulau ini didapatkan dari sejumlah sumur yang dulunya dibuat nelayan. Sumur yang tidak pernah kering meski musim kemarau.

“Semoga saja pulau ini terjaga lingkungannya, agar dapat dinikmati generasi mendatang. Jangan ada pula pihak yang membangun infrastruktur wisata. Sekarang, sulit mencari pulau perawan seperti Pulau Begadung,” harap Aldi, pengunjung dari Desa Penagan.