Mongabay.co.id

Nasib Kucing Bakau, Minim Perhatian dan Penelitian

 

 

Berapa jenis kucing liar yang Anda ketahui?

Di dunia ini, terdapat sekitar 40 jenis kucing liar. Ukuran tubuhnya beragam, dari yang sebesar singa hingga yang kecil seukuran kucing rumahan.

Khusus Indonesia, kita memiliki 11 jenis kucing liar. Ada harimau sumatera, harimau jawa (dinyatakan telah punah), harimau bali (punah), macan tutul [Panthera pardus melas], kucing emas [Catopuma temminckii], kucing merah [Catopuma badia], macan dahan [Neofelis diardii], kucing batu [Pardofelis marmorata], macan tandang [Prionailurus planiceps], kucing bakau [Prionailurus viverrinus], dan kucing hutan [Prionailurus bengalensis].

Untuk jenis yang terakhir ini, IUCN pada 2017 telah memisahkan antara subspesies Sumatera-Kalimantan yaitu Prionalurus bengalensis bengalensis dengan Jawa [Prionailurus javanica].

Tidak salah memang, jika sebagian masyarakat kita hanya familiar dengan harimau dan macan tutul. Dalam hal penelitian dan konservasi pun, selain dua spesies tersebut, jenis kucing lainnya masih minim perhatian.

Terkait macan tutul, ada hal unik juga di khalayak luas jika macan tutul berwana kuning, dengan totol di badannya, dianggap sebagai jenis berbeda dengan yang warna hitam. Padahal, keduanya sama, satu spesies, Panthera pardus melas.

Baca: Kucing Bakau Terpantau di Hutan Mangrove Wonorejo, Bagaimana Perlindungan Habitatnya?

 

Kucing bakau atau yang dikenal juga dengan nama fishing cat. Foto: Kla Trey/Cambodian Fishing Cat Project

 

Kucing bakau

Kucing bakau dengan nama latin Prionailurus viverrinus adalah spesies unik dibandingkan 40 kucing liar lainnya. Ukuran tubuhnya dua kali lebih besar ketimbang kucing kampung. Warna tubuhnya, keabuan dengan pola khas menyerupai kucing hutan.

Secara global persebarannya ada di India, Nepal, Srilangka, Bangladesh, Myanmar, Laos, Kamboja, Malaysia, dan Indonesia.

Hidupnya pada habitat spesifik, utamanya di hutan mangrove pesisir pantai dan tepian badan air. Makanannya ikan, walau terkadang memangsa burung kecil, crustacean, dan mamalia kecil. Kebiasaannya menangkap ikan dengan kuku-kuku kaki membuatnya dijuluki fishing cat.

Kucing bakau adalah satu dari tiga jenis kucing yang mampu berenang, bahkan menyelam. Sementara, jenis lainnya lebih condong menghindar air. Kemampuan berenangnya yang hebat, karena didukung morfologi tubuhnya.

Ada selaput di antara jari-jari kakinya yang berpadu dengan bentuk ekor memipih, sebagai dayung. Ini disokong dengan otot-otot kaki pendeknya sebagai pengayuh.

Baca: Kucing Liar Terkecil di Dunia Ini Suaranya Mirip Kicauan Burung

 

Inilah jenis yang diduga kucing bakau, terpantau di hutan mangrove Wonorejo, Surabaya, Jawa Timur pada 2016 lalu. Foto: Agus Azhari/WFS

 

Nasib kucing bakau di Indonesia

Bagaimana kehidupan kucing bakau di Indonesia? Satwa ini dapat ditemui di pesisir utara Jawa, meski para peneliti sempat menyebutkan ada di Pulau Sumatera.

Namun, pada 2009, peneliti Jim Sanderson, Will Duckworth et al., dan Sunarto menjelaskan dalam tiga artikel berbeda, kucing ini tidak lagi ditemukan di Sumatera. Ini berdasarkan hasil riset mereka di Sumatera, yang menunjukkan tidak ada satu catatan yang merekam keberadaan kucing bakau selama 10 tahun terakhir. Terlepas, belum adanya penelitian khusus untuk mencari kucing tersebut di Sumatera. Dengan demikian, Jawa dianggap sebagai habitat terakhir kucing bakau di Indonesia.

Meski begitu, catatan keberadaan kucing bakau di Jawa juga minim. Berdasarkan penelusuran, dari 1931 hingga 1989 hanya ada catatan koleksi museum yang didapat dari 8 lokasi, di Jawa Barat [6 lokasi] dan Jawa Tengah [2 lokasi].

Dalam perkembangannya, tahun 1995, Roland Melisch beserta kolega melakukan penelitian khusus mengenai kucing bakau di 18 titik di Jawa Barat, ditambah Nusa Kambangan. Dengan metode pengenalan jejak -saat itu survei menggunakan kamera pengintai [camera trap] belum popular- hanya 6 lokasi yang ditemukan jejak dan kotoran kucing bakau.

Rinciannya, 3 lokasi merupakan konfirmasi ulang yang pernah ada temuan sebelumnya, Pulau Dua di Serang, Muara Gembong, dan Indramayu. Sementara 3 lokasi baru adalah Ujung Kulon, Rawa Danau, dan Cikepuh.

Dalam publikasinya, Melisch dan kolega tidak menyebutkan kepadatan ataupun populasi kucing bakau di masing-masing lokasi temuan. Mereka juga tidak menemukan langsung [secara visual] kucing bakau tersebut.

Namun, Melisch dan kawan-kawan menyarankan agar kucing bakau jawa dimasukkan kategori Kritis [Critically Endangered/CR], dalam daftar merah spesies terancam punah IUCN. Setelah Melisch, tidak lagi ada publikasi ilmiah terkait kucing ini.

Baca: Kucing Merah Itu Terekam Kamera di Hutan Kalimantan Tengah

 

Kucing bakau dengan nama latin Prionailurus viverrinus adalah jenis kucing unik yang dapat menyelam. Sumber: Presentasi Erwin Wilianto

 

Terpantau

Tahun 2000, Alain Compost, fotografer profesional berhasil mendokumentasikan untuk pertama kalinya wujud kucing bakau di Pulau Dua.

Butuh waktu hampir satu bulan baginya untuk dapat memotret kucing elusif ini. Bersama petugas lapangan, Alain Compost mencoba berbagai teknik untuk bisa mengambil gambar, hingga pada satu momen ada kucing bakau memakan umpan yang sengaja dipasang.

Hasil dokumentasi ini, tidak serta-merta membuat para peneliti atau pemerhati kucing di Indonesia tergerak untuk melakukan riset. Apalagi melakukan perlindungan.

Hingga pada satu kesempatan di 2011, Indra Arinal [mantan Kepala Balai TN Meru Betiri dan BKSDA Sumatera Barat] tertarik dan mencari keberadaan kucing bakau ini. Penelurusannya menghasilkan informasi, ada kebun binatang di Jawa Timur yang memiliki koleksi kucing bakau, hasil serahan masyarakat yang menangkap langsung di alam. Namun sayang, kucing tersebut sudah mati saat dia mendatangi kebun binatang itu.

Temuan selanjutnya pada 2013. Saat itu, penulis tengah mendokumentasikan kucing koleksi Kebun Binatang Bandung, namun tidak tahu bila yang dipotret itu kucing bakau. Kepastian terungkap, saat penulis bertemu Pak Indra Arinal pertengahan 2014, yang meyakinkan bahwa kucing itu memang kucing bakau.

Foto: Inilah Jenis-Jenis Kucing yang Ada di Asia Tenggara (Termasuk di Indonesia)

 

Kucing bakau dan jenis kucing kecil lainnya yang ada di Indonesia. Sumber: Presentasi Erwin Wilianto

 

Indonesia dengan hutan tropis dan aneka ragam tipe ekosistem, tentunya merupakan habitat yang nyaman bagi keluarga kucing [Felidae]. Satwa karnivora [pemakan daging] ini memiliki peran pada puncak rantai makanan, yang artinya berfungsi menjaga keseimbangan siklus ekologi.

Berdasarkan P.106/MENLHK/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, Indonesia telah memberikan status perlindungan pada delapan jenis kucing. Tercatat, kucing merah, kucing emas, macan dahan, macan tutul, harimau sumatera [Panthera tigris sumatrae], kucing batu, kucing kuwuk [Prionailurus bengalensis], kucing tandang, hingga kucing bakau.

Berdasarkan IUCN RedList, secara global kucing bakau saat ini berstatus Rentan [Vulnerable/VU]. Minimnya informasi dan perhatian kita semua, bisa saja membuat nasibnya berujung kepunahan di alam, sebagaimana harimau bali dan harimau jawa yang sudah lenyap lebih dahulu.

Jangan sampai terjadi.

 

*Erwin Wilianto, Founder Save Indonesian Nature & Threatened Species/SINTAS Indonesia dan Anggota Fishing Cat Working Group.

 

 

Exit mobile version