Mongabay.co.id

Lagi, BKSDA Aceh Evakuasi Harimau yang Berkonflik dengan Masyarakat

 

 

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh kembali menangkap satu individu harimau sumatera yang berkeliaran dekat permukiman masyarakat di Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh.

Sebelumnya, 6 Maret 2020, BKSDA Aceh menangkap harimau sumatera yang berkonflik dengan masyarakat di Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Aceh Selatan. Harimau betina ini telah dilepasliarkan di Taman Nasional Gunung Leuser [TNGL].

Baca: Harimau Sumatera Berkeliaran di Subulussalam, Satu Ditangkap, Dua Ekor Terus Dipantau

 

Inilah harimau yang berhasil ditangkap tim BKSDA dan mitra pada 15 Juni 2020. Foto: Istafan/FKL

 

Kepala BKSDA Aceh, Agus Irianto mengatakan, harimau betina empat tahun itu ditangkap di Desa Jambo Dalem, Kecamatan Trumon Timur, Kabupaten Aceh Selatan, 15 Juni 2020. Tim BKSDA Aceh dibantu oleh Forum Konservasi Leuser [FKL] dan Wildlife Conservation Society [WCS] Indonesia.

“Tim lebih seminggu memasang perangkap untuk menangkapnya,” terangnya, Selasa [16/6/2020].

Agus mengatakan, penangkapan harimau dilakukan untuk menyelesaikan konflik sekaligus menyelamatkan harimau tersebut. Jika memungkinkan, akan dilepaskan kembali ke hutan.

“Untuk lokasi masih dipikirkan, harus dipastikan kesehatannya. Kita harus memeriksa keseluruhan, agar ketika dikembalikan ke hutan mampu hidup normal. Tidak menyebarkan penyakit ke harimau lain,” terangnya.

Agus menyatakan, tim dokter BKSDA dan FKL telah melakukan pemeriksaan darah harimau yang saat ini berada di Conservation Response Unit [CRU] Trumon, Kabupaten Aceh Selatan.

“Berikutnya, akan dilakukan pemeriksaan darah kedua untuk memastikan kondisi dan tindakan selanjutnya,” ungkapnya.

Baca: Harimau Sumatera Tetap Diburu Meski Statusnya Dilindungi

 

Harimau betina empat tahun ini ditangkap di Desa Jambo Dalem, Kecamatan Trumon Timur, Kabupaten Aceh Selatan, Aceh. Foto: Istafan/FKL

 

Dokter hewan dari FKL, Anhar Lubis mengatakan, secara umum kondisi harimau yang masuk perangkap di Desa Jambo Dalem itu sehat. Meskipun, ada sedikit masalah yang ditemukan saat ditangkap.

“Badannya penuh kutu dan menderita anemia. Namun, kondisinya berangsur membaik, terlebih saat dilakukan cek darah. Tidak ditemukan penyakit yang parah,” ujarnya.

Anhar menjelaskan, berdasarkan hasil pemeriksaan darah, harimau tersebut sebenarnya sudah layak dilepasliarkan ke habitatnya.

“Untuk lebih meyakinkan, Kamis [18/6/2020] akan diambil kembali sampel darahnya, pemeriksaan lanjutan,” urainya.

Baca: Konflik Manusia dengan Harimau, Harmoni Kehidupan yang Perlahan Hilang

 

Lebih seminggu tim BKSDA dan mitra memasang perangkap untuk menangkap harimau yang sering berkeliaran dekat permukiman masyarakat ini. Foto: Istafan/FKL

 

Masyarakat Trumon Timur, Ahmad Yusri mengatakan, harimau ini beberapa bulan terlihat berkeliaran di sekitar kebun masyarakat. Sudah ada kambing yang dimangsa.

“Akibatnya, banyak warga yang tidak berani ke kebun. Kami sangat setuju ditangkap dan dipindahkan ke tempat lain, tapi tetap dalam hutan,” terangnya.

Yusri mengatakan, dia dan masyarakat merasakan dampak dari konflik yang merugikan ini. Namun, mereka juga tidak ingin harimau tersebut mati sia-sia, harus tetap berada di hutan Aceh.

“Kalau kondisinya sehat, lepaskan saja kembali ke hutan. Semoga, dia bisa berkembangbiak,” ujarnya.

Baca: Wawancara Profesor Gono Semiadi: Harimau Jawa Sudah Punah Secara Ilmiah

 

Secara umum kondisi harimau yang masuk perangkap di Desa Jambo Dalem ini sehat. Foto: Istafan/FKL

 

Konflik

Data yang dicatat BKSDA Aceh menunjukkan, konflik harimau sumatera dengan manusia di provinsi ini terjadi setiap tahun. Selain akibat pengrusakan habitat, juga karena meningkatnya perburuan terhadap satwa dilindungi itu.

Pada 2017, jumlah konflik sebanyak 10 kasus. Pada 2018, ada 8 kasus, dan meningkat menjadi 18 kasus pada 2019. Sementara 2020, hingga Juni, sudah ada 10 kasus.

Daerah yang sering terjadi konflik adalah Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Timur, Aceh Utara, Bener Meriah, Aceh Tenggara, Aceh Barat, juga Kota Subulussalam. Umumnya, konflik terjadi karena keresahan masyarakat yang melihat harimau berkeliaran di sekitar kebun mereka. Tak jarang, memangsa ternak juga.

 

Kawasan Ekosistem Leuser yang merupakan hutan mengagumkan di Sumatera. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Akhir Mei 2020, satu individu harimau menampakkan diri di tempat illegal logging di Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh. Harimau yang berkeliaran siang hari itu direkam kehadirannya oleh masyarakat.

Nurhadi, masyarakat Kecamatan Tenggulun mengatakan, video tersebut diambil di lokasi pembalakan kayu di hutan Kawasan Ekosistem Leuser [KEL], berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser.

“Saat ini, daerah tersebut banyak terjadi penebangan kayu ilegal. Jika tidak segera dihentikan konflik harimau dengan masyarakat dikhawatirkan akan sering terjadi,” jelasnya.

 

 

Exit mobile version