Mongabay.co.id

Memanen Ikan dan Lobster di Tengah Ancaman Gelombang Tinggi dan Angin Kencang

 

Bergantinya musim angin baratan ke angin timuran yang terjadi pada pekan-pekan terakhir sesungguhnya membuat bahagia nelayan di pesisir pantai di Cilacap dan Kebumen, Jawa Tengah (Jateng). Angin timuran membawa hasil laut seperti ikan dan udang mendekat ke wilayah perairan selatan Pulau Jawa. Itulah masa di mana panen ikan akan datang.

Tetapi, datangnya angin timuran bukanlah tidak memiliki tantangan. Justru pada awal angin timuran, ada kemunculan fenomena angin kencang dan gelombang tinggi.

Ketua Kelompok Nelayan Pandanarang, Cilacap, Tarmuji, mengatakan bahwa sebetulnya saat ini ikan sudah mulai muncul, terutama bawal putih. Ikan tersebut cukup banyak di Samudra Hindia dan jangkauannya tidak terlalu jauh.

“Tetapi masalahnya bagi nelayan kecil adalah kondisi cuaca yang buruk. Gelombangnya tinggi dan anginnya cukup kencang. Sehingga kebanyakan masih belum dapat melaut. Kalau ada cuaca yang bagus, maka nelayan baru bisa melaut,” ungkap Tarmuji pada Minggu (21/6/2020).

Dia mengatakan nelayan terutama yang memakai kapal kecil terkendala jika terjadi cuaca buruk seperti sekarang. Kalau nekat melaut, maka risikonya sangat tinggi. “Risikonya di antaranya adalah kapal bisa terbalik akibat diterpa gelombang tinggi dan angin kencang,”ujarnya.

Sementara Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap Sarjono juga mengakui bahwa cuaca buruk pada awal musim angin timuran tidak dapat dihindari.

“Gelombang tinggi dan angin kencang pada awal-awal musim angin timuran merupakan sesuatu yang wajar saja. Nelayan di Cilacap sudah cukup hafal dengan kondisi itu.

Mereka akan berangkat ketika memprediksi gelombang tinggi dan angin kencang agak mereda. Mereka bakal memutuskan tidak melaut tatkala cuaca buruk,” kata Sarjono.

baca : Rob dan Gelombang Tinggi Akibatkan Bencana, Nelayan Juga Kian Terpuruk  

 

Perahu nelayan terparkir di pesisir pantai Karangduwur, Kebumen. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Berdasarkan ilmu titen nelayan, pada 1-2 bulan angin timuran, biasanya memang cuaca memburuk. Ia mengatakan biasanya angin kencang dan gelombang tinggi berlangsung 2-3 hari, kemudian ada jeda.

“Pada saat kondisi laut tenang itulah, para nelayan mencari peruntungan dengan mencari ikan atau udang di laut. Saat ini, bawal putih memang menjadi salah satu primadona tangkapan, karena muncul cukup banyak. Selain itu, ada ikan layur, tetapi biasanya ditangkap nelayan dengan kapal agak besar,” ujarnya.

Sarjono mengatakan nelayan yang melaut dengan jarak yang tidak terlalu jauh, akan mendapatkan bawal putih. Harganya berkisar antara Rp75.000 – Rp220.000/kg, tergantung besar kecil ikannya.

“Kalau ikannya kecil dengan 1-2 ons, maka harganya Rp75.000/kg. Sedangkan untuk ukuran ikan 2-3 ons maka harganya Rp115.000/kg. Untuk bawal putih dengan per ekor antara 4-5 ons, harganya Rp160.000/kg. Sementara untuk bawal putih dengan 5-6 ons per ekor, bisa mencapai Rp220.000/kg,” jelasnya.

Dijelaskan oleh Sarjono, selain bawal putih, nelayan dengan kapal yang agak besar juga tengah panen ikan layur. Ikan layur bisa dijual dengan harga Rp20.000 hingga Rp50.000/kg.

“Untuk ikan layur, biasanya diperoleh oleh para nelayan dengan kapal di atas 5 GT, dengan nelayan sebanyak 8-10 orang. Jika ikan bawal putih, masih dapat dijangkau dengan kapal satu GT,” ujarnya.

Sarjono mengungkapkan, setelah 1-2 bulan awal angin timuran, biasanya cuaca akan semakin membaik.

“Bahkan, jika nanti sudah tidak ada hujan serta memasuki puncak musim kemarau, ada akan muncul ubur-ubur. Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, ubur-ubur akan muncul ketika tidak ada hujan dalam waktu agak lama, saat kemarau mencapai puncaknya,” katanya.

baca juga : Meski Hasil Tangkapan Stabil, COVID-19 Berdampak pada Turunnya Permintaan dan Harga Ikan

 

Nelayan pulang dari melaut di laut selatan Jawa. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Tak hanya di Cilacap saja, nelayan di Kebumen juga harus jeli dalam melihat kondisi cuaca. Misalnya, kalau memang cuaca buruk, maka nelayan tidak akan berangkat. Sebaliknya, begitu cuaca bagus, maka nelayan dipastikan akan mencari tangkapan di laut.

“Nelayan di Kebumen itu tidak hanya mencari ikan, melainkan juga lobster. Saat sekarang lobster yang banyak ditangkap adalah jenis pasir dan batu. Untuk lobster jenis batu mencapai Rp200.000 hingga Rp210.000/kg. Sedangkan untuk lobster jenis pasir mencapai Rp340.000/kg. Sedangkan untuk lobster yang paling mahal adalah jenis mutiara yang mencapai harga Rp800.000 hingga Rp1 juta. Tetapi saat sekarang tidak begitu banyak,” kata sesepuh nelayan di Kebumen, Saman.

Saman yang juga mantan Ketua HNSI Kebumen selama 25 tahun itu mengungkapkan bahwa untuk mencari lobster di sekitar pantai di Kebumen membutuhkan keahlian khusus. Apalagi tempatnya di sekitar karang-karang.

“Dalam kondisi seperti sekarang, maka harus pandai-pandai mengatur waktu, terutama pada saat cuaca yang tidak menentu seperti sekarang. Pada awal musim angin timuran memang kondisinya sering berubah, gelombang tinggi serta angin bertiup kencang. Pada waktu cuaca relatif baik, nelayan dapat memperoleh tangkapan lobster antara 2-3 kg,” ungkapnya.

Selain lobster, nelayan di Kebumen saat sekarang juga masih dapat menangkap bawal putih. Biasanya nelayan yang menangkap bawal putih berbeda dengan penangkap lobster.

“Dengan mulainya musim angin timuran, maka sebetulnya ini merupakan awal nelayan memasuki masa panen ikan. Apalagi, setelah nanti cuaca agak reda, banyak ikan yang dapat ditangkap oleh para nelayan. Waktu panen juga bisa sampai akhir tahun,” ujarnya.

baca juga : Ketika Pendapatan Nelayan Berkurang Karena Angin Kencang

 

Nelayan menarik jaring ikan di pesisir pantai selatan Jawa. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Dihubungi terpisah, pengamat cuaca Stasiun Meteorologi BMKG Tunggul Wulung Cilacap Rendi Krisnawan mengatakan angin timuran merupakan pertanda datangnya musim kemarau. Meski kemarau tahun ini mengalami kemunduran waktu.

Pada awal prakiraan, musim kemarau akan terjadi pada awal Juni, tetapi ternyata memang mundur hingga akhir Juni sampai awal Juli mendatang. Sehingga sampai sekarang masih ada titik-titik daerah dilanda hujan.

“Angin sudah mulai kuat berembus dari Benua Australia yang memiliki tekanan tinggi ke Benua Asia dengan tekanan rendah. Arah angin dari Australia ke Asia memicu angin kencang dan berdampak pada gelombang tinggi dan angin kencang di perairan selatan Jateng dan DIY,” ujarnya.

Dalam beberapa waktu terakhir, ketinggian gelombang berkisar antara 2,5 hingga 5 meter dengan kecepatan angin mencapai 20 knot. Rendi mengatakan sampai sekarang masih kerap terjadi cuaca buruk dengan ditandai adanya gelombang tinggi dan angin kencang. Oleh karena itu, ia berharap kepada nelayan untuk selalu waspada karena cuaca buruk masih potensial terjadi di perairan Cilacap dan Kebumen.

“Sepanjang musim kemarau memang potensi gelombang akan tinggi sampai nantinya masa transisi dari kemarau ke musim penghujan sekitar bulan Oktober mendatang,” jelas Rendi.

Dia berharap jika nelayan masih melaut, maka perlu benar-benar diperhatikan prakiraan cuaca. Sehingga kalau memang gelombang tinggi, nelayan dapat mengurungkan keberangkatannya untuk mencari tangkapan.

 

 

Exit mobile version