Mongabay.co.id

Menteri KKP Ubah Kebijakan untuk Tingkatkan Ekspor Ikan Kerapu

 

Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo mencatat sejumlah hal yang menjadi keluh kesah para petani tambak dan nelayan ketika turun langsung ke lapangan. Hal tersebut sebagai tindak lanjut arahan Presiden Joko Widodo untuk terus membangun komunikasi terhadap nelayan, petani tambak maupun stakeholder kelautan dan perikanan.

Secara marathon, Edhy Prabowo mengitari pesisir untuk bertemu langsung dengan para nelayan maupun petani tambak di Pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik di Jatim menjadi tiga wilayah yang disambangi pada awal Juli 2020.

Saat di Lamongan, Edhy melakukan kunjungan di kampung kerapu, Desa Labuhan, Kecamatan Brondong. Dalam kunjungannya itu Edhy melakukan pelepasan benih sekaligus memanen ikan kerapu (Epinephelus coioides) di tambak ini.

baca juga : Menjaga Kelestarian Rajungan, Kakap, dan Kerapu

 

Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo saat melakukan pelepasan benih ikan kerapu. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Dia mengatakan regulasi harus berpihak pada masyarakat, terutama nelayan, pembudidaya, dan pengolah/pemasar hasil perikanan. Salah satunya, KKP telah mengubah kebijakan dengan mengizinkan kapal pengangkut ikan hidup untuk membeli secara langsung kerapu hidup dari pembudidaya. Karena ada aturan sebelumnya yang melarang pengangkutan ikan kerapu hidup.

“Saya tidak mau mengambil keputusan yang prejudice, berburuk sangka. Kita lihat dan kita bikin aturan yang mengikat, sangat bisa untuk kita kontrol,” jelas Menteri Edhy saat berdialog dengam pembudidaya ikan kerapu di Kampung Kerapu, Desa Labuan, Kecamatan Brondong, Lamongan, Rabu (8/7/2020).

Pelarangan pengangkutan ikan hidup terutama kerapu, katanya, justru merugikan para pembudidaya. Terlebih harga komoditas tersebut semakin tinggi jika dijual secara hidup di pasar Jepang, Korea, Tiongkok, Hongkong dan Taiwan. Sebaliknya, harga kerapu akan anjlok jika dijual dalam keadaan mati.

“Dulu ada kapal yang boleh mengambil dari seluruh wilayah Indonesia, ada aturannya dihentikan. Akibatnya kita kehilangan pasar. Nah ini sekarang kami hidupkan kembali,” jelasnya.

baca : Demi Keberlanjutan, Tata Kelola Perdagangan Kerapu Dibenahi

 

Dalam kunjungan kerjanya di Kabupaten Lamongan, Jatim, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo berdialog dengan nelayan setempat. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Berkembang

Edhy menyebut dulu yang menjadi kekhawatiran kapal-kapal dari luar wilayah Indonesia yang datang membawa narkoba, kemudian membawa penyelundupan bahan peledak. Akan tetapi persoalan itu bisa diatasi dengan kerjasama aparat hukum seperti Polisi dan TNI.

Pihaknya mengizinkan kapal-kapal dari luar tersebut untuk masuk ke wilayah Indonesia. Dan memastikan akan membeli ikan dengan harga terjamin. Berikutnya, jika ada pelanggaran akan dicabut izinnya.

Kebijakan ini, katanya, sekaligus menunjukkan upaya KKP dalam mendorong peningkatan ekspor kerapu. Terbukti, volume ekspor kerapu meningkat sebesar 5,4% per tahun, dari 153 ribu ton menjadi 188 ribu ton. Sedangkan tren kenaikan nilai ekspor kerapu sebesar 4,6% per tahun, dari USD261 juta menjadi USD303 juta USD;

“Alhamdulillah sekarang berjalan, bukti dari ini semua, pertumbuhan ekspor kerapu di Indonesia meningkat hingga 5 persen. Ini akan terus kita dorong,” tandanya.

Melihat potensi itu, lebih lanjut Edhy mengatakan, akan terus mendorong para pembudidaya untuk mengembangkan ikan kerapu. Karena Indonesia merupakan negara pertama yang bisa memperbanyak ikan kerapu dengan membudidayakan tidak hanya dari anakan alam, tapi diperbanyak.

Permintaan ikan kerapu, kata Edhy, di dunia sangat tinggi. Untuk itu, para pembudidaya dan pengusaha harus bisa mencari peluang, mencari jalan keluar. Langkah pertama yang dia lakukan yaitu menghidupkan para pembeli ikan dengan harga maksimal. Pelan-pelan, lanjutnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga ikut mempunyai kapal yang bisa mengangkut sendiri.

perlu dibaca : Ribuan Ikan Kerapu Mati di Keramba Petani Lhokseumawe, Apa Penyebabnya?

 

Buruh saat memanen ikan kerapu di Desa Labuhan, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jatim. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Benih Kerapu Hasil Persilangan

Desa Labuhan, Kecamatan Brondong, Lamongan merupakan kawasan sentra budidaya kerapu di tambak. Sebagian besar penduduk di lokasi tersebut melakukan budidaya ikan kerapu. Hingga kini petambak disana berkembang menjadi salah satu produsen ikan kerapu yang memasok kebutuhan dalam negeri dan luar negeri.

“Budidaya ikan kerapu di tambak merupakan salah satu teknologi yang luar biasa dalam rangka mendukung produksi budidaya kerapu berkelanjutan,” kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Slamet Soebjakto dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (11/7).

Slamet menjelaskan bahwa dalam rangka memenuhi permintaan pasar, baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri sebagai komoditas ekspor dengan sasaran utama Hongkong, Singapura, Jepang dan China, kegiatan budidaya tambak kerapu di Desa Labuhan memiliki prospek usaha yang menjanjikan.

Dengan benih kerapu cantang yang digunakan berasal dari hasil persilangan dari induk kerapu macan betina dengan induk kerapu kertang jantan oleh Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo.

“Tambak kerapu di Desa Labuhan ini merupakan tambak yang pertama kali dibina oleh BPBAP Situbondo, ketika saya menjadi Kepala Balai tahun 2007 dengan mencoba budidaya kerapu di tambak Bapak Karno, yang sebelumnya hanya memiliki tambak sekitar 3 Ha dan kini telah berkembang seluas 20 Ha”, papar Slamet.

“Diharapkan para petambak di Lamongan untuk dapat menjaga kualitas produksi secara berkelanjutan, dengan mengikuti petunjuk dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Dinas dan juga penyuluh setempat. Serta tak lupa juga terapkan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB),” ungkap Slamet.

Slamet memastikan budidaya kerapu di tambak ini akan didorong pengembangannya dan fokus pada upaya peningkatan devisa ekspor. Oleh karenanya, keterlibatan pihak swasta atau pemilik modal sangat diharapkan melalui investasi di bidang ini. Untuk mendorong kemudahan investasi, Pemerintah telah memberikan ruang bagi percepatan investasi yakni melalui berbagai regulasi yang ramah investasi yakni melalui penyederhanaan birokrasi perijinan, dan perlindungan usaha melalui regulasi perencanaan ruang/zonasi.

menarik dibaca : Bermasalah di Indonesia Timur, Budidaya Kerapu Sukses di Natuna

 

Ikan kerapu (Epinephelus coioides) ini dalam kondisi hidup hargannya bisa tinggi di pasar Hongkong, Taiwan, Tiongkok, Korea dan Jepang. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Secara terpisah, Ketua Kelompok Pembudidaya Bhakti Usaha 2, Chusnul Karim saat dikonfirmasi menjelaskan bahwa teknologi budidaya tambak ikan kerapu yang diterapkan di desa Labuhan adalah tradisional plus dan sistem semi intensif, dengan luas 3 ribu m2, padat tebarnya sebanyak 6 ribu ekor, kemudian memakai kincir yang dinyalakan setiap malam hari.

Luas lahan tambak kerapu yang dimiliki pokdakan Bhakti Usaha 2 mencapai 30 Ha, dengan jumlah petambak yang tergabung dalam pokdakan tersebut sebanyak 50 orang. Hasil panen kerapu parsial pada Rabu (8/7) itu mencapai 0,5 ton untuk satu petak dengan ukuran 600 gram dengan kisaran harga Rp60 ribu dengan nilai mencapai Rp30 juta dengan tingkat kelangsungan hidup 85%.

Sedangkan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dalam kunjungannya mendampingi Menteri Edhy ke Tambak Kerapu Desa Labuhan memberikan motivasi dan semangat kepada para petambak ikan kerapu serta menegaskan bahwa potensi ikan kerapu ini sangat besar, kita harus masifkan produktivitasnya agar lebih berkontribusi besar dalam perekonomian nasional terutama di tengah pandemi COVID-19 ini.

Sementara itu, Bupati Lamongan, Fadeli menyampaikan, pertumbuhan industri di Pantai Utara (Pantura) ini sangat besar. Dikatakan, Lamongan sebagai wilayah maritim dengan penghasilan ikan terbesar di Jawa Timur, sebanyak 139 ribu ton per tahun ikan tangkap. Sementara, ikan budidaya sejumlah 57 ribu ton per tahun.

Ikan yang dibudidayakan, lanjut Fadeli, selain ikan kerapu, ada juga ikan bandeng (chanos chanos), udang (Caridea), dan nila (Oreochromis niloticus). Khusus untuk kerapu ini, kata dia, memang perlu untuk terus dikembangkan. Sebab, di Lamongan jumlahnya masih 959 ton per tahun, dianggap masih kecil. Sedangkan, luas tambak kerapu ini kurang lebih 277 hektare.

“Untuk hasil budidaya air tawar kerapu di jual hidup di rumah-rumah makan, dan lainnya seperti bandeng, udang ini juga bisa dijual melalui pasar ikan yang berada di Kabupaten Lamongan,” sebutnya.

baca juga : Nelayan Budidaya Kerapu di Kabupaten Pulau Taliabu Terkendala Pemasaran. Bagaimana Solusinya?

 

Ikan kerapu, salah satu jenis ikan komoditas ekspor yang menjanjikan. Foto : DJPB KKP

 

Ekspor Perdana Kerapu

Sementara itu, pengusaha budidaya ikan kerapu di Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Sabtu (11/7) melakukan ekspor 15 ton ikan kerapu ke Hongkong, China dengan nilai ekspor mencapai 90.000 US dollar. Ekspor dilakukan oleh CV. Sinar Mandiri dan merupakan aktivitas ekspor kerapu pertama kali di Kabupaten Belitung sejak Pandemi COVID-19.

Aktivitas ekspor yang langsung dilakukan dari Keramba Jaring Apung (KJA) di perairan pulau Ru, Desa Pegantungan, Kecamatan Badau, Belitung itu disaksikan Bupati Belitung Sahani Saleh, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Belitung, perwakilan Bea dan Cukai Tanjungpandan dan Perwakilan Kantor Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Wilayah Kerja Tanjungpandan.

“Ini ekspor perdana di tengah pandemi covid-19 dan memang selama ini untuk ekspor berhenti sementara karena corona, nah ini mulai lagi,” ungkap Sahani dalam siaran pers KKP, Senin (13/7).

Sahani juga menyebut bahwa ekspor ikan kerapu ini merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan kembali perekonomian masyarakat Belitung saat pandemi COVID-19. Ia juga memastikan usaha budidaya kerapu akan menjadi program prioritas pengembangan kedepan mengingat potensi budidaya laut di Belitung sangat luar biasa.

“Karena budidaya perikanan ini juga multiplayer effect dan ini berdampak kepada nelayan kecil. Seperti pakan (makanan) ikan kerapu, itu dari nelayan kecil dan itu bukan sedikit, banyak sekali untuk satu hari. Oleh karenanya saya kira nanti Pemda akan menjadikan budidaya perikanan ini sebagai program prioritas daerah dan diharapkan mampu menopang perekonomian,” ujarnya.

Sebagaimana diketahui, sebagai daerah kepulauan, Belitung memiliki potensi sektor perikanan yang luar biasa. Pertumbuhan sektor perikanan terbilang cepat meningkat lantaran, selain pengembangan budidaya difokuskan untuk komoditas ekspor, juga karena letak geografis Belitung yang memiliki kemudahan akses dengan negara tujuan ekspor, terutama Hongkong.

 

Exit mobile version