Mongabay.co.id

Kisah Kemasyhuran Pangandaran : Surga Wisata Pesisir Jawa Barat (Bagian 2)

 

Langit gelap mewarnai Pantai Barat pada suatu Selasa, di pertengahan September 2020. Warnanya yang pekat menandakan air hujan siap turun dari langit kawasan pantai sangat populer itu. Pagi tersebut, Pantai Barat masih memperlihatkan aktivitas yang cukup ramai dengan banyaknya wisatawan yang berenang.

Dibandingkan setahun lalu, rupa Pantai Barat memang sudah banyak berubah. Bibir pantai yang dulunya ramai dihuni para pedagang kaki lima, saat ini sudah bersih dan terlihat tertib. Sebagai gantinya, area taman yang membatasi pantai dengan jalan raya kini sudah berdiri berdiri dengan indah dan megah.

Kehadiran taman yang dilengkapi area tempat duduk tersebut membentang di sepanjang pantai Barat yang secara administrasi masuk wilayah Kecamatan Pangandaran. Wisatawan yang sedang menikmati keindahan pantai, kemudian memanfaatkannya sebagai tempat bercengkerama.

baca : Kisah Kemasyhuran Pangandaran [Bagian 1]

 

Panorama di Pantai Barat, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Foto : M Ambari/Mongabay Indonesia

 

Seperti pada Selasa pagi tersebut, segerombol anak muda tampak asyik bersenda gurau sambil menikmati makanan ringan yang dijual berkeliling. Mereka terlihat baru selesai berenang, karena badan mereka basah kuyup.

Tempat bercengkerama para anak muda tersebut lokasinya tepat berseberangan dengan kantor utama penjaga pantai Pangandaran yang disebut Balawisata. Saat mereka saling melempar candaan, berjarak dua meter dari mereka duduk seorang lelaki paruh baya yang terlihat mengenakan seragam khusus.

Dari seragamnya, kuat dugaan dia adalah bagian dari tim Balawista. Dan benar saja, saat Mongabay menyapa dia, lelaki bernama Endang Wijaya itu membenarkan kalau dia adalah anggota tim penjaga pantai Pangandaran. Bahkan, dia adalah anggota tertua alias paling senior di tim.

Abah, begitu biasa dia disapa, mengaku sudah sejak 1995 menjadi penjaga pantai. Selama 25 tahun bertugas, selalu ada saja wisatawan yang harus diselamatkan karena terbawa arus pantai. Kondisi itu bahkan bisa berlangsung hampir setiap hari, terutama saat akhir pekan dan atau hari libur nasional.

“Tapi itu dulu. Setelah adanya Corona (COVID-19) ada, pantai tidak seramai itu lagi,” ungkap dia.

Mengenakan pakai serba merah menyala yang dihiasi topi berwarna senada, Abah seolah ingin menegaskan bahwa dia adalah penjaga pantai. Dengan kacamata hitam yang dibiarkan dipasang di atas topi, lelaki 56 tahun itu kemudian menggambarkan betapa virus Corona sudah memporak porandakan pariwisata di Pangandaran.

baca juga : Penataan Perairan Umum Dimulai dari Pangandaran, Seperti Apa?

 

Taman yang dibangun untuk mempercantik Pantai Timur, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Foto : M Ambari/Mongabay Indonesia

 

Anjlok

Sebelum COVID-19 masuk ke Pangandaran, dia sudah biasa melihat wisatawan berlalu lalang di sekitar pantai dari sejak pagi hingga malam hari. Situasi tersebut juga biasa dilihatnya di sepanjang pantai Timur yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari pantai Barat.

Namun sekarang, wisatawan bisa dihitung dengan jari yang berlalu lalang di sekitar pantai. Bahkan, setelah matahari tenggelam, pantai Barat yang biasanya masih tetap ramai, pada saat sekarang sudah berubah menjadi kawasan sepi.

“Apalagi saat empat bulan ditutup, di sini itu sudah kayak kuburan. Sepi banget. Hanya warga saja yang berlalu lalang di sini. Itu juga tidak banyak, karena warga juga banyak yang diam di rumah,” jelas dia.

Beruntung, walau wisatawan sepi, Abah mengaku tidak mengalami penurunan pendapatan, karena dia mendapatkan gaji bulanan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran. Gaji rutin tersebut didapatnya sejak Pangandaran naik status jadi daerah otonomi baru (DOB) pada 2012 lalu.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Parbud) Kab Pangandaran Untung Saeful Rachman mengungkapkan bahwa penurunan wisatawan yang berkunjung ke Pangandaran memang tak bisa dihindari lagi. Terutama, sejak Pangandaran ditutup total dari aktivitas pariwisata selama hampir empat bulan.

Saat berbincang dengan Mongabay, Untung menerangkan bahwa saat ini kondisi pariwisata Pangandaran sedang bergeliat untuk bangun. Namun, dengan kondisi sekarang di mana COVID-19 masih ada, dia paham bahwa pariwisata di daerahnya tidak akan pulih seperti sedia kala.

Oleh karena kitu, walau sudah dibuka sejak awal Juni 2020, pariwisata masih berjalan cukup lambat dan itu ditandai dengan masih banyaknya pertokoan, hotel, restoran yang belum beroperasi kembali. Mereka yang masih tutup, hampir dipastikan karena tidak sanggup lagi untuk membuka usahanya.

“Memang demikian adanya,” ucap dia singkat.

baca juga : Keramba Jaring Apung Lepas Pantai Pertama Segera Beroperasi di Pangandaran

 

Papan selancar yang disewakan di Pantai Timur, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Foto : M Ambari/Mongabay Indonesia

 

Secara keseluruhan, COVID-19 memberikan dampak negatif pada pertumbuhan pariwisata Pangandaran. Walau dari Januari hingga sekarang kunjungan wisatawan, baik nusantara ataupun mancanegara sudah mencapai 1,8 juta orang. Namun jumlahnya cukup berbeda jauh dibandingkan periode yang sama pada 2019.

Tahun lalu untuk periode yang sama, Untung mengatakan wisatawan ke Pangandaran mencapai 2,5 juta orang dengan pendapatan mencapai Rp12,5 miliar. Sementara, untuk periode sekarang dari Januari-September 2020, dengan jumlah kunjungan 1,8 juta jiwa, pendapatannya baru mencapai Rp9 miliar.

Walau ada tren peningkatan jumlah kunjungan wisawatan sejak Pangandaran dibuka kembali pada awal Juni, namun dia tidak mengelak jika target pendapatan dari pariwisata masih jauh dari yang ditetapkan sebesar Rp35 miliar untuk 2020.

“Memang terus ada peningkatan jumlah kunjungan, tapi belum pulih,” tegas dia.

Untuk jumlah kunjungan secara tahunan, pada 2019, jumlah wisatawan mencapai angka 3,9 juta jiwa atau turun dibandingkan 2018 yang mencapai angka 4,2 juta jiwa. Kemudian, pada 2017 jumlah wisatawan yang masuk ke Pangandaran jumlahnya mencapai 2,7 juta jiwa.

Untung menyebutkan, Pemerintah Kabupaten Pangandaran akan terus membuka diri untuk menyambut wisatawan di masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) seperti sekarang. Tetapi, agar tetap bisa mengendalikan situasi, pihaknya akan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.

 

Pesisir Pantai Timur, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat yang sepi dari pengunjung karena terdampak COVID-19. Foto : M Ambari/Mongabay Indonesia

 

Reaktivasi

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Pangandaran Agus Mulyana Savana pada kesempatan terpisah menyatakan bahwa pariwisata saat ini sedang memulai kembali setelah non aktif sekitar empat bulan.

Selama reaktivasi yang dimulai sejak awal Juni, tingkat hunian hotel dan restoran masih ada di kisaran 90 persen di akhir pekan dan 10 persen di hari biasa. Dengan kondisi sekarang, pihaknya sudah menduga akan terjadi lonjakan wisatawan saat libur panjang di akhir pekan.

“Saat (masa) AKB ini okupansi harusnya 50 persen di akhir pekan. Namun saat akhir pekan panjang okupansi mencapai 100 persen. Ini jadi pembelajaran karena memang kondisinya tidak bisa dihindari,” tutur dia.

Seluruh hotel dan restoran yang sudah beroperasi sekarang, akan diminta untuk menerapkan protokol kesehatan dengan sangat ketat. Tujuannya, agar wisatawan yang masuk ke Pangandaran tidak meninggalkan jejak COVID-19 yang berpotensi akan menularkan ke penduduk asli Pangandaran.

“Begitu juga sebaliknya. Wisawatan yang masuk ke Pangandaran akan dijamin dengan adanya protokol kesehatan. Jadi mereka bisa merasa nyaman berwisata tanpa takut akan tertular COVID-19,” jelas dia.

Di antara cara yang diterapkan, adalah dengan meminta setiap wisatawan untuk mengenakan masker mulut selama berada di Pangandaran. Jika memang tidak membawa masker, maka pihak hotel atau restoran wajib untuk menyediakan dan memberikannya kepada mereka.

Cara tersebut diharapkan bisa memberikan kenyamanan kepada wisatawan, baik saat berwisata di kawasan pantai, sungai, dan alam yang ada di Pangandaran. Dengan kampanye masker tersebut, diharapkan juga warga lokal bisa ikut berperan dengan mengikuti gerakan yang sama.

 

Suasana di pesisir Pantai Timur, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat yang sepi dari pengunjung karena terdampak COVID-19. Foto : M Ambari/Mongabay Indonesia

 

Diketahui, Kabupaten Pangandaran adalah DOB yang berdiri pada 25 Oktober 2012. Secara geografi kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar di utara, Kabupaten Cilacap di timur, Samudera Hindia di selatan, dan Kabupaten Tasikmalaya di barat.

Dengan sepuluh kecamatan yang saat ini ada, Pangandaran mendeklarasikan diri sebagai daerah dengan pariwisata sebagai andalan utama. Dari sepuluh kecamatan, enam di antaranya memiliki wilayah pantai, yaitu Kec Pangandaran, Sidamulih, Parigi, Cimerak, Cigugur, dan Cijulang.

Adapun, obyek pariwisata yang sudah dikelola oleh Pemkab Pangandaran, adalah Pantai Barat dan Timur yang masuk wilayah Pantai Pangandaran, Pantai Karapyak, Pantai Batu Hiu, Pantai Batu Karas, dan Green Canyon.

 

Ornamen hiasan di pesisir Pantai Timur, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Foto : M Ambari/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version