Mongabay.co.id

Perkutut Jawa, Burung dengan Keunikan Katurangga

 

Paruh hitamnya mematuk makanan di tanah, langkahnya sama beriringan ketika mencari biji-bijian yang merupakan makanannya. Tak berselang lama sepasang burung ini terbang dan bertengger di atas tumpukan kayu.

Dia lah perkutut jawa, yang biasa disebut juga perkutut lokal. Selain memakan biji-bijian, burung ini juga pemakan serangga di habitat aslinya. Burung perkutut jawa mempunyai kebiasaan terbang dan bertengger di habitat kebun atau ladang, sering juga mencari makan pada jalan yang jarang dilintasi oleh manusia.

Tubuhnya ramping panjang dengan ukuran sedang sekitar 20-25 centimeter. Ekor burung ini berukuran lebih pendek dari panjang tubuh dan bentuk kepalanya membulat. Ciri warna kepalanya abu-abu, leher dan bagian sisi bergaris halus, untuk punggung berwarna coklat dengan tepi hitam. Sementara, bulu sisi terluar ekor memiliki warna kehitaman dengan ujungnya berwarna putih. Iris dan paruh berwarna abu-abu biru, dan tipe kaki paserin (bertengger) berwarna merah hingga jambu tua.

baca : Di Balik “Pelepasan” Burung Itu…

 

Burung perkutut jawa saat bertengger di batang pohon. Burung perkutut jawa mempunyai tubuh berukuran kecil, sekitar 20-25 centimeter. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Umumnya, bentuk fisik perkutut jantan sangat berbeda dengan perkutut betina. Ciri fisik yang terdapat pada perkutut jantan yaitu mempunyai fisik yang kuat dan mampu bergerak dengan lincah. Pada gaina wajah perkutut jantan, di dominasi warna putih yang lebih banyak ketimbang burung perkutut betina.

Pada bagian paruh mempunyai ketebalan yang berbeda dengan perkutut betina. Paruh perkutut jantan mempunyai bentuk yang lebar dan juga ketebalan yang bagus. Saat perkutut jantan mengibaskan ekornya, maka ekornya menjadi mengembang dengan sendirinya. Sehingga terlihat lebar dari biasanya. Disaat kawin, saat perkutut jantan birahi ia akan melakukan kegiatan mengangguk yang menandakan bahwa dia sedang birahi.

Sementara, untuk perkutut betina pada bagian paruh yang dimiliki mempunyai bentuk yang pendek dan lebih tipis. Matanya lebih sayu, dan ruas kaki yang rapuh karena bentuknya yang tipis. Disaat kawin, dia akan mengibaskan ekornya sehingga ekornya akan sedikit mengembang.

Burung dengan nama latin Geopelia striata bukan hanya burung yang mampu bersuara, akan tetapi burung ini mempunyai beragam keunikan yang tidak dimiliki oleh burung lainnya. Bagi sebagian pemelihara burung, dengan hanya melihat perkutut, sudah bisa memastikan bagaimana suara yang akan dihasilkan.

baca juga : Melihat aktivitas Pasar Satwa di Splendid Malang

 

Burung dengan nama latin Geopelia striata bukan hanya burung yang mampu bersuara, akan tetapi burung ini mempunyai beragam keunikan. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Keunikan Katurangga

Keunikan ini biasa disebut dengan katurangga, yang artinya yaitu menyampaikan bentuk badan. Katurangga yang hanya ada pada perkutut dapat menampilkan bagaimana nantinya suara perkutut saat manggung. Cukup melihat pada bagian katurangga, maka sudah bisa dipastikan bagaimana suara yang akan dikeluarkan.

Namun, jika dibandingkan dengan jenis perkutut Thailand atau disebut dengan perkutut Bangkok, suara perkutut Jawa ini relatif kecil dan tipis. Umumnya, burung perkutut yang di pelihara sebagai klangenan oleh kebanyakan penghobi, biasanya hanya diberi makan berupa biji-bijian saja seperti milet putih, jewawut, milet merah, gabah berukuran kecil dengan sedikit ketan hitam.

Ada juga penghobi yang memberikan pakan tambahan seperti biji sawi, biji godem, canary seed, dan pakan ekstra untuk kebutuhan mineral berupa tulang sotong. Selain pemberian pakan, untuk menjaga kesehatannya burung perkutut yang dipelihara di sangkar juga memerlukan penjemuran di bawah sinar matahari langsung. Biasannya, para penghobi menjemur perkutut di tiang kerekan dengan ketinggian kurang lebih 7 meter.

menarik dibaca : Adu Cepat Burung Merpati Makin Diminati Para Penghobi

 

Ciri warna kepalanya abu-abu, leher dan bagian sisi bergaris halus, untuk punggung berwarna coklat dengan tepi hitam. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Burung perkutut memakan rerumputan, benih gulma dan serangga. Sehingga, dimungkinkan di alam mempunyai manfaat sebagai pengontrol alami gulma dan serangga. Masyarakat Yogyakarta terutama kaum priyayi (bangsawan) saat ini hampir semua menyukainya karena suaranya yang bagus dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

Sementara, di alam burung perkutut ini hidupnya seringkali berpasangan atau kelompok kecil. Makannya di permukaan tanah. Kadang pula perkumpul untuk minum di sumber air. Sarangnya berbentuk datar tipis dari bahan ranting-ranting. Mempunyai telur dua butir dengan warna putih. Berbiak pada bulan Januari hingga September.

Menurut Peraturan Pemerintah No.7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, spesies ini tidak dimasukkan dalam daftar spesies dilindungi, dan tidak termasuk daftar merah International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) atau terancam punah.

Untuk persebarannya, beberapa studi menjelaskan, perkutut memiliki persebaran di Filipina, Semenanjung Malaysia. Sedangkan di Indonesia tersebar di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali, dan Lombok. Spesies ini telah diintroduksi ke seluruh wilayah Asia Tenggara.

baca juga : Mengenal Burung Bubut Jawa yang Semakin Langka

 

Dibandingkan dengan jenis perkutut Thailand atau disebut dengan perkutut bangkok, suara perkutut jawa ini relatif kecil dan tipis. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Ekosistem Terganggu

Melihat burung perkutut dibandingkan di sangkar lebih baik di alam. Riri Retnaningtyas, Mahasiswi Pascasarjana di Departemen Ilmu Biologi, Universitas Arkansas, Amerika, berbagi pengalaman ketika pernah melakukan pengamatan. Dia menjelaskan, selama studi di Universitas Negri Malang selain di kampus burung perkutut jawa juga sering dijumpai ketika di lapangan.

Bagi dia, burung perkutut merupakan burung khas Indonesia, terutama di pulau Jawa. Saat di Amerika dia tidak pernah menjumpai burung ini. Untuk itu, dia berharap burung perkutut masih terus ada di habitatnya. Karena jika hilang, ada ekosistem yang terganggu. Misalnya seperti distribusi pakan menjadi terhambat. Padahal, keberadaan burung ini di alam sangat penting untuk kelangsungan ekosistem. Hanya, sampai saat ini tantangannya memang berat. Karena menurut kepercayaan sebagian orang Jawa menganggap bahwa dengan memelihara burung perkutut jawa itu bisa membawa keberuntungan. Sehingga masih banyak yang mengasuh.

“Burung ini memang termasuk salah satu burung yang masih banyak diperjualbelikan. Tapi saya berharap kedepannya, manusia bisa lebih bijaksana dalam menyikapi dilema kebudayaan. Burung itu seharusnya hidup di alam,” ujarnya kepada Mongabay Indonesia, Senin (14/09/2020).

 

Di alam burung perkutut ini hidupnya seringkali berpasangan atau kelompok kecil. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version