Mongabay.co.id

Terungkap. Rahasia Tardigrada Sebagai Hewan Paling Tangguh di Dunia

Tardigrada atau beruang air ini mampu bertahan hidup di luar angkasa. Sumber: Eye of Science/Science Source Images

 

 

Para ilmuwan akhirnya berhasil mengungkap kekuatan sakti yang membuat tardigarada menjadi hewan terkuat di dunia. Perisai tubuhnya yang bersinar dalam gelap merupakan pelindung kokoh yang membuat makhluk ini aman dapar paparan radiasi mematikan.

Tardigrada atau tardigrade merupakan sekelompok hewan mikroskopis berkaki delapan. Makhluk ini mampu bertahan pada sejumlah lingkungan ekstrim di Bumi yang membuatnya disebut hewan paling tangguh di dunia. Sebut saja pada kondisi ruang hampa udara di orbit rendah Bumi hingga ia tetap hidup meski dalam kondisi dehidrasi dan kelaparan.

Makhluk ini, awalnya adalah organisme air tawar, namun telah beradaptasi dengan baik di berbagai tempat hidupnya. Umurnya bisa mencapai lebih dari 200 tahun dan tidak mati meskipun dibawa ke luar angkasa. Bentuknya mirip ulat laut, dengan cakar di kaki yang membuatnya dijuluki beruang air.

Diperkirakan, ada sekitar 1.300 spesies tardigrada yang masing-masing jenis diketahui memiliki kemampuan khusus bertahan hidup. Ukuran tubuhnya, antara 0,5 hingga 1 milimeter.

Baca: “Beruang Air” Ini Bertahan Hidup di Luar Angkasa

 

Tardigrada yang dinamakan Paramacrobiotus BLR ini memiliki zat fluoresensi yang melindungi tubuhnya dari paparan radiasi ultraviolet [UV] berbahaya dan untuk selanjutnya memancarkan sinar biru netral sebagai gantinya. Foto: Harikumar R. Suma/Sandeep M. Eswarappa

 

Dikutip dari Newsweek, tim ilmuwan mendapati fakta ada satu jenis tardigrada yang memiliki zat fluoresensi. Zat ini berfungsi sebagai pelindung tubuhnya, dengan cara menyerap radiasi ultraviolet [UV] yang berbahaya dan untuk selanjutnya memancarkan sinar biru netral sebagai gantinya.

Hasil penelitian berjudul “Naturally occurring fluorescence protects the eutardigrade Paramacrobiotus sp. from ultraviolet radiation” ini telah diterbitkan dalam jurnal Biology Letters, edisi 14 Oktober 2020.

Penemuan ini diketahui setelah tim ilmuwan menemukan ‘kemungkinan’ spesies baru tardigrada dalam sampel lumut yang diteliti di Indian Institute of Science di Bangalore [Bengaluru], India.

Baca: “Beruang Air” Diperkirakan Hidup di Permukaan Bulan

 

Tardigrada atau beruang air ini mampu bertahan hidup di luar angkasa. Sumber: Eye of Science/Science Source Images

 

Sandeep Eswarappa, anggota penulis di studi tersebut menyatakan, timnya menemukan tardigrada ini di sejumlah tempat. “Terutama di areal yang cukup terang pancaran sinar mentari,” ujarnya dikutip dari New Scientist.

Eswarappa dan kolega selanjutnya kemudian melakukan serangkaian percobaan laboratorium. Tardigrada yang diberikan nama “Paramacrobiotus BLR” itu, bersama tardigrada jenis lain dengan sebutan Hypsibius exemplaris beserta cacing berjuluk Caenorhabditis elegans, semuanya diberi pancaran radiasi ultraviolet.

Hasilnya, spesimen cacing mati dalam waktu 5 menit, sementara Hypsibius exemplaris juga mati dalam jangka 15 menit. Sedangkan Paramacrobiotus BLR, mampu menahan intensitas sinar ini satu jam.

Eksperimen ini sekaligus mengungkapkan, Paramacrobiotus BLR memang mengandung bahan kimia fluoresensi, yang menyebabkannya bersinar biru dalam kondisi tersebut.

Baca: Makhluk Ini Berhasil Dihidupkan Setelah Beku Selama 30 Tahun

 

Bentuknya seperti ulat dengan cakar di kaki sehingga dijuluki beruang air. Sumber foto: Phys.org/William Miller

 

Selanjutnya, para ilmuwan mengekstrak bahan kimia fluoresensi dan menerapkannya pada spesimen H. exemplaris dan C. elegans. Informasi pun didapat bila zat itu memberikan perlindungan terhadap paparan ultraviolet.

“Ada spesies lain yang menunjukkan toleransi UV, tetapi tardigrada spesies baru ini adalah satu-satunya yang memiliki fluoresen, mekanisme pertahanan diri dari pancaran radiasi,” kata Eswarappa dikutip dari The Guardian.

Baca juga: Tidak Bergerak 7 Tahun, Salamander Ini Tetap Hidup

 

Bentuk tardigrada saat menutup diri. Sumber: News.com.au

 

Eswarappa melanjutkan, studi ini menunjukkan bahwa Paramacrobiotus BLR dapat bertahan hidup. “Di tempat terkering dan paling cerah sekalipun di Bumi.”

Sejauh ini tim peneliti belum mengetahui senyawa apa yang terkandung pada zat itu. Tapi begitu berhasil diidentifikasi, Eswarappa mengatakan, mereka berharap dapat memproduksinya dalam jumlah banyak untuk digunakan sebagai tabir surya.

 

 

Exit mobile version