Mongabay.co.id

‘Gelar Perkara’ Kejadian Mamalia Laut Terdampar di Perairan Indonesia

 

Makin banyaknya kejadian mamalia laut terdampar selalu memantik pertanyaan, kenapa dan bagaimana menanganinya agar hewan itu bisa bertahan hidup. Salah satu usulan adalah ‘gelar perkara’ kejadian terdampar untuk memadukan kerja lintas keahlian untuk menjawab pertanyaan itu.

Terdamparnya paus dengan jumlah banyak cukup sering di Indonesia. Terakhir, 52 individu paus pilot sirip pendek (Globicephala macrorhynchus) terdampar sejak Kamis (18/2/2021) di pantai Desa Patereman, Kecamatan Modung, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Sebanyak 49 mati, hanya 3 yang berhasil dihalau kembali ke laut, tapi dua di antaranya kembali terdampar dan akhirnya mati.

Pimpinan kelompoknya, biasanya betina karena paus pilot secara sosial termasuk hwan matriarki itu belum teridentifikasi. Hal ini biasanya ditentukan oleh pakar dari rangkaian dokumentasi lengkap seperti siapa individu yang pertama kali terdampar dan bagaimana posisinya?

Fenomena apa yang berpotensi menyebabkan paus pilot ini terdampar secara massal? Apa yang harus kita lakukan saat melihat mamalia laut terdampar untuk meningkatkan potensi bertahan hidup?

Sejumlah ahli mamalia laut membahasnya di webinar Bisik-Bisik PRL bertajuk “Fenomena Mamalia Laut Terdampar Massal di Indonesia, Studi Kasus: Kejadian Paus Pilot Tedampar Massal di Madura” pada Kamis (04/3/2021). Sedikitnya 660 orang mengikuti secara online langsung, dan lebih dari 1400 orang menonton di kanal Youtube Ditjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada hari yang sama.

Tb. Haeru Rahayu, Dirjen Pengelolaan Ruang Laut (PRL) KKP saat membuka acara menyatakan kejadian terakhir di Madura berhasil selamatkan 3 individu, tapi 2 ekor mati, dan satu ekor tak teridentifikasi lagi setelah dihalau kembali ke laut.

baca : Puluhan Paus Pilot Terdampar di Madura, Cuaca Ekstrem Diduga Penyebabnya

 

Sejumlah paus pilot sirip pendek (Globicephala macrorhynchus) yang mati terdampar di pantai Desa Patereman, Kecamatan Modung, Kabupaten Bangkalan, Jatim. Foto : BPSPL Denpasar

 

Beberapa hari setelahnya kejadian serupa terjadi di New Zealand dan puluhan ekor paus pilot bisa diselamatkan. “Fenomena menarik, bagaimana kita bisa cepat tanggap, jika ketemu fenomena seperti ini ada langkah penyelamatan. Kita coba angkat kenapa mamalia terdampar, jumlah cukup banyak dan tak bisa diselamatkan,” ajaknya.

Kabar lanjutan, menurutnya, hasil nekropsi sudah ada, tinggal menunggu syarat formal. “Kalau tahu penyebabnya, punya langkah ke depan apa yang harus dilakukan pemerintah, pegiat lingkungan, dan masyarakat. Selain aspek teknis juga edukasi warga,” harap Tebe. Dari 51 ekor mati, sayangnya ada yang sudah tak utuh seperti sirip hilang. Karena itu sosialisasi dan edukasi masih jadi pekerjaan rumah agar semua pihak lebih paham apa yang harus dilakukan.

Diskusi online yang dipandu Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Ruang Laut Andi Rusandi, Ditjen PRL KKP mengundang lima pakar mamalia dan penanganannya.

Putu Liza Kusuma Mustika, Koordinator Whale Stranding Indonesia (WSI), sebuah jaringan yang memetakan kejadian terdampar menyatakan mempertimbangkan dampak aktivitas matahari atau astrofisika di kejadian ini.

Kemunginan penyebab terdampar massal selama ini adalah ada hewan sakit dan terdampar diikuti temannya. Bisa juga sonar frekuensi rendah buatan manusia, cuaca buruk, melewati daerah topografi yang memudahkan terdampar, dan aktivitas matahari (astrofisika).

baca : Refleksi dari Peristiwa Satwa Terdampar pada 2020

 

Sebanyak 17 ekor Paus Pilot (Globicephala macrorhynchus) terdampar di pantai Desa Meniak Kecamatan Sabu Barat Kabupaten Sabu Raijua, NTT, pada Oktober 2019. Tujuh ekor diantaranya akhirnya mati. Foto : BKKPN Kupang/Mongabay Indonesia.

 

Ia memetakan sejumlah kejadian terdampar pada saat terjadi lubang korona matahari menyebabkan badai matahari dan gangguan elektronik bumi. “Migrasi mengikuti medan magnet, bisa jadi terganggu dengan itu,” kata Liza yang melakukan riset tentang mamalia sampai tingkat doktoral.

Liza menjelaskan pada 18-19 Februari 2021, 52 pilot whales terdampar di Madura, kemudian 21 Februari 2021. Di Mozambique ada 111 spinner dolphins terdampar. Selanjutnya 22 Februari di New Zealand, sekitar 50 long-finned pilot whale terdampar.

“Bisa dibuktikan lebih lanjut. Ada studi jurnal ilmiah kejadian terdampar dengan aktivitas matahari, badai dan bintik matahari khususnya pada sperm whale,” ia menunjukkan arsip jurnal terkait ini.

Jejaring WSI mencatat, dimulainya inisiatif ini saat ada kejadian terdampar 51 ekor paus pilot di Sabu Raijua, NTT, pada Januari 2013. Setelah itu WSI meluncurkan portal data arsipnya dan membuat pelatihan untuk first responder.

Bisa disebut terdampar massal jika ada setidaknya 2 ekor tapi bukan ibu dan anak. Dari catatan WSI, ada 34 kejadian terdampar massal sejak 1995 sampai awal tahun 2021. Melibatkan 466 satwa laut.

Sebanyak 10 kejadian melibatkan 322 individu paus sirip pendek di Jawa Timur atau sekitar 70% dari jumlah terdampar. “Hampir 40% terjadi di Jawa Timur, ini critical spot untuk kejadian terdampar massal. Sebagian mati dan sebagian lagi hidup,” jelas Liza.

Peristiwa terdampar bukan hal baru. Ia mencatat, pada tahun 1614 pelukis Belanda Hendrick van Anthonissen menggambar paus raksasa yang tergolek di pantai, dan aktivitas penguburannya. Definisinya jika ada mamalia laut terdampar di pantai atau perairan dangkal, hidup atau mati, termasuk terlilit jaring.

perlu dibaca : Begini Kajian Dokter Hewan dan Ahli Oseanografi tentang Penyebab Mamalia Laut Terdampar

 

Seekor hiu paus berukuran panjang 10 meter dan berbobot dua ton ditemukan mati terdampar di Pantai Paseban, Jember, Jatim, Minggu (30/8/2020). Foto : Dinas Perikanan Kab Jember

 

Peristiwa satwa laut jadi urusan manusia karena membantu memahami kondisi lautan dan bangkai bisa membahayakan. “Tak hanya animal welfare, menandakan ada yang salah dengan kelola laut kita,” lanjut Liza.

Misalnya, makin banyak hewan mati ditemukan karena makan plastik. Pada 2013 di Spanyol, 10 ekor paus sperma ditemukan mati dengan 8 kg plastik didalam tubuhnya. Ini dimungkinkan akibat sobekan lambung dan memperparah kelaparannya. November 2018 di Wakatobi ada paus dengan plastik dan sandal jepit dalam perutnya.

Ada juga temuan terdampar dengan kandungan pestisida, tertabrak kapal, dan trauma suara. “Seperti penyelam, tak boleh naik terlalu cepat, menghindari sesuatu seperti sonar sehingga mengalami emboli,” contohnya. Penyebab lain adalah perubahan iklim, gempa dasar laut, tangkapan langsung, bycatch, sonar, pencemaran, tabrakan kapal, serta industri migas dengan cemaran minyak dan polusi suara.

 

Pendekatan patologi

Pada kesempatan yang sama, Bilqisthi Ari Putra, praktisi patologi veteriner dari Universitas Airlangga membagi pengalamannya melakukan pemeriksaan patologi di tengah laut lokasi terdamparnya paus pilot di Madura. Identifikasinya melelahkan karena tersebar di area sekitar 3 km. Pemeriksaan pertama adalah eksternal. Untuk menganalisis kemungkinan seperti jam berapa mati? Kalau ada luka, setelah atau sebelum mati. “Ada yang sudah dan setelah. Bisa jadi karena karang atau diambil warga,” sebutnya.

Ia tidak memaparkan hasil pemeriksaan, hanya prosedur pemeriksaan dengan pendekatan patologi. Patologi adalah ilmu tentang penyakit dan interaksinya pada penderita. Ada empat aspek, etiologi yakni sifat agen, bakteri, parasit terhadap organ. Patogenisesi, perjalanan penyakit, patofisiologi, mekanisme gejalanya, dan morfologi bentuk organnya secara makro dan mikrokospis.

Penyebab kematian hewan pun ada yang sengaja dan tidak sengaja. Jenis penyakitnya infeksius dan noninfeksius.

baca juga : Mengerikan, Paus Sperma Mati dengan 100 kg Sampah Plastik Diperutnya

 

llustrasi. Dokter hewan dan mahasiswa FKH Unud melakukan nekropsi paus sperma kerdil setelah mati terdampar pada Selasa (2/3/2019) di Pantai Rangkan, Gianyar, Bali. Foto : TCEC/Flying Vet/relawan FKH Unud

 

Kemungkinan penyebabnya dari patologi adalah emasiasi atau kekurangan energi, dehidrasi, terbakar matahari, atau stres pernafasan. “Paru-paru adalah peran sentral karena bernafas,” ingatnya agar warga tak menutup lubang pernafasan mamalia.

Apakah sakit dulu baru terdampar, ini yang terkonfirmasi di patologi. Penyebabnya bisa berbagai hal. Yang bisa dipastikan adalah apakah paus dalam keadaan sehat? “Sebab kematian dan terdampar kajiannya harus komprehensif. Pokja harus diaktifkan untuk gelar perkara,” harap Bilqis, panggilannya.

Nekropsi paus pilot mati di Madura dilakukan sekitar 10 jam sampai malam di hari kedua penanganan. “Kami bicara untuk yang bersuara. Patologi mendengarkan dari perubahan organ,” sebutnya.

 

Penanganan Terdampar

Sedangkan I Made Jaya Ratha, dari jaringan dokter hewan penanganan mamalia terdampar IAM Flying Vet, memberi peringatan bercermin dari kejadian terdampar di Madura.

Ia mengajak melihat foto dari udara ketika warga mengepung semua individu terdampar. Ada yang menolong, ambil foto, tapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. “Sampai sekarang pun cukup gelagapan, kita tidak siap. Kejadian di Madura, saya kebetulan di sana dan segera meluncur,” katanya.

Ada tiga hal yang harus dilakukan, pertama, kumpulkan informasi. Sejak kapan, sudah berapa lama, kondisi hewan, jumlah individu, ukuran, jenis, kondisi secara umum, kondisi perairan, dasarnya berpasir atau berkarang, kondisi pasang atau surut, akses lokasi, kondisi sekitar, warga berkerumun atau bisa dikendalikan.

Kedua, hubungi pihak terkait atau otoritas setempat. “Manfaatkan medsos. Kondisi Madura, ternyata sudah terjadi sejak 18 Februari siang. Tapi belum tersampaikan dengan jelas ke otoritas setempat. Penanganan setelah menunggu sekian lama,” sebut Jaya.

Ketiga, pertolongan pertama pada mamalia. Ia menunjukkan gambar mamalia untuk mengenal hewan sebelum menolong. Paus dan lumba tak seperti hewan darat, walau punya tulang belakang tapi tak bisa menopang tubuhnya. Harus dibantu dengan air. Cukup ringkih terutama saat memindahkan hewan, posisi hewan senyaman mungkin, agar tak terganggu organnya. Jaringan vescular dan lemak cukup tebal untuk menjaga tubuh tetap hangat di perairan dalam.

perlu dibaca : Ditemukan 5,9 Kg Sampah Dalam Perut Paus Sperma di Wakatobi. Kok Bisa?

 

Warga setempat yang berbondong-bodng melihat kelompok paus pilot sirip pendek (Globicephala macrorhynchus) yang mati terdampar di pantai Desa Patereman, Kecamatan Modung, Kabupaten Bangkalan, Jatim. Foto : I Made Jaya Ratha/IAM Flying-Vet

 

Hal penting lain yang kerap terlupa adalah mamalia bernafas dengan paru-paru dengan lubang sembur di atas kepalanya. Pertolongan pertama, hindarkan stres, lindungi lubang nafas dari pasir/air, jangan disiram. “Ada yang justru memasukkan air ke blow hole, karena ingin bantu. Karena itu lubang nafas, cukup basahi sirip dan bagian tubuh lainnya,” urai Jaya.

Identifikasi kondisi hewan, dengan triase kejadian terdampar massal. Jika mati tak ada gerakan, tidak refleks, dan tidak bernafas. Kondisi di Madura, satwa tersebar, penolong tak bisa triase satu persatu. Fokus pertama pada yang hidup.

Ada tiga ekor hidup saat ia datang, dan ini menurutnya tergantung kecepatan pertolongan. “Kita minta bapak-bapak membantu memindahkan paus pilot ke perairan lebih dalam agar tak dikerumuni,” tambahnya. Kemungkinan selamat kecil jika badan miring, tak ada respon, luka serius, darah dari lubang nafas/anus, nafas tak teratur.

Pelajaran penting lain adalah mengendalikan warga agar tak terlalu dekat. Gali lubang untuk sirip samping, satabilkan di dangkal. Pengembalian terdampar hidup, tergantung sumberdaya dan fasilitas. Kasus di Madura dinilai sangat terbatas, sehingga fokus penyelamatan hidup.

Skenarionya pengembalian bisa langsung di pantai, dengan perahu, atau pindah ke lokasi lain. Karena paus pilot punya keterkaitan kelompok kuat, sehingga dipilih pengembalian langsung.

Yang utama juga adalah keselamatan penyelamat dari cidera dan infeksius. Sangat tak disarankan konsumsi daging hewan terdampar karena ada potensi penularan penyakit zoonosis akibat bakteri, virus, jamur.

Penanganan karkas atau bangkai juga penting karena peluang besar mengembangkan pengetahuan dengan pengumpulan data, nekropsi, dan koleksi sampel. Pemusnahan karkas dengan dikubur atau ditenggelamkan. Ia mengapresiasi para pihak dan pemerintah daerah setempat karena respon cukup cepat untuk alat berat.

baca juga : Harapan Besar Dibentuknya Pokja RAN Konservasi Mamalia Laut

 

Bangkai paus biru dikuburkan di Pantai Air Cina, Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, NTT, pada Juli 2020, di sekitar wilayah PLTU. Foto : BKKPN Kupang

 

Arus Samudera

Pada webinar yang sama, Adriani Sunuddin, dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB menambahkan perspektif arus laut dalam kejadian terdampar ini.

Ia mengatakan sirkulasi laut nusantara menentukan dinamika arus termohalin global. Saat memasuki perairan Indonesia, arus dari Samudera Pasifik akan melintasi celah antar pulau untuk masuk Samudera Hindia. Arus antar samudera ini dikenal dengan Arus Lintas Indonesia (Arlindo) sangat menentukan dinamika regional terkait habitat laut, iklim, cuaca, dan lainnya. Karena itu perairan Indonesia menyediakan variasi habitat perairan yang tinggi untuk mamalia laut.

Sebaran titik mamalia saat gangguan tropis di selatan Indonesia terjadi pada 2009. Paus pilot terdampar saat siklon tropis di Samudera Hindia.

Apakah Selat Madura sebagai habitat berlindung ideal? Angin musim dinilai berpengaruh, bergerak dari tenggara. Karena mamalia laut perlu perairan yang luas untuk menampung seluruh individu kelompoknya.

 

Betina sebagai pilot

Danielle Kreb, team leader Program Ilmiah Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) menyebut paus pilot masuk genus globicephala atau kepala bola. Disebut paus pilot karena pimpinan kelompok jadi pilot atau pemandu. Ada 2 spesies di dunia, tapi di Indonesia yang teridentifikasi satu, paus sirip pendek. “Sulit dibedakan, memastikannya dengan melihat tengkoraknya,” katanya.

Mereka hidup mengikuti garis betina, matriarkhi, dan bergerak dalam kelompok besar. Betina yang jadi paus pilot dengan hubungan sosial erat. Jika paus pilot tak bisa dikembalikan ke laut, maka terdampar terus menerus.

“Siapa yang pertama terdampar, kemungkinan itu pilotnya. Ini dibawa ke perairan dulu dan dikembalikan. Agar yang lain tidak stres, kepala dihadapkan ke pantai dulu,” papar Danielle yang banyak meneliti sirenia atau duyung.

baca juga : Terbentuk Asosiasi Dokter Hewan ‘Terbang’ untuk Penanganan Satwa Laut Terdampar. Apa Perlunya?

 

Sekelompok paus pilot sirip pendek (Globicephala macrorhynchus) yang mati terdampar di pantai Desa Patereman, Kecamatan Modung, Kabupaten Bangkalan, Jatim. Foto : BPSPL Denpasar

 

Paling penting menurutnya menyelamatkan betina dewasa dan bayinya. Ciri khas unik lain mamalia adalah satwa yang melahirkan, menyusui, dan memiliki rambut. Biasanya di perairan dangkal, dilahirkan dengan keluar ekor dulu. Betina dewasa kemudian melindungi dan membawa ke permukaan untuk ambil nafas pertamanya.

Proses menyusui berbeda misal dugong menyusui di bawah ketiak. Lumba-lumba dekat anus.

Kontribusi paus pun sangat besar, areal makanannya di perairan dingin, lalu ke perairan tropis untuk berkembang biak dan melahirkan sehingga menyuburkan perairan tropis. Memberi kontribusi sumberdaya perikanan, misalnya saat paus sperma makan, ia bernafas ke permukaan dan buang kotoran mengandung banyak nitrogen, fosfat untuk makanan fitoplankton. Diyakini sekitar 40% karbondioksida sekitar perairan dihisap fitoplankton.

Mamalia dapat jadi objek wisata, dengan syarat adanya panduan pengamatan. Ancamannya pun banyak, sering jadi bycatch, kena bom peledak, dan polusi kimia. “Pernah ada di lambung pesut Irawady ada popok bayi sehingga susah makan,” katanya.

Ada tujuh jenis mamalia di Indonesia paling terancam. Di antaranya pesut Mahakam, Paus Biru, dan Paus sirip.

Pertanyaan menarik juga disampaikan peserta saat webinar ini. Bagaimana pergantian pemimpin saat nenek paus meninggal? Bila pemimpin kelompok mati terdampar, apakah anggota enggan kembali ke laut? Danielle Kreb menjawab yang jadi pimpinan adalah yang punya pengalaman seperti si nenek. Yang menentukan para ahli, biasanya dilihat dari yang paling aktif, ukurannya, gerakan memimpin, dan terdampar pertama.

 

Sebanyak 9 individu paus sperma terdampar di pantai Ujong Kareng, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Senin (13/11/2017). Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version