Mongabay.co.id

Bidadari Halmahera, Burung Cendrawasih di Luar Papua

 

 

Jika mendengar nama burung cendrawasih, tentu pikiran kita akan langsung membayangkan Papua. Cendrawasih adalah burung yang sangat identik dengan wilayah ini.

Namun, pernahkah Anda mendengar burung cendrawasih yang berada di luar Papua? Ya, namanya bidadari halmahera. Hanya bisa ditemukan di Pulau Halmahera dan Pulau Bacan, Maluku Utara.

Selain endemik, burung ini dianggap unik dan memiliki kecantikan sehingga disebut bidadari. Nama latinnya Semioptera wallaci, untuk menghormati sang penemunya, Aflred Rusel Wallace. Naturalis asal Inggris yang masyhur dengan bukunya The Malay Archipelago itu mendapatkan burung ini dari asistennya bernama Ali, yang merupakan penduduk lokal ketika berkunjung ke Pulau Bacan, pada Oktober 1858 hingga April 1859.

Secara taksonomi, bidadari halmahera adalah famili Paradisaeideai, yang merupakan jenis cendrawasih sejati. Salah satu lokasi terbaik untuk melihat langsung jenis ini adalah di Taman Nasional Aketajawe Lolobata, di Pulau Halmahera.

Baca: Pesona Bidadari Halmahera

 

Bidadari halmahera, sesuai julukannya burung ini cantik bak bidadari. Foto: Dok. Taman Nasional Aketajawe Lolobata

 

Dalam jurnal berjudul Avifauna pada Taman Nasional Aketajawe Lolobata Berdasarkan Tiplogoi Zona dan Tutupan Lahan, yang ditulis Supratman Tabba dan Lis Nurrani, disebutkan bahwa burung ini merupakan jenis satwa utama yang dilindungi Taman Nasional Aketajawe.

“Jenis burung ini sangat sensitif terhadap gangguan, namun dapat menjadi indikator kualitas kawasan yang masih baik. Sebab, dia tidak akan muncul pada areal yang telah mengalami gangguan,” tulis keduanya.

Ciri paling menonjol bidadari halmahera adalah dua pasang bulu putih panjang yang keluar menekuk dari sayapnya yang dapat ditegakkan atau diturunkan. Untuk makanan, biasanya serangga, artropoda, dan buah-buahan.

Berdasarkan penelitian Supratman Tabba dan Lis Nurrani, bidadari halmahera memiliki pergerakan yang sangat cepat dan sensitif pada hutan Bukit Durian. Satwa ini terdengar bernyanyi pagi hari, sekitar pukul 09.00-10.00 WIT pagi hari dan pukul 04.00-05.30 WIT sore hari.

Kehadiran jenis ini di luar kebiasaan, karena merupakan satu-satunya anggota suku yang kebanyakan menetap dan terdapat di lepas pantai dangkalan sahul.

Pola distribusi ini dapat memberikan gambaran tentang jembatan daratan purba antara Maluku Utara, Papua, dan Papua Nugini di masa lalu. Pengaruh elemen Papua di Kepulauan Maluku ditunjukkan dengan keberadaan dua marga monotipe burung cendrawasih yaitu Semioptera wallacei dan Lycocorax pyrrhopterus di daratan Maluku Utara.

Baca: Surganya Burung Endemik, Maluku Utara Tempat yang Tepat untuk Pengamatan

 

Bidadari halmahera adalah jenis cendrawasih yang hidupnya di luar Papua. Foto: Dok. Taman Nasional Aketajawe Lolobata

 

Hanom Bashari, dalam laporannya berjudul “Kajian Status dan Habitat Bidadari Halmahera, Semioptera Wallaci, di Kawasan Taman Nasional Aketajawe Lolobata, Pulau Halmahera, Maluku Utara” [2011], menjelaskan bahwa yang menarik dari bidadari halmahera adalah adanya perilaku display atau mempertunjukkan diri.

Gerakan ini biasanya dilakukan para jantan di hadapan satu individu betina pada pagi atau sore hari. Namun, kebiasaan ini bukanlah milik bidadari halmahera saja.

Hanom mengutip Diamond [1986], mengidentifikasi seluruh anggota suku Paradisaeidae menjelaskan bahwa terdapat delapan jenis anggota suku ini yang melakukan aktivitas display untuk mencari pasangannya di satu lokasi khusus. Jenis‐jenis tersebut yaitu Semioptera wallacii, Astrapia stephaniae, dan enam jenis dari genus Paradisaea.

“Menari merupakan perilaku bidadari halmahera jantan dengan mengembangkan kedua sayapnya [biasanya tidak secara penuh terbentang], dengan mengibas‐ngibaskan sayap tersebut secara cepat dan berulang Biasanya jantan tersebut mencengkram dahan kecil, sehingga dapat melakukan berbagai gerakan tanpa melepas atau terlepas dari dahan tersebut,” tulis Hanom.

Baca juga: Cendrawasih Gagak, Burung Evolusi Asal Kepulauan Maluku Utara

 

Bidadari halmahera merupakan jenis burung dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 Tahun 2018. Foto: Ahmad David

 

Kepala Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata, Muhammad Wahyudi, dikutip dari Kompas.id, menyatakan sulit sekali menemukan di mana burung ini bersarang dan bertelur. Penelitian dan pencarian yang berulang kali dilakukan, belum mampu menemukannya. Namun, tak sukar mendapati burung ini beraksi di pagi hari, salah satunya di sudut Hutan Aketajawe Lolobata di Halmahera.

Data populasi yang dirilis Taman Nasional Aketajawe Lolobata pada 2015, Seksi Pengelolaan Resort Weda menyebutkan, di Hutan Tayawi dan Bakim ditemukan sekitar 329 individu bidadari halmahera.

Di Resort Buli Halmahera Timur  SPTN-II Maba, kawasan pegunungan Uni-uni, ditemukan 25 individu. Di Resort Binagara  SPTN III Subaim, ada 16 bidadari.

Di Maluku Utara, untuk pengamatan bidadari ada di beberapa kawasan. Selain di Tayawi, ada juga Gunung Tanah Putih, Halmahera Barat, Binagara Halmahera Timur, dan Resort Buli di Gunung Uni-uni.

Bidadari halmahera merupakan jenis dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.

 

 

Exit mobile version