Mongabay.co.id

Waspada, Siklon Tropis Masih Mengancam Wilayah-wilayah di Indonesia

Kerusakan rumah dampak siklon Seroja di NTT. Foto: BNPB

 

 

 

 

Siklon tropis yang melanda Indonesia, intensitas terus meningkat sejak 2010. Pada 4 April, siklon tropis Seroja menghantam Nusa Tenggara Timur dan perairan sekitar. Dampaknya, banjir bandang, angin topan, dan longsor melanda di 10 kabupaten dan satu kota. Peringatan dini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyebutkan, siklon tropis masih mengancam wilayah-wilayah di Indonesia. Warga diminta terhadap badai ini.

Pada (13/4/21), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan dini ada bibit siklon tropis 94W yang akan mengakibatkan cuaca ekstrem di sejumlah wilayah dalam beberapa hari ke depan hingga 19 April 2021. Wilayah-wilayah itu seperti di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku Utara dan Papua.

 

Bukti krisis iklim

Sebelum itu, Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG mengatakan, kemunculan siklon tropis Seroja yang mengakibatkan bencana di Nusa Tenggara Timur menjadi bukti perubahan iklim global itu nyata.

“Perubahan iklim global itu nyata, ditandai makin meningkatnya suhu baik di udara maupun di muka air laut,” katanya, dalam konferensi pers virtual.

Sejak 10 tahun terakhir, siklon tropis makin sering terjadi. Padahal, katanya, fenomena ini jarang terjadi di wilayah tropis seperti Indonesia. Kondisi ini, katanya, akibat pemanasan global hingga terjadi aliran angin bersifat siklonik sangat jarang di Indonesia dalam 5-10 tahun terakhir.

“Ini menunjukkan memang dampak perubahan iklim global harus benar-benar segera kita antisipasi,” katanya.

Senada dengan Doni Monardo, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Dia menegaskan, siklon tropis seroja ini bukti pemanasan global terjadi.

“Ini nyata terjadi, bukan omong kosong,” katanya.

 

Baca juga: Pasca Banjir Bandang di NTT, Saatnya Menanam Pohon

 

Sebelumnya, BMKG telah mendeteksi bibit badai di Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur pada 2 April 2021.   Badai Seropa yang melanda daratan NTT berkecepatan sekitar 110 km/jam, dari kecepatan awal saat terbentuk mencapai 85km/jam.

Siklon Seroja menyebabkan angin, banjir bandang, tanah longsor dan gelombang pasang di NTT. Dampaknya, 181 orang meninggal dunia, 47 orang hilang dan 250 orang mengalami luka-luka. Korban meninggal paling banyak di Flores Timur (72 orang), Lembata (42 orang) dan Alor (28 orang), diikuti Kupang, Malaka, Kota Kupang, Rote Ndao, Ende, dan Sikka.

Dampak dari bencana ini ada 49.512 jiwa mengungsi, kerusakan rumah 67.013 dan 4.351 fasilitas umum dan fasilitas sosial terdampak, mulai dari rusak berat, sedang hingga ringan.

Victor Bungtilu Laiskodat, Gurbernur NTT menetapkan status tanggap darurat bencana sejak 6 April-5 Mei 2021 melalui surat keputusan Nomor 118/KEP/HK/2021.

Raditya Jati, Kepala Pusat data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB mengatakan, banjir bandang dampak siklon tropis seroja ini terparah dalam 10 tahun terakhir.

Sebelumnya, banjir yang menyebabkan korban jiwa dan infrastruktur maupun rumah rusak, pada 3 November 2010. Bencana ini mengakbatkan 31 orang meninggal dunia, tujuh hilang, 27 luka-luka dan 159 rumah rusak. Kemudian pada 11 April 2011, sekitar 3.277 rumah terdampak banjir dan 14 fasilitas umum rusak.

Siklon tropis merupakan badai dengan kecepatan angin di atas 63 km/jam dan radius rata-rata 150-200 km. Karakteristik ini menimbulkan cuaca ekstrem hingga bencana hidrometeorologi. La-Nina membuat potensi kejadian siklon tropis menjadi makin rentan dan panjang dibandingkan masa-masa normal. Siklon tropis ini terbentuk di atas lautan luas yang memiliki suhu permukaan air lebih dari 26,5 derajat Celcius. Kekuatannya, berkisar antara 3-18 hari, makin lama makin melemah hingga punah ketika bergerak menuju perairan dengan suhu dingin atau daratan.

Dari data BMKG, siklon tropis terjadi rutin sejak 2017. Nama siklon tropis ini ditetapkan BMKG dengan nama bunga dan buah-buahan. Pada 2008, terjadi siklon tropis Durga selama empat hari di perairan bara daya Bengkulu. Kemudian 2010, ada siklon tropis Anggrek dengan kecepatan 110 km/jam dan tahun 2014 terjadi siklon tropis Bakung dengan kecepatan 75 km/jam.

“Pada 2017, dalam satu pekan bisa terjadi dua kali siklon tropis, siklon tropis Cempaka pada 26-29 November dan Dahlia pada 27 November-2 Desember,” kata Dwikorita.

Padahal, katanya, wilayah geografis Indonesia di garis khatulistiwa, seharusnya tidak menjadi perlintasan siklon tropis. Meski badai seringkali terjadi di perairan sekitar Indonesia, baik di utara atau selatan khatulistiwa.

 

Siklon tropis masih mengancam wilayah-wilayah di Indonesia. Waspada! Foto: BNPB

 

 

Waspada

Kembali BMKG mengingatkan masyarakat di sejumlah wilayah Indonesia, waspada siklon tropis Surigae yang dapat berkembang menjadi badai topan.

Siklon tropis ini adalah hasil perkembangan bibit siklon tropis 94W yang mulai tumbuh di Samudera Pasifik sebelah utara Papua. “Dalam perhitungan kami, potensi tumbuh menjadi siklon tropis dalam beberapa hari ke depan sangat tinggi,” kata Dwikorita.

Penamaan siklon tropis Surigae dilakukan oleh Japan Meteorogical Agency (JMA), termasuk analisis dan pergerakannya. Siklon ini bergerak ke arah barat laut mendekati Filipina. Peningkatan kecepatan angin rata-rata di wilayah utara Sulawesi dan sekitar berkisar 8-20 knot.

Potensi terjadi angin kencang, hujan lebat, dan dampak lanjutan seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor.

Berdasarkan citra satelit Himawari-8, bibit siklon tropis 94W memiliki kecepatan angin maksimum mencapai 56km/jam atau 30 knot dengan tekanan di pusatnya mencapai 1006 mb.

BMKG menghimbau, masyarakat tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dan lain-lain). Warga juga mesti mengantisipasi bencana susulan yang bisa terjadi seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin dalam satu minggu ke depan.

“Kami mohon tidak menganggap sepele ada bibit siklon ini,” katanya.

Ada 30 wilayah yang mendapatkan pesan peringatan dini dari BMKG dan BNPB, yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, dan Lampung. Juga, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.

Peringatan diberikan buat Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

Ada pula wilayah dengan level waspada untuk potensi banjir bandang pada dua hari ke depan, yakni Sulawesi Utara dan Maluku Utara.

Gelombang tinggi sekitar 1,25-2,5 meter berpeluang terjadi di laut Sulawesi bagian tengah dan timur, perairan utara Kepulauan Sangihe hingga Kepulauan Talaud, laut Maluku, perairan utara dan timur Halmahera, laut Halmahera, Samudera Pasifik utara Halmahera.

Sementara, gelombang tinggi 2,5-4,0 meter berpotensi terjadi di perairan Raja Ampat-Sorong, perairan Manokwari, perairan Biak, Teluk Cendrawasih, Perairan Jayapura-Sarmi, Samudera Pasifik utara Papua Barat. Adapun gelombang setinggi 4,0-6,0 meter berpeluang terjadi di Samudera Pasifik utara Papua.

 

 

Khusus bagi pengguna transportasi laut dan para nelayan untuk meningkatkan kewaspadaan dalam melakukan aktivitas pelayaran karena ancaman gelombang tinggi akibat siklon mencapai 4-6 meter.

Dalam rilis, BNPB merekomendasikan beberapa langkah kesiapsiagaan terhadap peringatan dini ini dari BMKG. BNPB berharap, pemerintah provinsi menginstruksikan beberapa upaya, pertama, meningkatkan koordinasi dengan BMKG di wilayah terkait dengan perkembangan potensi bibit siklon tropis.

Lilik Kurniawan, Deputi Bidang Pencegahan BNPB mengatakan,  informasi peringatan dini BMKG dapat digunakan mempercepat penyebarluasan informasi peringatan dini bencana dan menyusun rencana tindak lanjut dan pengambilan keputusan.

Kedua, pemerintah daerah meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem seperti puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, dan hujan es dan dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang maupun jalan licin.

Ketiga, kata Lilik, koordinasi antar dinas terkait dan aparatur untuk kesiapsiagaan sesuai tugas pokok dan fungsi serta kewenangan masing-maisng. Upaya ini, katanya, untuk mencegah dampak yang mungkin timbul.

Koordinasi ini, kata Lilik, menyasar pada komunikasi risiko kepada masyarakat mengenai potensi bahaya untuk menjauh dari lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon tumbang atau tepi pantai, khususnya warga yang bermukim di wilayah risiko tinggi.

Koordinasi juga untuk menyiapkan dan mengelola seluruh sumber daya manusia, logistik, peralatan, penyiapan sarana dan prasarana untuk penanganan keadaan darurat serta penyiapan fasilitas layanan kesehatan sesuai dengan protokol kesehatan COVID-19.

Lilik meminta pemerintah daerah selalu siap siaga mengevakuasi warga masyarakat yang tinggal di daerah risiko bencana tinggi, seperti lembah sungai, barah lereng rawan maupun tepi pantai.

Dia sarankan, pemerintah daerah mengaktifkan tim siaga bencana untuk memantau lingkungan sekitar akan gejala awal banjir bandang, longsor, angin kencang atau pun gelombang tinggi.

Perlu juga, kata Lilik, pemantauan ruang udara dan kondisi bandar udara secara terus menerus berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan Airnav untuk menerbitkan informasi peringatan, berupa Sigmet dan Aerodrome Warning.

Lilik juga meminta, daerah mengaktifkan pusat pengendalian operasi (pusdalops) daerah yang terkoneksi dengan pusat-pusat data, informasi dan komunikasi kelembagaan terkait di pusat dan provinsi, kabupaten dan kota.

Bahkan, katanya, pemerintah daerah dapat menetapkan status darurat bencana untuk pembentukan pos komando serta aktivasi rencana kontinjensi menjadi rencana operasi.

 

 

Jalur banjir bandang di Desa Nelelamadike Kecamatan Ile Boleng, Kabupaten Flores Timur, NTT. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

****

Foto utama:  Kerusakan rumah dampak siklon Seroja di NTT. Foto: BNPB

Exit mobile version