Mongabay.co.id

Mitigasi Berbasis Vegetasi untuk Redam Tsunami

 

Di tahun 2006, gempa bumi dengan magnitudo 7,7 yang berpusat di Pangandaran, Jawa Barat (Jabar) yang diikuti tsunami berdampak hingga ke Cilacap, Jawa Tengah (Jateng). Tercatat, ada 165 korban tewas akibat bencana tsunami yang menerjang wilayah pesisir timur kabupaten terluas di Jateng tersebut. Berdasarkan catatan peneliti, ketinggian tsunami yang menghantam Pulau Nusakambangan, Cilacap mencapai 18,6 meter, sedangkan di Desa Bunton, Kecamatan Adipala setinggi 4,5 meter.

Ketika terjadi tsunami di Cilacap tahun 2006, Abdul Muhari yang kini menjadi Direktur Pemetaan dan Evakuasi Risiko Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan penelitian di sepanjang pesisir pantai Cilacap. “Saya masuk ke Cilacap dan meneliti di selatan Pulau Nusakambangan beberapa hari setelah terjadinya tsunami. Jejak air tsunami ditemukan hingga ketinggian 18,6 meter. Sedangkan di Pantai Cemara Sewu, Desa Bunton, Kecamatan Adipala, ketinggiannya 4,5 meter,”ungkap Muhari saat mengikuti kegiatan penanaman pohon dalam rangka mitigasi berbasis vegetasi yang berlangsung di Pantai Cemara Sewu pada Rabu (28/4/2021).

Muhari mengatakan jejak tsunami di Cilacap yang menewaskan 165 warga tersebut memcapai 3-5 meter. Bahkan, berdasarkan catatan sejarah tsunami di Cilacap tidak hanya terjadi pada tahun 2006, melainkan juga pada 1921 silam. Dengan begitu, maka mitigasi bencana khususnya tsunami harus dilakukan. Keberadaan vegetasi di sepanjang pesisir pantai perlu terus diadakan sebagai benteng alam. Sebagai contoh di Jepang. Mereka mulai melakukan penanaman vegetasi sejak tahun 1611 sebagai penahan atau benteng alam. “Di Jepang itu, selain mitigasi secara struktural juga menanam vegetasi mulai tahun 1611. Dan, berdasarkan catatan sejarah mampu menjadi salah satu penahan 13 kejadian tsunami sejak 1611 hingga 2011 atau 400 tahun,”kata Muhari.

Kepala BNPB Doni Monardo dalam kesempatan itu juga menambahkan bahwa dengan kesejarahan mencatata bahwa Cilacap pernah dilanda tsunami pada tahun 1921. Kemudian terjadi lagi pada 2006 dengan sumber gempa di Pangandaran.

“Warga di Cilacap banyak yang terselamatkan karena ada Pulau Nusakambangan yang merupakan benteng di selatan. Walaupun korbannya juga tidak sedikit, tetapi tsunami yang datangnya dari arah barat dapat ditahan Pulau Nusakambangan. Sebaliknya, kalau saja sumber gempa di wilayah timur, maka kondisi daratan Cilacap terbuka, tidak ada benteng alam. Maka korbannya bisa lebih besar,”ujar Doni.

baca : Ratusan Ribu Warga di Cilacap Bermukim di Daerah Rawan Tsunami, Apa Antisipasinya?

 

2-Penanaman bibit pohoh palaka oleh Kepala BNPB Doni Monardo. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Lalu, bagaimana antisipasinya? Berkaca pada pengalaman negara lain seperti Jepang, ternyata pembangunan seawall yang menelan dana Rp100 triliun di Kota Sendai, Jepang dan selesai dikerjakan pada 2009, ternyata juga luluh lantak diterjang tsunami. Dengan adanya gempa dan tsunami dahsyat, infrastruktur yang sangat kuat buatan manusia dengan biaya besar masih tetap tidak mampu menghadapi kekuatan alam.

“Oleh karena itu, kita membangun sebuah upaya dengan menanam pepohonan. Ada jenis-jenis pohon yang sesuai dengan karakteristik alam. Dengan mitigasi berbasis vegetasi, ini sebetulnya juga upaya membangun peradaban untuk selamat,” kata Doni.

Tak hanya tsunami, bencana abrasi juga hanya dapat ditahan sekitar 30-40 tahun dengan menggunakan bebatuan penahan abrasi. “Contohnya di Sumatera Barat, ketika saya SMP, jarak pantai masih jauh, tetapi sekarang sudah bertemu dengan bibir jalan. Oleh karena itu, mari kita tingkatkan literasi mengenai vegetasi yang dapat dimanfaatkan sebagai penahan bencana. Misalnya saja, cemara udang yang ternyata baik sebagai penahan abrasi, karena sukses menambah wilayah daratan pantainya, gundukan pasir semakin banyak,” jelasnya.

Doni menambahkan bahwa pemilihan vegetasi yang tepat untuk pesisir di antaranya cemara udang, ketapang laut, pule, palaka, dan buton. Berbagai jenis pohon tersebut mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama hingga ratusan tahun dan perakaran kuat.

“Saya pernah menemukan pohon pule di Lantamal Ambon. Pohonnya setinggi 30 meter dengan garis tengah sekitar 3 meter. Saya memperkirakan usia pohon 400-500 tahun. Kemudian ada palaka yang pernah saya lihat di Kota Ambon juga tepatnya di desa atau negeri Pitu Lama. Kelilingnya adalah 30 orang dewasa bergandengan tangan. Saat ini dikembangkan di Pulau Seram,”ujarnya.

baca juga : Pascagempa Dahsyat, Warga Diingatkan Kelestarian Pelindung Alami Tsunami. Apa Itu?

 

Lokasi Pantai Cemara Sewu, Bunton, Cilacap yang mulai ditanami dengan berbagai jenis bibit pohon. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Bibit pohon palaka juga dibawa ke Pantai Cemara Sewu di Cilacap oleh Doni. Ia mengatakan,”Bibit palaka ini saya datangkan dari Pulau Seram melalui perjalanan panjang. Melewati jalan darat, menyeberang selat, lalu pindah ke kapal untuk dibawa ke Jakarta. Saat ini sudah ada di Cilacap. Tolong sampaikan kepada Pak Gubernur Ganjar Pranowo bahwa saya sudah memenuhi janji saya hari ini,” ujar Doni.

Pohon palaka mempunyai usia yang sangat lama, bahkan ratusan tahun dan akarnya sangat kuat. Maka, dengan mengembangkan vegetasi di sepanjang pesisir pantai, artinya juga memberikan perlindungan kepada generasi yang akan datang. Selain itu, Doni juga menyebut pohon laban yang sudah banyak ditebang di beberapa daerah. Padahal pohon ini mampu melindungi kawasan pesisir pantai dari abrasi.

Dalam kesempatan penanaman pohon di Pantai Cemara Sewu, Bunton, ditanam sebanyak 3.313 bibit pohon. Jelas jumlah ini masih kurang banyak, jutaan pohon lagi untuk ditanam di wilayah-wilayah yang rawan terutama tsunami. Misalnya di selatan Jawa, pantai barat Sumatera, sekitar Maluku dan Papua sebagian Sulawesi,”kata dia.

Doni mengatakan bahwa salah satu pohon yang baik sebagai vegetasi pantai dan juga ditanam di Pantai Cemara Sewu adalah butun atau ketapang laut. Jenis ini dikembangkan di Ujung Kulon oleh seseorang bernama Ramli Idris. Ia seorang Timor Leste yang dulu namanya Ildefonso.  “Untuk jenis pohon yang satu ini, saya mendatangkan seorang pejuang lingkungan kelahiran Timor Timur, yang sudah 22 tahun bermukim di Ujungkulon, Provinsi Banten,”ujarnya.

Ramli kemudian menceritakan bagaimana dia mengembangkan butun dan membawanya ke Cilacap untuk ditanam di pesisir Bunton. “Kebetulan saya guru. Maka saya membuka sekolah alam. Selama masa pandemi, bersama murid-murid melakukan pembibitan pohon butun. Butun mungkin ada di daerah lain, tapi butun Ujungkulon kualitasnya super. Saya diperintah membawa bibit butun ke Cilacap. Maka saya bawa 2 ribu lebih bibit butun. Kalau ada yang mati, bilang saja nanti saya ganti. Target kami, tahun ini bisa menyediakan 50 ribu bibit pohon butun,”paparnya.

perlu dibaca : Potensi Tsunami Besar di Laut Selatan Jawa, Widjo: Siapkan Mitigasi (Bagian 1)

 

Ramli Idris yang mengembangkan bibit pohon butun. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Ramli yang peduli dan mencintai alam membentuk KAIPKA (Komunitas Aktivis Insan Peduli Konservasi Alam) tahun 2001. Dengan basis lingkungan pula ia menggalang aktivitas Sekolah Berwawasan Pendidikan Konservasi, Sekolah Siaga Bencana (SSB), dan Sekolah Ramah Anak.

Dari pengalamannya menggeluti aktivitas lingkungan itu pula, Ramli menggarisbawahi pesan Doni Monardo kepada Bupati Cilacap, terkait perawatan bibit pohon usai ditanam. “Kalau boleh usul, Danramil ditunjuk sebagai penanggungjawab program vegetasi ini. Siapa pun Danramil-nya,”ujar Ramli.

Menurut Ramli, perlu waktu tiga tahun untuk merawat pohon butun. “Jika nanti sudah umur tujuh tahun, pohon butun sudah berbuah. Dan itu artinya, bisa menjamin kelangsungan pembibitan butun di sini. Jadi untuk vegetasi di daerah-daerah lain di pesisir Cilacap, tidak perlu lagi didatangkan dari Ujungkulon, tapi cukup dari Pantai Cemara Sewu ini,”katanya.

Bencana, terutama di Indonesia sebagai negeri ring of fire memang menjadi sebuah keniscayaan. Tetapi, proyeksi tepat kapan datangnya belum ada yang tahu. Dari kesejarahan gempa dan tsunami dapat dilihat potensi masa depannya. Maka, yang diperlukan adalah mitigasi. Salah satunya adalah mitigasi berbasis vegetasi.

 

Exit mobile version