Mongabay.co.id

Hutan Lindung Angke Kapuk, Tempat Asik Pengamatan Burung di Jakarta

 

 

Di sisi utara Jakarta, di antara banyaknya bangunan, terdapat sekitar 169 hektar kawasan mangrove yang masih bertahan. Wilayah itu berada di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Luasan itu terdiri dari kawasan Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Hutan Lindung Angke Kapuk, dan Suaka Margasatwa Muara Angke. Tiga habitat tersisa itu menjadi salah satu tempat untuk berlindung bagi satwa liar, di antaranya burung, ikan, herpetofauna, juga mamalia kecil.

Hutan Lindung Angke Kapuk adalah tempat yang masih asik untuk dikunjungi. Saya bersama pengamat sekaligus pemandu burung dari Jakarta Birder, Boas Emmanuel, mengamati langsung satwa liar di habitat tersebut, Selasa [20/4/2021] lalu.

Baca: Cikalang, Burung yang Digambarkan Sebagai Perompak Laut

 

Burung-gereja erasia sedang bertengger. Foto: Fransisca N Tirtaningtyas/Mongabay Indonesia

 

Hutan ini memiliki luas 44,76 hektar, sebuah kawasan konservasi yang dimiliki DKI Jakarta. Berdasarkan penelitian Onrizal dan kolega 2005, ada 15 jenis tanaman mangrove di sini. Sebanyak 8 jenis adalah asli yang tumbuh sendiri, sedangkan 7 jenis merupakan introduksi.

Mangrove itu adalah Avicennia officinalis, Rhizophora apiculate, Rhizophora mucronate, Rhizophora stylosa, Sonneratia caseolaris, Excoecaria agallocha, Xylocarpus moluccensis, Terminalia catappa, Bruguiera gymnorrhiza, Calophyllum inophyllum, Cerbera manghas, Paraserianthes falcataria, Tamarindus indica, Acacia mangium, dan Acacia auriculiformis.

Habitat mangrove tidak hanya berguna untuk burung, tetapi juga menyediakan jasa ekosistem bagi makhluk hidup lain, termasuk manusia. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya mengurangi energi gelombang dan memperlambat arus laut. Vegetasinya dapat memerangkap sedimen, dapat menyimpan banyak makanan untuk burung, ikan, atau herpetofauna.

Baca: Burung Air, Kenapa Harus Disensus?

 

Blekok sawah yang menggunakan batang mangrove sebagai tempat istirahat. Foto: Fransisca N Tirtaningtyas/Mongabay Indonesia

 

Menurut Yus Rusilla Noor, Program Manager Yayasan Lahan Basah Indonesia, habitat mangrove memberikan jasa untuk burung dalam bentuk rantai makanan. Lumpur di ekosistem mangrove menjadi tempat hidup berbagai jenis organisme, seperti cacing, moluska, atau serangga yang memanfaatkan guguran daun. Pada akhirnya, menjadi makanan untuk burung air atau burung pemakan serangga.

“Area mangrove dapat menjadi “restoran” dan “rumah sakit bersalin” bagi burung untuk mencari makan dan berbiak. Akar Rhizopora spp dapat menjadi tempat yang aman saat air pasang naik,” jelasnya.

Baca: Menghitung Burung Pemangsa Migrasi, Bagaimana Caranya?

 

Caladi ulam mencari makan di pohon mati ada di Hutan Lindung Angke Kapuk. Foto: Fransisca N Tirtaningtyas/Mongabay Indonesia

 

Yus menuturkan, komposisi tegakan mangrove yang bervariasi diperlukan untuk burung. Burung dengan sayap panjang akan memerlukan pohon tinggi untuk tinggal dan bersarang, sehingga akan lebih memudahkan mendarat dan lepas landas.

Jenis-jenis seperti kuntul memerlukan tempat bersarang di kanopi yang lebih ke tepi untuk memudahkannya mengetahui hadirnya pemangsa terestrial yang mendekati sarang.

Baca juga: Andai Burung Air Hilang, Apa yang Terjadi pada Lingkungan?

 

Jalur pengamatan burung yang tersedia di Hutan Lindung Angke Kapuk. Foto: Fransisca N Tirtaningtyas/Mongabay Indonesia

 

Habitat burung

Penelitian burung yang dilakukan Tobing dan kawan-kawan tahun 2017 mendapatkan 34 jenis burung yang mendiami Hutan Lindung Angke Kapuk. Menurut Tobing dalam tulisannya, komposisi komunitas burung relatif seragam pada kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk, Suaka Margasatwa Muara Angke, dan Ekowisata Mangrove Tol Sedyatmo karena tiga kawasan ini masih berdekatan.

“Jenis burung pemakan piscivora-insektivora adalah yang tertinggi di Hutan Lindung Angke Kapuk, hingga 42,42%. Artinya kawasan ini memiliki potensi ikan atau serangga sebagai makanan utama burung, karena lokasinya di pesisir sekaligus sebagai muara sungai,” terangnya.

 

Kokokan laut [belakang] tengah memperhatikan mangsa buruannya. Foto: Fransisca N Tirtaningtyas/Mongabay Indonesia

 

Hasil pengamatan yang dilakukan Boas Emmanuel hari itu, kurang dari 3 jam pengamatanan menunjukkan, ada 28 jenis burungair dan burung hutan terpantau. Di lokasi ini terlihat juga biawak, jenis ikan seperti gabus dan mujair, hingga mamalia kecil seperti tupai.

Menurut Boas, Hutan Lindung Angke Kapuk menjadi salah satu favorit pengamat burung dari Indonesia atau luar negeri yang ingin mengamati burung dalam waktu yang singkat.

“Jenisnya cukup banyak dan sangat mudah diamati,” terangnya.

 

Jaring-jaring makanan dan pemanfaatan mangrove di Indonesia. Sumber: Noor dkk 1999

 

Boas menambahkan, perbaikan jalur dan penambahan papan informasi tentang satwa liar dapat meningkatkan ekowisata berbasis burung. Tidak saja berguna untuk pengamat burung, tapi juga masyarakat sekitar.

Jenis-jenis burung liar yang teramati di Hutan Lindung Angke Kapuk di antaranya adalah jenis itik benjut [Anas gibberifrons], tekukur biasa [Spilopelia chinensis], walet linci [Collocalia linchi], kareo padi [Amaurornis phoenicurus], bambangan kuning [Ixobrychus sinensis], cangak abu [Ardea cinerea], blekok sawah [Ardeola speciosa], kokokan laut [Butorides striata], dan raja-udang erasia [Alcedo atthis].

 

Peta kawasan mangrove di Hutan Lindung Angke Kapuk. Sumber: Google Earth

 

Yus menambahkan, data mengenai keragaman jenis dan tren populasi burung yang memanfaatkan mangrove, termasuk relungnya, akan sangat bermanfaat. Ini berguna untuk menganalisa keterhubungan kondisi suatu ekosistem mangrove dan jasa lingkungan yang diberikan.

“Data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan tipe pengelolaan yang spesifik pada kondisi ekosistem mangrove tertentu. Pada akhirnya, tipe pengelolaan yang sesuai akan memberikan lebih banyak jaminan untuk keberlangsungan hidup mangrove, sekaligus mempertahankan keberlanjutan jasa ekosistemnya,” jelasnya.

 

Referensi:

Onrizal, Rugayah, Suhardjono. 2005. Flora mangrove berhabitus pohon di Hutan Lindung Angke-Kapuk. Biodiversitas (6): 34-39

Tobing, ISL., Setia, TM., Fahira, J. 2017. Komposis komunitas dan keanekaragaman spesies burung pada tiga kawasan mangrove daerah pesisir Jakarta. Prosiding Seminar Nasional, 19 Desember 2016

Noor, YR., Khazali, M., Suryadiputra, INN. 1999. Panduan pengenalam mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor

 

 

Exit mobile version