Mongabay.co.id

Suku Lom dan Legenda Akek Antak yang Menjaga Perairan Tuing Ratusan Tahun

 

 

Suku Lom, suku tertua di Pulau Bangka, juga terkait dengan legenda Akek Antak yang cukup terkenal di Pulau Bangka. Legenda tersebut membuat masyarakat adat ini menjaga laut dan geosite metamorf di pesisir Tuing selama ratusan tahun.

Perjalanan menuju situs Akek Antak di pesisir Dusun Tuing, membutuhkan waktu empat jam dari permukiman warga. Akek Antak merupakan legenda terkenal di Pulau Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, yang diyakini kebenaran sosoknya oleh Suku Lom. Di situs ini, disebutkan ada empat batu terkait Akek Antak, yakni telapak kaki, batu sabak [ular piton], batu pare [pemanggangan], dan batu gendang.

Setelah mendaki bukit setinggi 150 meter, Mongabay Indonesia sampai di pesisir Tuing berupa hamparan batu beragam bentuk di sepanjang pantai berpasir putih. Pantai ini menghadap Laut China Selatan atau Laut Natuna. Perjalanan dilanjutkan menyusuri pantai hingga dua kilometer.

“Jika terus berjalan kita sampai ke pesisir Dusun Pejem,” kata Siput [16], remaja Dusun Tuing, yang mendampingi Mongabay Indonesia.

Dusun Pejem, dusun lain yang sebagian besar warganya merupakan keturunan Suku Lom.

Baca: Perairan Tuing yang Dijaga Suku Lom, Kini Terancam Tambang Timah

 

Jenis metamorf di geosite di pesisir [lanskap Tengkalat]. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Tujuan utama kami adalah mencari telapak kaki Akek Antak yang berada di pesisir. Menurut warga, tidak semua orang dapat melihat, sebab sering ditutupi pasir dan air laut.

Kami hanya menemukan batu gendang dan batu sabak.

“Terkadang, dicari tidak ditemukan, tidak dicari malah ketemu. Bahkan ukurannya mengikuti telapak kaki orang yang menemukannya,” kata Sukardi [51], tokoh masyarakat Dusun Tuing, Rabu [26/5/2021].

Diceritakan Sukardi, situs batu Akek Antak sangat erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat Suku Lom, yang dipercayai mempunyai nilai mistis. “Sehingga masyarakat tidak berani merusak batuan di sana apalagi mengambilnya,” katanya.

Baca: Geopark, Jejak Manusia Purba, dan Legenda Akek Antak di Bangka

 

Siput [16], remaja Dusun Tuing, tengah mencari situs Akek Antak di Pesisisr Tuing. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Selain situs batu Akek Antak, di Dusun Tuing juga terdapat sebuah pulau yang dinilai suci atau angker. Yakni Pulau Punggur.

“Beberapa waktu lalu ada yang mencoba membuka tempat wisata di pulau tersebut, tapi ditutup kembali. Warga, termasuk jajaran pemerintahan desa, pasti menolak, sebab pulau itu sangat disegani,” kata Sukardi.

Baca: Tinggalan Purba dan Legenda Si Pahit Lidah yang Jaga Kawasan Kerinci Seblat

 

Legenda Akek Antak menjaga geosite metamorf, yang membentang dari Pesisir Dusun Pejem hingga Dusun Tuing. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Geosite Metamorf Tengkalat

Ardianeka, geologis, menyebutkan situs batu Akek Antak masuk dalam lanskap geopark metamorf Tengkalat, Dusun Pejem, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung.

“Meskipun di wilayah Dusun Tuing, tapi secara lanskap masuk geopark metamorf Tengkalat. Bentangannya seluas 9.000 hektar, dari pesisir Dusun Pejem hingga Dusun Tuing,” katanya kepada Mongabay Indonesia, Kamis [27/5/2021].

“Usia metamorf di lokasi tersebut sekitar 290 juta tahun,” katanya.

Batuan metamorf atau batuan malihan adalah kelompok utama batuan yang merupakan hasil ubahan atau transformasi dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya [protolith], yang mengalami perubahan bentuk [metamorfisme]. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf yang lebih tua usianya.

Jenis metamorf di geosite Tengkalat ini, berdasarkan penelitian Ardianeka, antara lain sekis, filit, dan meta sedimen batu pasir, serta meta sedimen batu pasir dengan urat kuarsit.

“Kita sangat bersyukur dan berterima kasih dengan Suku Lom, khususnya keberadaan legenda Akek Antak. Sebab jika bukan mereka, bukan tidak mungkin kekayaan alam tersebut sudah lama hancur atau rusak,” ujarnya.

Geopark Pulau Bangka, kata Ardianeka, terdapat tiga jenis bantuan yakni batuan beku [beku dalam dan beku luar], batuan sedimen, dan batuan metamorf.

Geosite di utara Pulau Bangka cukup banyak, baik yang masuk Kabupaten Bangka maupun Kabupaten Bangka Barat. Misalnya geosite Jerangkat, geosite Pelangas, geosite Menumbing, geosite Tengkalat, dan geosite Tempilang.

“Semua taman batuan itu telah membangun kebudayaan bagi masyarakat yang menetap di sekitarnya. Sebab, ada flora dan fauna yang tumbuh atau hidup di sekitarnya, sehingga ada komunitas manusia memanfaatkan untuk membangun budayanya, baik terkait pangan, obat-obatan, hingga kepercayaan, seperti halnya Suku Lom,” jelasnya.

 

Masyarakat Dusun Tuing mendapatkan berkah ikan melimpah karena laut yang mereka jaga. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Generasi Muda Suku Lom

Secara umum generasi muda di Dusun Tuing sangat memahami legenda Akek Antak atau keberadaan wilayah sakral lainnya. “Tapi, kemajuan teknologi informasi dan perkembangan zaman dari luar dusun yang membuat kami para orangtua di sini khawatir,” kata Sukardi.

Misal, pentingnya menjaga lingkungan, baik hutan maupun laut, dan juga menjaga etika. Jadi, diharapkan ada kelompok kreatif pemuda Dusun Tuing. “Bisa seni, lingkungan, atau apa pun yang bernilai positif yang masih beranjak dari nilai-nilai luhur adat kami sebagai keturunan Suku Lom,” ujarnya.

Siput, generasi muda Dusun Tuing yang sempat putus sekolah, mengatakan pendapatnya. Untuk timah, kami setuju kalau tidak ada penambangan, baik di darat maupun laut di Dusun Tuing, meskipun di antara kami ada yang bekerja di tambang timah di luar dusun.

“Saya juga khawatir, di masa depan tidak ada lagi yang mengajarkan betapa pentingnya menjaga budaya kami yang sejak dulu menolak timah,” jelasnya.

 

 

Exit mobile version