Mongabay.co.id

Hutan Mangrove Mageloo, Perjuangan Peraih Kalpataru Menghutankan Pesisir Pantai

 

Hutan bakau Mageloo, Ndete, Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, NTT ini selalu jadi pilihan warga bertamasya di hari libur.

Seperti pada Minggu (6/6/2021), sejumlah orang menikmati pesisir pantai berpasir putih setelah berjalan sekitar 500 meter di atas jembatan bambu yang membentang di tengah rimbunan pohon bakau Mageloo.

Keindahan tempat wisata ini membuat Maumere Jazz Festival digelar di pantainya. Tercatat artis jazz papan atas tanah air tampil memikat puluhan ribu orang yang datang menyaksikan pentas musik gratis ini.

“Sejak pandemi COVID-19 melanda, tempat wisata ini sepi pengunjung,” kata Anselina Nona pemilik hutan bakau Mageloo saat berbincang bersama Mongabay Indonesia di pondok sederhananya, Minggu (30/5/2021).

Anselina hanya mengutip biaya Rp5 ribu per orang, bahkan menggratiskan kepada yang tidak mampu. Sebelum pandemi, dia bisa mendapat pemasukan hingga Rp500 ribu sehari saat hari libur. Sejak pandemi pendapatannya menurun hingga setengahnya.

Pendapatan itu disisihkan Rp2 juta penggantian bambu jembatan yang sudah lapuk setiap 6 bulan sekali.

baca : Vinsensius Tularkan Semangat Menanam Bakau di Desa Nobo

 

Wisatawan lokal yang mengunjungi hutan bakau Mageloo, Ndete, Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, NTT. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

  

Menjaga Warisan

Dua tahun sudah, tepatnya pada 6 Maret 2019, Viktor Emanuel Raiyon atau Baba Akong, pencinta bakau yang menghutankan Mageloo meninggalkan warisan ekosistem mangrove.

Almarhum pernah mengatakan kita tidak boleh lari dari alam, dan harus dekat dengan alam dengan mengubah itu cara kita memperlakukan alam.

Beliau memang layak dikenang. Pada tahun 2008, ia meraih penghargaan Kalpataru Kategori Perintis Lingkungan dari Menteri Lingkungan Hidup, Rachmat Witoelar.

Pada 2009, ia juga mendapatkan penghargaan Kalpataru Kategori Perintis Lingkungan dari Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara.

Upayanya menghutankan bakau Mageloo juga meraih Juara I Film Dokumenter Metro TV Program Presiden “Hijaulah Indonesiaku” berjudul “Prahara Tsunami Bertabur Bakau”.

“Saya bangga dengan ajak bapak menanam bakau. Kami berdua bisa makan bersama presiden di Istana Negara. Ini sebuah kebanggaan bagi kami sebagai masyarakat kecil ini,” ucap Anselina, isteri almarhum.

baca juga : Samsul dan Samsir, Para Penjaga Hutan Mangrove Langkat Malah Terjerat Hukum

 

Wisatawan lokal yang mengunjungi hutan bakau Mageloo, Ndete, Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, NTT. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Bila ada desa atau dari pemerintah dan lembaga swasta, Anselina bisa membangun pondok agar masyarakat bisa berjualan di lokasi ini.

Ia katakan ada pastor yang memelihara ikan bandeng di danau yang berada di tengah hutan bakau. Makanya,sekeliling danau dipagari dengan bambu.

“Saya ada sertifikat di kawasan hutan mangrove ini. Kalau dijadikan aset desa saya tidak mengizinkan. Jalan masuk dari jalan negara menuju hutan mangrove juga telah saya beli,” ucapnya.

Anselina tegaskan tetap menjaga warisan yang ditinggalkan almarhum suaminya. Kecintaannya akan bakau tumbuh berkat sang suami akan ia wariskan kepada tiga anak dan cucunya.

Dia rutin menanam bakau setiap tahunnya di lokasi yang hanya berjarak beberapa puluh meter dari rumahnya tersebut. Terdata 9 juta pohon bakau di hutan mangrove Mageloo seluas sekitar 35 ha ini.

“Saya dan anak-anak saya tetap semangat melanjutkan karya  suami saya. Kami akan terus menanam dan menanam sebab hutan bakau ini menyelamatkan manusia dan alam dari bahaya abrasi,” ucapnya.

menarik dibaca : Para Perempuan Pencari Kepiting dari Hutan Mangrove Merauke

 

Bakau yang ditanam Kelompok Tani Pantai Lestari dalam program padat karya dari KLHK di areal hutan mangrove di Mageloo, Ndete, Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, NTT. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Ramai Dikunjungi

Sebelum pandemi, banyak wisatawan asing juga menyambangi lokasi ini. Beberapa menteri dan Dirut bank pemerintah juga pernah datang mengunjungi hutan bakau saat acara festival musik jazz.

Acara yang digelar Minggu (16/10/2020) di tengah hutan bakau ini menghadirkan artis jazz papan atas nasional. Kepala Bappenas, Ketua Komisi IX DPR RI serta Gubernur NTT pun melakukan penanaman bakau di tempat ini.

Bahkan  Kepala BNPB Doni Monardo di sela-sela kunjungan ke lokasi bencana di Adonara, Flores Timur dan Lembata pun menyempatkan diri mampir ke hutan bakau ini.

Doni ikut menanam bakau dan meminta kepada Anselina untuk merawatnya hingga tumbuh besar. Dirinya berjanji akan datang lagi ke hutan bakau ini.

Anselina mengaku mau menata tempat wisata ini menjadi lebih baik namun terkendala dana.

Rimbunnya bakau membuat lebah pun bersarang di pohon-pohon bakau. Kerang dan ikan melimpah di kawasan ini.

Anak almarhum Baba Akong, Alfonso Doni Raiyon mengaku melarang nelayan melepas pukat di sekitar hutan bakau agar ikan-ikan kecil dan yang sedang bertelur tidak terkena jaring.

Doni mengaku banyak monyet termasuk monyet ekor panjang juga berada di hutan bakau ini. Ia sebutkan,apabila setiap hari diberi makan makan monyetnya akan berkerumun di jalan di dekat hutan bakau sebelah utara rumahnya.

“Potensinya besar apabila ditata dengan baik namun kami tidak memiliki dana. Apalagi saat pandemi Corona ini kunjungan wisatawan lokal juga menurun,” ungkapnya.

Doni mengaku, tidak memungut biaya apabila pengunjung yang datang tidak memiliki uang. Pengunjung pun diminta agar tidak membuang sampah plastik di areal hutan bakau termasuk di pesisir pantai berpasir putih.

baca juga : Gurihnya Kerupuk Jeruju dari Hutan Mangrove Lubuk Kertang

 

Danau yang dipergunakan untuk memelihara ikan bandeng yang berada di tengah areal hutan bakau di Mageloo, Ndete, Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, NTT. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Berbagai Jenis

Semenjak 1992, satu demi satu pohon bakau ditanam almarhum Baba Akong bersama istri.

Selama 28 tahun menanam bakau dan menghutankan beberapa wilayah di Indonesia membuat Baba Akong menamai sendiri 15 jenis bakau dalam bahasa Indonesia. Bahkan ia paham benar manfaat dari setiap jenisnya.

Ada empat jenis bakau Akar Tongkat serta Bunga Warna Merah Muda. Ada juga dua jenis bakau Akar Papan yakni kulitnya warna hitam dan warna cokelat.

Selain itu ada bakau Akar Nafas, Akar Lutut, Kacang Hijau,Santigi, Gaharu, Buah Jeruk, Biji Lamtoro, Pandan Laut dan bakau Waru Laut.

Anselina mengaku pihaknya pun bersama kelompok Pantai Lestari mendapatkan program penanaman bakau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2020 lalu. Kepala UPT KPH Sikka dan staf juga turun langsung ikut menanam bakau.

Doni sang anak menimpali, sekarang tidak ada sistem proyek saat menanam bakau. Uangnya langsung ditransfer ke kelompok dan staf KLHK datang cek di lokasi selain foto terkait kondisi bakau yang ditanam.

Dulu, jelasnya, banyak proyek pemerintah berdana besar terkait penanaman bakau, namun kebanyakan gagal dan bakau yang ditanam mati.

“Sejak 2 tahun lalu bakau terserang hama ulat berwarna merah berukuran kecil. Kami punya 10 ribu anakan habis terserang hama. Meskipun bakau tumbuh besar tetapi batangnya keropos,” ujarnya. Meski begitu, mereka tidak putus asa dan terus menanam bakau di dalam polybag.

baca juga : Kala Hutan Mangrove jadi Penyelamat Lingkungan dan Ekonomi Warga Paremas

 

Kepala BPNB, Doni Monardo berjalan di hutan mangrove warisan Baba Akong di Mageloo, Ndete, Desa Reroroja, Kabupaten Sikka, NTT awal April 2021. Foto: Apri/BNPB

 

Kepala Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelola Hutan (UPT KPH) Kabupaten Sikka, Benediktus Herry Siswadi mengatakan KLHK meluncurkan program padat karya penanaman bakau bagi masyarakat yang terdampak COVID-19.

Herry sapaannya menjelaskan, Kabupaten Sikka mendapatkan jatah penanaman 30 ribu propagul dan bibit bakau pada lahan 20 ha. Untuk Desa Reroroja Kecamatan Magepanda seluas 10 ha dengan 10 ribu anakan oleh kelompok tani Pantai Lestari beranggotakan 10 orang.

Untuk Desa Kolisia, Kecamatan Magepanda seluas 5 ha dengan jumlah anakan 5 ribu yang dilakukan kelompok tani Cinta Alam beranggotakan 15 orang. Sedangkan di Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok dilaksanakan oleh kelompok tani Poma Laut sebanyak 15 orang dengan luas lahan 5 ha.

“Kelompok di Desa Reroroja merupakan kelompok aktif dan terus bersemangat menanam bakau meskipun tidak ada dana dari pemerintah. Tanaman bakau yang rusak akibat banjir pun mereka ganti dengan yang baru lagi,” tambahnya.

 

Exit mobile version