Mongabay.co.id

Kebumen Ternyata Peduli Lingkungan Pesisir, Ini Buktinya

 

Sebagai wilayah pesisir yang memiliki panjang pantai hingga 57,5 kilometer, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, jelas menyimpan keanekaragaman hayati melimpah. Mulai dari mangrove hingga tukik. Dan sampai sekarang, di beberapa titik pantai di Kebumen masih menjadi lokasi pendaratan penyu yang umumnya adalah penyu lekang (Lepidochelys olivacea). 

Keberadaan penyu yang ada di Kebumen bukan tanpa ancaman. Bahkan, mulai dari telur penyu sudah banyak ancaman, salah satunya adalah dicuri orang untuk diperjualbelikan. Untungnya ada masyarakat yang membentuk kelompok penyelamat penyu. Namanya Kelompok Pelestari Alam Jogosimo yang diketuai oleh Ahmad Munajat.

Jogosimo menunjuk sebuah kawasan pantai yang bernama Pantai Jogosimo di daerah Muara Kalibuntu di Kecamatan Klirong, Kebumen. Sudah berkali-kali, kelompok tersebut menetaskan telur penyu untuk kemudian dilepasliarkan ke alam kembali. Pada awal Juni lalu, kelompok tersebut memiliki 75 tukik yang siap dilepasliarkan. Kebetulan Bupati Kebumen Arif Sugiyanto ikut serta dalam melepasliarkan tukik tersebut.

baca : Ini Kisah Warga Jogosimo Penyelamat Telur Penyu hingga Menetas Jadi Tukik

 

Bupati Kebumen Arif Sugiyanto (tengah) saat melepasliarkan tukik di Pantai Kalibuntu, Jogosimo, Kebumen, awal Juni 2021. Foto : Pemkab Kebumen

 

Menurut Munajat, tahun 2021, baru pada awal Juni merilis tukik. Bulan-bulan sebelumnya belum ada yang dilepaskan, karena musim bertelur penyu baru beberapa bulan belakangan. “Meski baru dirilis 75 tukik, tetapi sebetulnya kami masih memiliki ribuan telur yang berhasil kami evakuasi ke tempat yang lebih aman agar menetas. Secara total, telur yang berhasil diselamatkan dan dibawa ke lokasi penetasan sebanyak 2.300 butir,” jelasnya.

Saat sekarang, kata Munajat, masih menunggu penetasan. Dari telur sampai menetas, membutuhkan waktu antara 40-70 hari. “Proses penetasan dimulai pada akhir Mei lalu dan diperkirakan sampai November mendatang. Biasanya, prosentase telur yang menetas menjadi tukik berkisar antara 60% hingga 80%. Sehingga, nantinya minimal hingga November mendatang minimal ada 1.000 lebih tukik. Setelah dibawa ke kolam dan menunggu beberapa minggu, nantinya akan dilepasliarkan,” katanya.

Bupati Kebumen Arif Sugiyanto mengaku menaruh perhatian terhadap keberadaan wilayah konservasi di Pantai Kalibuntu, Jogosimo. Wilayah konservasi penyu ini menjadi salah satu perhatian Bupati untuk terus dilestarikan dan dijaga keberlangsungannya untuk keseimbangan alam.

“Kelestarian alam bukan hanya kita nikmati saat sekarang, namun untuk anak cucu kita ke depan. Lingkungan dan alam ini harus kita jaga. Apalagi lingkungan yang masuk wilayah konservasi. Jangan sampai anak cucu kita sudah tidak bisa lagi melihat keindahan penyu di Kebumen,”ungkap Arif.

Arif mengatakan, wilayah konservasi ini nantinya akan dipadukan dengan konsep shrimp estate atau lumbung udang dalam pembangunan kawasan industri. Bahkan Kalibuntu, juga akan dijadikan wisata bahari berkelas internasional. “Kalibuntu ini akan berubah namanya menjadi Kali Ratu. Selain sebagai kawasan konservasi, wilayah ini juga akan menjadi wisata bahari,” katanya.

baca juga : Potensi Kelautan Bagus, KKP dan Pemkab Kebumen Gagas Shrimp Estate 

 

Bupati Kebumen Arif Sugiyanto (tengah) saat melepasliarkan tukik hasil penetasan Kelompok Pelestari Alam Jogosimo di Pantai Kalibuntu, Jogosimo, Kebumen, awal Juni 2021. Foto : Pemkab Kebumen

 

Desa Mandiri Konservasi

Kepedulian Pemkab Kebumen terhadap lingkungan terutama di pesisir tidak hanya itu. Pada 5 Juni silam, bertepatan dengan hari lingkungan hidup, Pemkab Kebumen juga meluncurkan pembentukan Desa Mandiri Konservasi yang kemudian disebut Yu Darsi atau Ayo Sadar Konservasi. Selain melakukan rilis tukik di Pantai Kalibuntu, Bupati juga melepasliarkan 50 ekor burung di Muara Kali Ijo, Desa Ayah, Kecamatan Ayah, Kebumen. Di lokasi setempat, Pemkab menanam 100 ribu bibit mangrove.

Menurut Bupati, konservasi lingkungan khususnya di bibir pantai Kebumen dibutuhkan untuk mencegah abrasi dan penahan terhadap tsunami. Mangrove dipilih karena relatif lebih murah dan membantu kelestarian lingkungan. “Menahan abrasi, lingkungan terjaga dan murah. Bayangkan kalau harus menggunakan batu penghalang, tentunya harganya cukup mahal dan tidak ada produksi oksigen,” jelasnya.

Tak hanya itu, mangrove juga bisa menjadi daya tarik sendiri bagi para wisata untuk datang ke Kebumen. Artinya mangrove ini punya nilai fungsi yang luar biasa, bukan hanya soal ketahanan lingkungan, tapi juga bisa ekonomi melalui ekowisatanya. “Ke depan, mangrove harus terus dilestarikan dan diperluas. Sehingga wisata hutan mangrove juga kian menarik pengunjung,”ungkapnya.

perlu dibaca : Sukamsi, Pendekar Mangrove dari Kebumen

 

Kegiatan reboisasi mangrove di Desa Mandiri Konservasi di Desa Ayah, Kecamatan Ayah, Kebumen, Jateng, awal Juni 2021. Foto : Pemkab Kebumen

 

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan pada Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Pemkab Kebumen Siti Durohtul Yatimah mengatakan bahwa Desa Mandiri Konservasi berawal dari ditetapkannya Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) lahan basah mangrove pada 2020 lalu. “Kawasan mangrovenya memiliki luasan sekitar 18,5 hektare,” katanya.

Menurut Siti, pengelolaannya dilaksanakan secara kolaboratif. “Yang memiliki inisiatif adalah Desa Ayah, dan tidak mungkin pemerintah melaksanakan sendiri. Sebagai tahapan awal adalah melakukan sosialisasi, pendampingan terkait dengan konservasi, pembentukan kelembagaan dan lainnya. Prinsipnya adalah konservasi harus dilakukan, tetapi kesejahteraan masyarakat juga harus meningkat dengan adanya kelestarian mangrove. Singkatnya lingkungan terjaga, masyarakat sejahtera,”ujarnya.

Jika dulunya, masyarakat ada yang menebang mangrove, kini justru mangrove harus tetap ada. Sebab, salah satu yang dimanfaatkan di antaranya adalah pemanfaatan propagul mangrove untuk bahan kopi.

“Masyarakat di Desa Ayah telah mampu membuat kopi mangrove. Bahannya adalah propagul dari salah satu spesies mangrove yakni Rhizopora sp. Dengan memanfaatkan propagul, secara otomatis masyarakat harus tetap mempertahankan tanaman mangrove, karena yang diambil adalah propagulnya,”ujarnya.

Potensi mangrove lainnya yang dapat dimanfaatkan adalah dari Nipah (Nypa fruticans Wurmb) berupa air niranya menjadi gula. “Jadi ada potensi nira dari nipah yang dapat dikombinasikan dengan kopi mangrove. Sehingga di lokasi setempat dibuat kafe yang menyajikan kopi mangrove dengan gula dari nipah,” kata Siti.

 

Pelatihan kopi mangrove yang diadakan Kelompok Tani Hutan Pantai Selatan (KTH Pansela) Desa Ayah, Kecamatan Ayah, Kebumen, Jateng, awal Juni 2021. Foto : inikebumen.net

 

Keberadaan mangrove juga dijadikan sebagai tempat habitat kepiting. Sehingga seluruh ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan seluruhnya tanpa harus menebang pohonnya. Sebaliknya, tanpa mangrove dengan kondisi baik, maka tidak mungkin ada kopi mangrove, nira dari nipah atau budidaya kepiting.

Menurut Siti, saat sekarang sudah ditetapkan lima zona yakni konservasi, rehabilitasi, pemanfaatan khusus, koleksi tumbuhan dalam arboretum, dan pemanfaatan untuk ekowisata. “Masyarakat sangat mendukung adanya program ini, karena warga pesisir akan mendapatkan manfaat secara ekonomi. Di sisi lain, ekosistem mangrove tetap terjaga,” pungkasnya.

baca juga : Foto: Ini Ragam Produksi Mangrove Si Api-Api

 

Kawasan wisata mangrove di Desa Ayah, Kecamatan Ayah, Kebumen, Jateng. Foto : Pemkab Kebumen

 

Exit mobile version