Mongabay.co.id

Foto: Mengenal Ubur-Ubur Bintik Tak Menyengat dari Laguna Pulau Kakaban

Ubur-ubur, meskipun mahluk tidak bertulang belakang ini ‘terlihat lemah’, tapi keberadaannya amat dihindari oleh para penyelam. Hal ini karena ubur-ubur di laut memiliki sengatan yang beracun. Menyentuhnya, berarti anggota tubuh yang terkena bisa dipastikan akan merasakan nyeri terbakar bahkan menimbulkan demam.

Bahkan, yang ekstrim ubur-ubur kotak (Chironex fleckeri) mampu menyengat dan membunuh manusia dalam hitungan menit.

Namun ternyata tidak semua ubur-ubur memiliki sengat (stingless jellyfish). Keunikan ubur-ubur ini ditemukan di danau Pulau Kakaban, salah satu pulau tidak berpenghuni yang ada di gugus Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, di Kalimantan Timur.

Laguna atau danau air asin yang terpisah oleh laut, terbentuk karena adanya proses geologi pergerakan vertikal lempeng bumi yang membuat naiknya karang atol (reef up lifting) sehingga terbentuk daratan berbentuk cincin karang.

Meski telah terpisah oleh daratan, laguna ini masih memiliki tingkat salinitas atau tingkat keasinan terlarut di dalam air.  Mengapa? Karena di dasar danau, -yang kedalaman maksimumnya diperkirakan 25 meter, ia masih terhubung dengan pori-pori lubang karang yang tersambung ke laut lepas

Proses alam itu berpengaruh pada biota laut yang terperangkat di laguna. Adanya keterisolasian dengan laut lepas selama ribuan hingga ratusan ribu tahun, menyebabkan biota yang ada di laguna pun lambat laun berevolusi dan beradaptasi menuju endemisitas.

Baca juga: Ubur-ubur Alien Bercahaya di Palung Mariana

 

Ubur-ubur bulan (Aurelia aurita). Bentuknya transparan berbentuk payung. Jenis ini yang terbesar di Pulau Kakaban. Di latar belakang tampak ubur-ubur terbalik (Cassiopea ornata) berwarna merah dan menempel di dasar.  Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia

 

Di Pulau Kakaban, ada empat jenis ubur-ubur; yaitu ubur-ubur bulan (Aurelia aurita), ubur-ubur kotak (Tripedalia cystophora), ubur-ubur terbalik (Cassiopea ornata), dan ubur-ubur bintik (Mastigias papua). Ukurannya pun beragam, dari yang paling kecil yaitu ubur-ubur kotak hingga yang terbesar ubur-ubur bulan.

Pertanyaannya, lalu mengapa ubur-ubur di Kakaban tidak memiliki sengat?

Suharsono, Peneliti terumbu karang LIPI, mengatakan proses evolusi di danau ini membuat ubur-ubur ini hidup dalam habitat yang aman, ia tidak memiliki musuh, rantai makanan yang sederhana terbentuk dan keragaman biota yang rendah. Akibatnya, ubur-ubur tidak lagi membutuhkan alat pertahanan diri.

Di luar jangkauan pemangsa, ia semakin kehilangan sel knidosit (cnidocyte) atau sel eksplosif yang memiliki organ sekretori yang dapat mengirimkan sengatan ke organisme lain.

 

Ubur-ubur bintik (Mastigias papua), spesies ubur-ubur yang paling banyak dijumpai di Pulau Kakaban. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia

 

Ubur-Ubur Bintik

Dari keempat ubur-ubur di Kakaban, maka yang paling banyak dijumpai adalah ubur-ubur bintik (Mastigias papua). Nama lainnya adalah ubur-ubur totol, lagoon jelly, spotted jelly, golden medusa atau papuan jellyfish. Berdasarkan penelitian sains, jenis ini umum di jumpai di perairan lautan Hindia hingga Pasifik Barat.

Jenis ini umumnya tidak memiliki ‘tentakel’ menyengat, jika pun ada tidak cukup berbahaya untuk manusia.

Jika siang hari ubur-ubur bintik mudah dijumpai di permukaan, sebaliknya jika malam hari mereka akan menenggelamkan diri ke dalam danau. Ini disebabkan adanya simbiosis mutualistik antara ubur-ubur bintik dengan alga zooxanthellae.

Baca juga: Makhluk-Makhluk Laut dengan Wujud yang Tak Biasa

 

Ubur-ubur ini memiliki delapan lengan, dimana tiap mulutnya ada di setiap ujung lengannya. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia

 

Dalam hubungan ini, ubur-ubur bintik menyediakan mineral dan nutrisi untuk alga, sebaliknya alga menyediakan fotosintesa untuk ubur-ubur. Karena proses inilah, pada siang hari ubur-ubur memerlukan akses ke cahaya untuk fotosintesa, dan kembali turun di kolom air saat matahari terbenam.

Tubuh ubur-ubur bintik terdiri dari 95 persen dari air. Secara umum dicirikan dengan bentuk lonceng di bagian kepalanya yang berbentuk setengah membulat (hemispherical) transparan, dengan delapan lengan.

Alih-alih hanya satu, ubur-ubur ini memiliki delapan mulut yang ada di setiap lengannya.

Di Kakaban, spesies ini umumnya berwarna oranye kemerah-merahan, dengan ukuran tubuh sekitar 8-10 cm. Dari penampakannya ubur-ubur berwarna cerah ini amat kontras dengan dasar danau yang berwarna kehijauan.

 

Ubur-ubur bintik biasanya muncul di dekat permukaan air pada saat siang hari. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia

 

Terbentuknya Karang Atol Kakaban

Gugus Kepulauan Derawan memiliki enam pulau besar, yaitu Derawan, Sangalaki, Kakaban, Maratua, Panjang, dan Samama. Pulau Kakaban, yang luasnya 774,2 hektar adalah pulau yang tidak berpenghuni, memiliki danau di tengahnya dengan luas 390 hektar.

Selain di Pulau Kakaban, Derawan, di Indonesia fenomena biota laut dan ubur-uburnya yang terperangkap di danau atol dapat dijumpai di Pulau Misool, Raja Ampat, Papua Barat. Sedangkan di wilayah Pasifik Barat, danau atol serupa dapat dijumpai di Republik Palau, sebuah gugus kepulauan yang terletak di utara Pulau Papua.

Baca juga:  Ubur-ubur Tanpa Sengat, Biota Unik di Danau Air Asin Papua Barat

 

Pulau Kakaban. Pulau ini tidak berpenghuni dan merupakan salah satu gugusan Pulau Derawan. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia

 

 

 

***

Foto utama: Ubur-ubur bintik dari Pulau Kakaban. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version