Mongabay.co.id

Melihat Biodiversitas Laut Pulau Lombok dan Pemanfaatannya dari Jendela Riset

 

Tingginya minat masyarakat terkait pengetahuan dan informasi biodiversitas dan kekayaan hayati Indonesia, menarik banyak peneliti untuk terus berupaya melakukan penelitian dan diungkap di ragam medium. Salah satunya penelitian kekayaan laut Pulau Lombok, yang merupakan sebuah pulau di kepulauan sunda kecil atau Nusa Tenggara Barat (NTB). Baru-baru ini, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Balai Bio Industri Laut (BBIL) mengungkap penelitian tentang kekayaan laut Pulau Lombok.

Pulau seluas 4.739 km² itu diperkirakan memiliki kekayaan biota laut yang tinggi. Salah satu biota laut yang memiliki keanekaragaman tinggi adalah krustasea. Biota ini merupakan komponen terbesar kedua setelah moluska yang ditemukan di laut. Kemudian keanekaragaman jenis timun laut dan fitoplankton yang ditemukan di perairan dangkal Lombok.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian Lembaga LIPI, Ocky Karna Radjasa mengatakan, wilayah Indonesia sebagian besar adalah laut yang mempunyai berbagai macam habitat dan ekosistem. ”Habitat yang beragam dengan iklim yang selalu hangat menjadikan perairan Indonesia kaya akan keanekaragaman jenis biota laut yang dapat dieksplore,” ungkap Ocky dalam dialog virtual bertajuk ”Biodiversitas dan Kekayaan Hayati Laut Pulau Lombok”, Selasa, (24/8/2021).

Menurutnya, kekayaan laut Indonesia juga terlihat dari keanekaragam hayati biota laut. Penelitian kekayaan hayati laut Pulau Lombok telah dilakukan BBIL LIPI sejak berdiri 1997 sudah melakukan pengembangan dan penerapan teknologi budidaya berbagai biota laut ekonomis penting.

Kepala BBIL LIPI, Ratih Pangestuti mengungkapkan pengembangan budidaya biota laut tersebut adalah sotong buluh (Sepioteuthis lessoniana), tiram mutiara (Pinctada maxima), teripang hitam (Holothuria atra), abalon tropis (Haliotis asinina), siput mata bulan (Turbo chrysostomus), teripang pasir (Holothuria scabra), dan lobster karang (Panulirus spp.). Penelitian biota laut lainnya yang juga dilakukan adalah jenis krustasea (Brachyura, Anomura), timun laut jenis teripang susu putih (Holothuria fuscogilva), dan Fitoplankton.

baca : Bagaimana Menjaga Kerang Mutiara Lombok dari Kepunahan?

 

Kerang mutiara. Foto : DKPP Kab Buleleng

 

Peneliti BBIL LIPI, Dwi Listyo Rahayu menyampaikan pengalamannya melakukan riset biota laut di Pulau Lombok. “Keanekaragaman jenis biota laut di Lombok sangat tinggi, sehingga kita perlu menjaga kelestariannya dan mempelajari kegunaannya untuk manusia,” jelas Dwi.

Menurutnya, Krustasea merupakan biota laut yang mempunyai kekayaan jenis tinggi kedua setelah moluska dan menempati berbagai ekosistem, baik litoral maupun laut dalam. Walaupun sebagian besar krustasea yang dapat dikonsumsi telah diketahui jenisnya tetapi berbagai jenis krustasea yang sangat berperan untuk keseimbangan ekologi di alam masih memerlukan perhatian. Hasil penelitian keanekaragaman jenis krustasea tersebut masih sangat minim karena perairan lombok memiliki beragam ekosistem dan menunggu untuk ditemukan dan terus diteliti.

Dia bilang, penelitian lebih lanjut tentang keanekaragaman biota laut bukan hanya krustasea tapi juga biota lainnya. Perlu komitmen dan aksi nyata untuk menjaga kelestarian keanekaragaman biota laut di Indonesia, termasuk di Pulau Lombok agar bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan. Ada sekitar 500 spesies krustasea Brachyura ditemukan di perairan Indonesia, sedangkan untuk Anomura sekitar 300 species. Di perairan Lombok sampai saat ini hanya sekitar 150 spesies yang telah tercatat.

“Studi tentang keanekaragaman jenis biota laut diperlukan untuk mengetahui kekayaan alam dan potensi kegunaannya. Pengetahuan tentang biologi, tempat hidup, dan tingkah laku biota laut sangat berguna untuk merencanakan pengelolaan wilayah tempat hidupnya,” katanya.

Pulau Lombok, lanjut Dwi, seperti wilayah Indonesia lainnya, juga diperkirakan memiliki keragaman biota laut yang tinggi. Beberapa penelitian dilakukan oleh BBIL LIPI untuk mendata biota laut yang hidup di perairan pesisir Pulau Lombok.

baca juga : Timun Laut atau Teripang? Begini Sejarah dan Cara Membedakannya

 

Jenis-jenis krustasea yang ada di perairan Pulau Lombok. Sumber : BBIL LIPI

 

Data perpaduan antara hasil riset Costello pada 2007, Serveral authors 2014-2021 dan Data BBIL menujukkan bahwa perbandingan keanekaragaman jenis biota laut di dunia, Indonesia dan di Lombok terungkap bahwa secara global, Crustacea ada 55,541 spesies. Brachyura kurang lebih 6.800 spesies. Anomura kurang lebih 2.367 spesies. Mollusca 47.000 spesies. Dan Pisces ada 18,317 spesies. Di Indonesia, Crustacea ada 1,882 spesies. Brachyura 450 spesies. Anomura kurang lebih 170 spesies. Mollusca 1.023 spesies. Pisces 4.411 spesies. Sedang di Lombok, tambahnya, Crustacea ada 154 spesies. Brachyura kurang lebih 85 spesies. Anomura kurang lebih 70 spesies. Mollusca ada 95 spesies dan Pisces 72 spesies.

Peneliti Oseanografi LIPI, Ismiliana Wirawati mengatakan, potensi kekayaan hayati yang dapat dimanfaatkan, lainnya yaitu jenis timun laut memiliki kemampuan bertahan hidup terhadap variasi perubahan suhu dan salinitas yang besar.

“Potensi timun laut terutama teripang sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan oleh manusia dengan tetap memperhatikan konservasinya agar keberlanjutan pemanfaatan timun laut tersebut dapat berlangsung lama,” terangnya.

Dia ungkapkan, perairan Lombok sebelah barat memiliki potensi kekayaan hayati. Salah satu potensi yang bisa dimanfaatkan timun laut. Namun ancaman tinggi datang, terutama jenis komersial teripang susu, teripang pasir dan gamat.

baca juga : Eksistensi Teripang Harus Dikawal Indonesia

 

Indukan teripang pasir (Holothuria scabra) di lokasi penelitian budi daya Teripang Balai Bio Industri Laut (BBIL) LIPI di Lombok Barat, NTB. Foto : BBIL LIPI/Mongabay Indonesia

 

Menurutnya, timun laut juga memiliki fungsi ekologis. Timun laut berperan penting dalam mendaur ulang sedimen yang berada di dasar laut (bioturbasi), yaitu dengan cara memakan sedimen dan mengeluarkannya dalam bentuk sedimen yang mengandung nitrogen dan fosfor untuk menyuburkan produktifitas biota laut lainnya. Fungsi lain adalah fungsi ekonomis. Timun laut yang dipanen dari alam dan dimanfaatkan oleh manusia disebut dengan Teripang. Teripang sangat bermanfaat bagi manusia untuk peremajaan sel di tubuh, memperbaiki stamina tubuh, obat-obatan, maupun kosmetik.

“Di Teluk Kadek, fitoplankton berlimpah pada bulan-bulan awal dan akhir tahun dibanding bulan di pertengahan tahun. Dari penelitian yang dilakukan, tercatat 66 spesiees di Teluk Kadek. Diantaranya ada beberapa jenis fitoplankton yang berbahaya baik toksik maupun non toksik,” katanya.

 

Exit mobile version