Mongabay.co.id

Wallacea, Surganya Burung Unik dan Endemik

 

 

Indonesia memiliki wilayah dengan keanekaragaman hayati tinggi, untuk jenis flora dan fauna endemik. Kawasan itu dinamakan Wallacea, sebuah bioregion yang terletak karena pengaruh zoogeografi Oriental di bagian barat dan zoogeografi Australia di bagian timur. Tiga kelompok besarnya adalah Sulawesi dan pulau satelitnya, Kepulauan Maluku, serta Kepulauan Nusa Tenggara.

Wallacea sendiri merupakan nama seorang naturalis asal Inggris; Alfred Russel Wallace, yang melakukan pengamatan tahun 1856. Kawasan ini memiliki jenis-jenis satwa dan tumbuhan yang berbeda dengan bagian barat dan timur Indonesia, namun merupakan perpaduan keduanya.

Untuk jenis-jenis burung, Wallacea memiliki 12 Endemic Bird Area [EBA] atau kawasan burung endemik. Kawasan ini merupakan surga bagi burung-burung unik dan endemik.

Hanom Bashari, seorang peneliti dan pengamat burung di Wallacea mengatakan, Wallacea merupakan daerah dengan sebaran burung sangat terbatas namun memiliki keunikan. Ada 23 genus endemik burung di sini, dengan rincian jumlah jenisnya 767 jenis, endemik 307 jenis, dan yang terancam global 69 jenis.

“Sepertiga dari daerah burung endemik Indonesia ada di Wallacea dan datanya bisa berubah setiap tahun,” terangnya dalam Bincang Alam Mongabay Indonesia, Kamis [27/01/2022].

Baca: Catatan Akhir Tahun: Menolak Tambang Emas, Menyelamatkan Pulau Cantik Sangihe dari Kehancuran

 

Julang sulawesi adalah jenis burung yang selalu setia pada pasangannya. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Menurut dia, keunikan burung di Wallacea adalah setiap pulau memiliki jenis khas, adanya perpaduan burung khas oriental [Asia] dan khas Australasia, serta kompleksitas jenis dan sub-jenis. Bahkan juga, keterancaman yang tinggi mulai dari perubahan iklim, perubahan lahan pulau kecil, dan perburuan.

Hanom menambahkan, perubahan iklim adalah salah satu contoh ancaman berbahaya di Pulau Sulawesi. Misalkan, ketika terjadi kenaikan air laut maka berdampak pada tempat telur maleo di tepi pantai. Beberapa tahun lalu, akibat banjir dan sungai meluap, pernah menenggelamkan ratusan telur maleo sehingga gagal menetas.

“Sedangkan untuk perburuan, ada modus perdagangan burung dimasukkan ke dalam botol dan pipa paralon,” ucapnya.

Untuk perubahan lahan, sebagai contoh di Pulau Sangihe, sebuah pulau kecil di Sulawesi Utara. Di sana ada Pegunungan Sahendaruman, yang memiliki 10 jenis burung endemik dan 5 jenisnya berstatus kritis, salah satunya adalah burung Seriwang Sangihe. Pulau kecil ini terancam akibat dibukanya pertambangan dan berpengaruh pada burung-burung endemiknya.

“Jika itu semakin dibuka maka habislah burung itu karena tidak bisa kemana-mana.”

Meski demikian, menurut Hanom, tetap ada peluang konservasi di kawasan Wallacea, karena endemisitas memunculkan satu kebanggaan setiap daerah. Sebagai contoh, di Halmahera ada burung bidadari halmahera dan Sulawesi mempunyai maleo.

Peluang eksplorasi juga ada, seperti menemukan jenis baru. Pada 2017 lalu, LIPI/BRIN menemukan atau mendeskripsikan jenis baru dari Pulau Rote bernama Myzomela Irianawidodoae.

“Di Kepuluan Togean ada burung jenis kacamata. Jadi semua tempat memiliki peluang jenis baru. Jika kita ke satu pulau yang belum banyak dieksplorasi maka bisa menemukan jenis baru.”

Baca: Denisovan, DNA Manusia Purba Pertama Ditemukan di Kawasan Wallacea

 

Bidadari halmahera, sesuai julukannya burung ini cantik bak bidadari. Foto: Dok. Taman Nasional Aketajawe Lolobata

 

Brian J. Coates dan K. David Bishop, dalam buku “Panduan Lapangan Burung-burung di Kawasan Wallacea”, mengatakan Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang aneh dan ukurannya paling besar yang secara geologis paling kompleks di kawasan Wallacea.

Dalam buku tersebut, Coates dan Bishop memberi deskripsi ringkas 697 jenis burung penetap dan migran. Diperkirakan, 249 jenis adalah endemik, angka yang sangat mengesankan dan terus bertambah seiring ditemukannya jenis baru.

Menurut mereka, informasi yang tersedia untuk banyak jenis memang tidak lengkap dan bahkan kadang tidak ada. Keduanya berharap akan mendorong para pakar burung Indonesia maupun asing untuk mencari tahu jenis-jenis endemik tersebut.

“Semakin bertambah pengetahuan kita tentang burung-burung di kawasan Wallacea, kemungkinan kelanjutan dan kelangsungan hidup mereka untuk jangka panjang juga akan meningkat,” tulis Coates dan Bishop.

Baca juga: Jejak Alfred Russel Wallace Itu Sungguh Mengagumkan

 

Inilah seriwang sangihe, burung langka yang hidupnya dilindungi P106/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. Foto: Hanom Bashari/ Burung Indonesia

 

Kawasan Wallacea yang penting lainnya adalah Pulau Halmahera. Dalam survei yang dilakukan Hanom Bashari dan kolega di Taman Nasional Aketajawe Lolobata, dijumpai 109 jenis burung di dalam kawasan ini [42 suku].

Blok Aketajawe berhasil dijumpai lebih banyak jenis [98 jenis, 41 suku] dibandingkan blok Lolobata [78 jenis, 30 suku]. Walaupun dari segi jumlah jenis terlihat bahwa blok Lolobata lebih sedikit jenis dijumpai dibandingkan blok Aketajawe, namun di dalam blok Lolobata lebih banyak dijumpai jenis endemik dan sub-jenis endemik Maluku Utara, serta jenis-jenis burung sebaran terbatas.

“Hal ini menunjukkan, blok Lolobata merupakan kawasan yang sangat penting untuk perlindungan jenis-jenis penting Maluku Utara,” jelas Hanom.

 

 

Exit mobile version