Mongabay.co.id

Alobi dan Misi Penyelamatan Satwa Liar Dilindungi di Bangka Belitung

 

 

Langka Sani punya cerita unik sebelum membentuk Yayasan Pelestarian Flora Fauna Bangka Belitung atau dikenal Alobi Foundation.

Sebagai pencinta satwa liar, dia sering keluar masuk hutan Bangka Belitung, mencari satwa untuk dipelihara. Hobi ini mempertemukannya dengan orang-orang yang  memiliki jiwa sama. Tahun 2013, mereka membentuk komunitas pencinta satwa liar.

“Mencintai satwa versi kami saat itu adalah memelihara,” kata alumni Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Pertiba Pangkalpinang pada Bincang Alam Mongabay Indonesia, Kamis [03/02/2022].

Makna mencintai itu berubah pada 2014. Mencintai satwa liar yang benar adalah membiarkannya hidup di habitatnya, untuk berkembang biak sehingga populasinya bertambah.

“Arti sesungguhnya mencintai satwa liar itu kami dapatkan setelah bertemu Dirjen Gakkum KLHK Rasio Ridho Sani,” tuturnya.

Langka dan kawan-kawannya segera memutuskan menjadi relawan konservasi satwa liar dilindungi.

“Komunitas ini akhirnya berpindah visi menjadi penyelamatan satwa liar dilindungi. Kami ingin mempertahankan dan menjaga keseimbangan ekosistem alam,” jelas lelaki kelahiran 15 Januari 1985.

Baca: Kisah Pilu Dugong di Perairan Pulau Bangka

 

Beruang usia dua tahun ini berada di PPS Alobi untuk mendapatkan perawatan. Nasibnya sungguh malang, ia kehilangan induknya saat diselamatkan dari kebakaran hutan di Sumatera Selatan. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia

 

Pada 2014 itu juga, mereka melakukan pelepasliaran satwa yang dipelihara dan fokus pada konservasi. Langka dan para relawan membuka posko penyelamatan [resque] satwa liar yang berkonflik dengan masyarakat ataupun yang masuk permukiman.

“Hewan-hewan hasil penyelamatan kami tampung, kami rawat dalam kandang, kami beri pakan, kemudian kami lepaskan.”

Hingga 2015, komunitas ini sudah merilis 500 satwa liar ke alam, dari penyelamatan dan serahan masyarakat. Setahun kemudian, mereka membentuk Yayasan Pelestarian Flora Fauna Bangka Belitung atau Alobi Foundation.

Alobi mengambil langkah konservasi untuk menjaga keseimbangan populasi satwa liar dilindungi dengan melakukan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat dan ranah pendidikan.

“Bangka Belitung memiliki sumber daya alam luar biasa, keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa khas hingga yang endemik. Ada kukang bangka dan juga mentilin.”

Mentilin yang dikenal dengan nama ilmiah Cephalopachus bancanus atau Horsfield’s Tarsier, merupakan primata dari keluarga Tarsiidae. Ia adalah fauna identitas Provinsi Bangka Belitung, berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri [Mendagri] Nomor: 522.53-958/2010.

Mentilin merupakan primata karnivora, memangsa serangga [kumbang, semut, belalang, jangkrik, kecoak, ngengat, dan kupu-kupu] serta vertebrata kecil. Panjang tubuhnya berkisar 12-15 sentimeter, dengan berat jantan sekitar 128 gram. Sementara betina, sekitar 117 gram.

Baca: Mentilin, Fauna Identitas Bangka Belitung yang Terancam Punah

 

Rusa sambar yang berada di PPS Alobi. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia

 

Pusat Penyelamatan Satwa [PPS] Alobi yang berlokasi di Air Jangkang, Dusun Sinar Rembulan, Desa Riding Panjang, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung, memiliki luas sekitar 4,5 hektar dengan 50 kandang satwa.

“Sejak 2014 sampai 2022 ini, Alobi telah mengembalikan 7.164 ekor satwa liar ke habitatnya. Satwa-satwa tersebut berasal dari titipan BKSDA, hasil penindakan hukum, serahan masyarakat, hingga yang berkonflik,” tutur Langka yang merupakan Ketua Alobi.

Kawasan pelepasliaran dilakukan di Tahura Menumbing Bangka Barat yang luasan sekitar 3.334,20 hektar, Tahura Bukit Mangkol Bangka Tengah [6.009,51 hektar], TWA Permisan Bangka Selatan [3.149,69 hektar], TWA Jering Menduyung Bangka Barat [3.747,44 hektar], Mangrove Munjang Bangka Tengah [800 hektar], Hutan Adat Rimbe Mambang Bangka [54 hektar], hingga Hutan Pelawan Bangka Tengah [260 hektar].

Baca: Cara Unik Masyarakat Pulau Bangka Menjaga Kelestarian Satwa Liar

 

Burung elang ini juga dalam perawatan di PPS Alobi. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia

 

Menanam pohon lokal

Alobi juga melakukan pemulihan lahan di kawasan pelepasliaran satwa dengan menanam pohon buah lokal seperti pohon sisil [500 pohon] di Tahura Menumbing. Di TWA Permisan ditanam pohon sisil [750 pohon], pelawan [275 pohon], dan ketapi [73 pohon].

Di Tahura Bukit Mangkol ditanam durian [1.000 pohon], nyatoh [750 pohon], sisil [500 pohon], pelawan [800 pohon], serta ratusan pohon bakau di TWA Jering Menduyung dan sekitarnya.

“Kami datang juga ke sekolah TK, SD, SMP, SMA hingga kampus di Bangka Belitung. Tujuannya, dalam diri mereka tumbuh kepedulian pada kelestarian lingkungan,” ujar Langka.

Baca juga: Sering Terjadi, Konflik Manusia dengan Buaya di Bangka Belitung

 

Buaya muara [Crocodylus porosus] ini berada di PPS Alobi Fooundation Bangka Belitung. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia

 

Atas upaya menjaga kelestarian lingkungan, Alobi Foundation memperoleh penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan [KLHK], Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem [Dirjen KSDAE]. Penghargaan tersebut diberikan atas kontribusi Alobi dalam bidang konservasi satwa liar dan penyelamatan lingkungan.

 

Langka Sani dengan latar foto mentilin, fauna identitas Provinsi Bangka Belitung. Foto: Dok. Langka Sani

 

Penghargaan diserahkan langsung Dirjen KSDAE Wiratno kepada Langka Sani di kawasan Hutan Lindung Munjang Mangrove Kurau Barat, Bangka Tengah, Senin [24/5/2021], dalam acara peringatan “World Biodiversity Day” dan rangkaian Hari Konservasi Alam Nasional [HKAN].

 

 

Exit mobile version