Mongabay.co.id

Kala Gempabumi Hantam Sumatera Barat, Berikut Foto-fotonya

 

 

 

 

 

Pada Jumat, 26 Februari itu, Hendra bersama orangtuanya ke Mesjid Raya Kajai, di seberang rumah mereka di Nagari Kajai, Pasaman Barat, Sumatera Barat. Pagi itu, ibu- ibu sedang mengaji. Sekitar pukul 8.39 WIB, getaran kuat terasa mengayun-ayun. Mesjid roboh. Para ibu yang sedang wirid berhamburan keluar, ada yang terhimpit sampai meninggal dunia. Evakuasi berlangsung saat maghrib.

Kala itu, Hendra berupaya menyelamatkan orangtuanya dan kakaknya di mesjid. Kakaknya alami patah tulang. Malam hari, hanya dia dan kakaknya yang bertahan di Nagari Kajai. Listrik padam dan internet mati.

Gempabumi mengguncang Sumatera Barat dengan kekuatan 6,1 SR pada hari itu. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, korban meninggal dunia sampai Mingggu (28/2/22) menjadi 11 orang, lima di Kabupaten Pasaman Barat dan enam orang di Pasaman.

 

Baca juga : Gempa di Utara Nusa Tenggara Timur  Karena Sesar Geser

Retakan tanah di Pasaman Barat, dampak gempabumi 26 Februari lalu. Foto: Jaka HB/Mongabay Indonesia

 

Data sementara dihimpun, selain meninggal dunia, korban luka berat 42 orang, luka ringan 346, empat hilang, sekitar 13.000-an warga mengungsi.

Di Pasaman Barat, warga banyak membentangkan tikar dan selimut di beranda rumah. Mereka tidur di luar agar kalau terjadi gempa susulan tidak terkena bangunan roboh. Beberapa memindahkan kompor dan peralatan dapur ke luar rumah. Ada pula yang membuat api unggun. Bagi yang memiliki toko, mereka membuka toko untuk tambahan cahaya.

Sekitar pukul 00.00 WIB, suara gemuruh terdengar beberapa kali. Suara hantaman batu dan kayu bercampur dan terdengar keras dari arah sungai yang mengalir deras ternyata banjir bandang menyusul setelah gempabumi. Gempa kecil juga masih terjadi hingga masyarakat makin was-was.

 

Baca juga: Begini Mitigasi Gempa dan Tsunami di Malang

Rumah warga di Nagari Kajai, Sumbar, hancur karena gempabumi, 26 Februari 2022. Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

Nagari Kajai adalah salah satu lokasi sangat dekat dengan Gunung Talamau. Ada beberapa kampung punya kemungkinan terkena longsor dan banjir dari atas seperti galodoh atau banjir yang sering membawa material batu, kayu dan lumpur dari hulu yang wilayahnya lebih tinggi.

Pagi-pagi Jamil mendatangi Sungai Batang Nango di belakang rumahnya. Sungai itu penuh lumpur dan patahan kayu berukuran betis orang dewasa. Ratusan batang itu bertumpuk menumpuk aliran sungai hingga air mengalir ke jalur kecil.

 

Baca juga: Bencana Sulawesi Barat: Ada Potensi Gempa Susulan, Bagaimana Kondisi Pengungsi?

Banjir bandang di Sungai Batang Naga, Nagari Kajai, pasca gempabumi membawa kayu-kayu dari atas bukit. Foto: Jaka HB? Mongabay Indonesia

 

Masyarakat menyebut banjir bandang ini galodoh. ”Kata orang-orang tua terakhir galodoh besar itu tahun 1969. Itu habis semua kampung ini,” katanya.

Jamil berharap galodoh kali ini tak sebesar itu. Keluarga Jamil sudah mengungsi setelah terjadi gempa. “Saya menunggu rumah tadi malam. Hujan turun sekitar pukul 3.00 pagi tapi tidak lebat seperti di bawah.”

Candra juga warga setempat mengatakan, kemungkinan air di atas Gunung Talamau itu tertahan oleh bebatuan dan kayu. Kalau semua terlepas, kemungkinan banjir lebih besar.

 

Baca juga : Gempa Bumi Dangkal karena Longsoran, Sedikitnya 3 Warga Meninggal

Warga Nagari Kajai, Pasaman Barat, secara mandiri bikin tenda darurat pascagempa. Mereka tak tinggal di rumah untuk menghindari gempa susulan. Foto: Jaka HB? Mongabay Indonesia

 

Akmal, warga Nagari Kajai mengatakan, rumahnya hancur. Keluarganya mengungsi ke tempat lebih tinggi berjarak sekitar satu km dari rumah, di Bukit Padang Bila. Bukit ini sudah ditanami sawit, tanaman yang banyak tumbuh di sekitar Gunung Talamau.

Warga juga dirikan tenda-tenda terpal. Ada lebih 15 tenda darurat. NelAiro mengatakan, di sana ada sekitar 730 warga Nagari Kajai mulai dari anak-anak hingga perempuan. “Masih ada lagi di desa bawah sana mendirikan tenda dan belum dapat bantuan,” katanya.

 

Mesjid Raya Kajai, roboh terkena gempabumi 26 Februari 2022. Foto: Jaka HB/Mongabay Indonesia

 

Mereka perlu air karena sungai agak jauh. Kebutuhan lain, makanan, selimut dan obat-obatan.

“Fokus utama penanganan pencarian empat orang hilang, pendataan kerusakan. Terpenting lagi memenuhi kebutuhan dasar pengungsi,” kata Suharyanto, Kepala BNPB.

Dia mengatakan, tim gabungan terus melanjutkan upaya pencarian empat orang yang masih dinyatakan hilang di Pasaman.

Gempa ini juga menyebabkan, sekitar 103 rumah rusak berat, lima rusak ringan, dan lebih 1.307 rumah rusak ringan. Tiga fasilitas pendidikan rusak berat, dua rumah ibadah rusak, satu fasilitas umum rusak, termasuk beberapa bangunan pemerintahan. Bukit Lintang Nagari juga longsor.

 

Pasca gempabumi di Sumatera Barat, 26 Februari lalu, diikuti banjir dan longsor dari hulu, hingga material lumpur, batu, maupun kayu mengalir ke sungai. Foto: BNPB

 

*******

Exit mobile version