- Gempa berkekuatan 7,4 magnitudo terjadi di NTT, Selasa (14/12/2021). Gempa bumi ini terletak di koordinat 7,59 derajat lintang selatan dan 122,24 bujur timur di laut Flores pada jarak 112 kilometer ke arah barat laut Kota Larantuka,Kabupaten Flores Timur dengan kedalaman 10 kilometer
- BMKG pun mengeluarkan peringatan dini sebab gempa ini juga berpotensi tsunami. BMKG menyebutkan, berdasarkan titik pemantauan di Marapokot, Kabupaten Nagekeo pada pukul 11.36 WITA serta Reo di Kabupaten Manggarai pada pukul 11.39 WITA mendeteksi tsunami dengan ketinggian 7 sentimeter. Berselang 2 jam kemudian, peringatan dini tsunami dicabut karena tidak terdeteksi adanya kenaikan air laut lagi
- Peneliti dari Pusat Riset Geoteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan, gempa tersebut diakibatkan oleh sesar geser, bukan sesar naik Flores dan bukan merupakan pengulangan dari gempa yang pernah terjadi di Flores tahun 1992 yang diikuti oleh tsunami. Sesar geser secara umum bisa memicu tsunami tapi kecil
- Wakil Bupati Kabupaten Flores Timur, mengakui adanya gempa memang menimbulkan kepanikan di masyarakat karena awalnya disampaikan BMKG bahwa gempa yang terjadi berpotensi tsunami. Kepanikan juga terjadi karena masyarakat trauma dengan kejadian gempa dan tsunami tahun 1992 ditambah berbagai berita dan informasi yang tidak benar yang beredar di media sosial
Masyarakat di berbagai kabupaten di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) dikagetkan dengan adanya gempa yang menimpa wilayah ini, Selasa (14/12/2021). Di Kabupaten Sikka, teristimewa di Kota Maumere, ibukota kabupaten ini, kepanikan terlihat jelas.
Warga berlarian ke tempat yang lebih tinggi, menginap di luar rumah, halaman kantor Bupati Sikka, rumah sakit serta mengungsi ke atas perahu motor.
Dalam konferensi pers yang digelar secara virtual dan diikuti Mongabay Indonesia, Selasa (14/12/2021) Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan soal gempa yang terjadi.
Dwikorita mengatakan, pihaknya sebelumnya mengeluarkan peringatan dini tsunami setelah adanya gempa berkekuatan 7,4 magnitudo. Gempa bumi terletak di koordinat 7,59 derajat lintang selatan dan 122,24 bujur timur di laut Flores pada jarak 112 kilometer ke arah barat laut Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur, NTT.
“Pusat gempa berada di kedalaman 10 kilometer. Dengan memperhatikan lokasi epicenter dan kedalaman hipocenternya, gempa ini merupakan gempa bumi dangkal yang terjadi akibat adanya patahan geser,” ungkapnya.
Dwikorita menjelaskan, gempa yang terjadi pukul 11.20 WITA tersebut guncangannya dirasakan di Kota Ruteng, Labuan Bajo, Larantuka, Maumere serta di Pulau Adonara dan Lembata. Intensitas guncangannya berada pada skala III-IV MMI atau dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah.
Guncangan gempa juga dirasakan di wilayah kota lainnya di NTT seperti di Tambolaka, Waikabubak, dan Waingapu dengan kekuatan guncangan intensitas III MMI atau getaran terasa nyata di dalam rumah seperti gerakan truk yang berlalu.
“Hingga kini kami belum menerima laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat terjadinya gempa ini,” ungkapnya.
baca : Pemulihan Pasca Gempa, Bisa Belajar dari Bantul

Dwikorita menambahkan, pihaknya mengeluarkan peringatan dini sebab gempa ini juga berpotensi tsunami. Ia katakan, titik pemantauan di Marapokot, Kabupaten Nagekeo pada pukul 11.36 WITA serta Reo di Kabupaten Manggarai pada pukul 11.39 WITA mendeteksi tsunami dengan ketinggian 7 sentimeter.
Lanjutnya, berselang 2 jam kemudian, BMKG mencabut peringatan dini tsunami karena tidak terdeteksi adanya kenaikan air laut lagi sehingga peringatan dini tsunami dinyatakan berakhir.
“Masyarakat bisa kembali ke rumah masing-masing setelah pencabutan peringatan dini tsunami ini.Kami mohon pemerintah daerah menyampaikan ke masyarakat agar bisa kembali ke tempat masing-masing,” himbaunya.
Gempa Susulan
Meski peringatan dini tsunami telah dicabut, BMKG menghimbau agar warga tetap harus waspada dengan adanya aktivitas gempa susulan. BMKG mencatat terjadi 20 aktivitas gempa bumi susulan.
Deputi Bidang Geofisika BMKG, M. Sadri menyebutkan, magnitudo gempa bumi susulan paling besar 6,8 dan paling kecil 3,4. Menurutnya, gempa susulan ini bervariasi tapi memang skalanya terus mengecil.
Meski demikian, Sadri meminta agar masyarakat tidak panik tetapi tetap harus meningkatkan kewaspadaan. Ia katakan,meski skalanya kecil bisa saja rumah yang kurang bagus konstruksinya akan rubuh dan bisa menimbulkan korban jiwa.
Dirinya pun meminta warga yang menetap di tebing-tebing dan perbukitan agar waspada terkait kemungkinan terjadinya longsor. Masyarakat pun diminta untuk tidak naik ke gunung-gunung terlebih dahulu.
“Karena gempa ini cukup besar maka dampaknya bisa membuat tebing-tebing mengalami longsor. Masyarakat sebaiknya menghindari tebing dan tidak usah naik-naik ke gunung dahulu sampai betul-betul dijamin bahwa gempa susulan sudah berakhir,” harapnya.
baca juga : Begini Mitigasi Tsunami dan Gempa Megathrust Selatan Jawa

Peneliti dari Pusat Riset Geoteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eko Yulianto seperti dikutip dari republika.co.id menjelaskan, gempa dengan magnitudo 7,4 tersebut diakibatkan oleh sesar geser, bukan sesar naik Flores.
Eko menegaskan, kejadian gempa itu bukan merupakan pengulangan dari gempa yang pernah terjadi di Flores tanggal 12 Desember 1992 yang diikuti oleh tsunami.
Lanjutnya,melihat dari aktivitas gempanya, sesar geser secara umum bisa memicu tsunami tapi kecil. Namun dia tegaskan, sesar geser sebagian besar tidak memicu terjadinya tsunami.
Dalam beberapa kasus, sesar geser memang bisa memicu tsunami seperti tsunami Palu pada tahun 2018. Gempa di Flores dengan tsunami mencapai 36 meter pada 1992 dipicu oleh aktivitas sesar naik Flores yang juga memicu terjadinya gempa Lombok pada tahun 2018.
“Sesar ini memanjang arahnya dari barat ke timur. Namun, gempa kali ini tidak berkaitan dengan sesar naik Flores yang berakibat terjadinya gempa dan tsunami pada tahun 1992 lalu,” ungkapnya.
Jangan Percaya Isu
Wakil Bupati Kabupaten Flores Timur, Agustinus Payong Boli kepada Mongabay Indonesia, Rabu (15/12/2021) mengakui adanya gempa memang menimbulkan kepanikan di masyarakat.
Agus sapaannya mengatakan, hal ini terjadi karena awalnya disampaikan BMKG bahwa gempa yang terjadi berpotensi tsunami hingga akhirnya diralat sebab gempa terakhir mangnitudonya lebih kecil hingga 5,6.
Lanjutnya, kepanikan juga terjadi karena masyarakat memang mengalami trauma dengan kejadian gempa dan tsunami tahun 1992. Ia sebutkan, hingga Selasa (14/12/2021) malam, data dari kepala desa dan tokoh masyarakat di desa-desa pesisir pantai utara, banyak masyarakatnya menginap di kampung lama mereka di dataran tinggi dan tidur di pondok di kebun-kebun mereka.
“Pemerintah telah menyampaikan tidak adanya potensi tsunami namun akibat masih adanya trauma dengan kejadian gempa dan tsunami tahun 1992, masih ada kecemasan itu di masyarakat,” ucapnya.

Agus katakan, hingga Rabu (15/12/2021) pagi, sudah banyak warga yang kembali ke rumah mereka dan beraktifitas seperti biasa namun tetap meningkatkan kewaspadaan.
Dirinya mengakui tidak ada kerusakan yang ditimbulkan seperti gedung yang ambruk dan adanya korban jiwa. Mungkin ada beberapa bangunan yang dindingnya retak namun masih dilakukan pendataan.
Lanjutnya, pemerintah telah memberikan himbauan dan pemahaman kepada masyarakat yang berada di wilayah pantai utara Flores dan Pulau Adonara seperti di sebagian kecamatan Witihama yang menjadi fokus perhatian.
“Di Kota Larantuka memang ada kepanikan karena guncangan gempa namun kota ini berada di pantai selatan dan potensi tsunami tidak ada. Kota ini terlindungi karena di selatannya ada Pulau Adonara dan Solor yang jaraknya pun dekat,” ungkapnya.
Agus meminta agar masyarakat tidak usah panic dan cemas serta jangan percaya pada berita di media sosial dan konten-konten yang tidak bertanggungjwab yang seolah-olah menarasikan akan adanya tsunami dengan mengambil video-video dari tempat lain.
Ia meminta agar masyarakat percaya pada informasi pemerintah yang disampaikan melalui kepala desa dan lurah dengan berpatokan kepada data resmi BMKG sebagai lembaga yang berkompeten untuk mengurus potensi kebencanaan.
Himbaunya kepada generasi muda agar jangan lagi membuat konten atau tulisan provokatif yang tidak bertanggungjawab di medsos yang menakut-nakuti masyarakat terkait akan adanya tsunami.
Di menegaskan,bercanda berlebihan terkait bencana bisa berakibat ancaman pidana karena akan membuat keresahan publik.
“Masyarakat tetap beraktifitas seperti biasa, berdoa kepada Tuhan agar terlindungi sambil pemerintah,TNI Polri dan LSM yang peduli bencana terus melakukan advokasi kepada masyarakat,” harapnya.
Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo dalam suratnya tertanggal 14 Desember 2021 juga meminta masyarakat tetap waspada dan selalu mengikuti perkembangan informasi resmi dari pemerintah.
Robi sapaannya katakan berdasarkan informasi BMKG pada pukul 13.27 WITA, potensi tsunami yang melanda beberapa daerah termasuk Kabupaten Sikka telah berakhir.
Untuk itu, dirinya minta masyarakat agar bisa kembali ke rumah masing- masing dan tetap selalu waspada adanya kemungkinan gempa susulan.
“Masyarakat harus selalu mengikuti perkembangan informasi resmi dari pemerintah. Tidak boleh terpengaruh oleh informasi yang sumbernya tidak jelas dan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan,” tegasnya.