Mongabay.co.id

Pesan Uskup Maumere untuk Menjaga Lingkungan dan Bumi

 

Sejak Juni 1982 hingga 21 Juni 2021,terdapat 680 kejadian bencana alam yang melanda 22 kabupaten dan kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Bencana hidrometeorologi berjumlah 643 kejadian atau 95 persen sementara bencana non hidrometeorologi mencapai 37 kejadian atau 5 persen.

Hal itu diungkapkan Norman Riwu Kaho, pengurus Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) NTT dalam Workshop Pelibatan Media dan Jurnalisme Warga untuk Advokasi Bencana dan Cuaca Ekstrim di NTT, Rabu (23/3/2022).

Norman memaparkan,dari 22 kabupaten dan kota, Kabupaten Sikka menempati peringkat kelima kejadian bencana. Bencana hidrometeorologi sebanyak 38 kejadian dan non hidrometeorlogi 15 kejadian.

“Kekeringan dan banjir merupakan 2 jenis bencana yang terjadi pada semua kabupaten dan kota di NTT serta angin kencang di 20 kabupaten dan kota. Sebaliknya, tsunami hanya dilaporkan terjadi pada 2 kabupten yakni Sikka dan Flores Timur,” ungkapnya.

Di tahun 2022 saja telah terjadi beberapa kejadian bencana hidrometeorologi. Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sikka selama 1,5 jam, mengakibatkan 16 rumah warga Dusun Pedan Poar, Desa Kolidetung, Kecamatan Lela, terendam banjir.

Kepala Desa Kolidetung Wilhelmus Isolus menyebutkan, hujan dengan intensitas tinggi membuat air disertai lumpur mengalir dari atas bukit di sekitar desa mereka. Rumah warga pun terendam air dan lumpur namun tidak ada korban jiwa.

Banjir juga menggenangi puluhan rumah warga, jalan negara Trans Utara Flores dan puluhan hektar sawah, Kamis (24/2/2022).Banjir dari gunung membawa material lumpur membuat 3 kecamatan terdampak.

baca : Supermarket Bencana di NTT dan Bagaimana Peran Jurnalis

 

Seorang ibu di Kelurahan Wolomarang,Kota Maumere, Kabupaten Sikka,NTT sedang memandang banjir rob yang menggenangi halaman rumahnya.Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Kejadian teranyam berlangsung menjelang Paskah, hari raya umat Kristen. Umat Katolik di Paroki Habi, di Dusun Lurunduna, Kamet, Desa Langir, Kecamatan Kangae terjebak banjir ketika hendak ke gereja mengikuti ibadat Jumat Agung (15/4/2022) sore.

Hujan yang turun sejak siang harinya membuat material banjir dari wilayah perbukitan terbawa melintasi kali. Warga yang hendak ke gereja pun terpaksa banyak yang mengurungkan diri akibat sulit menyeberang kali. Selama sekitar sejam, warga terjebak banjir.

 

Pertobatan Ekologis

Usai memimpin ibadat Jumat Agung di Gereja Tua Sikka, Paroki St.Ignatius Loyola, Uskup Maumere Mgr. Edwaldus Martinus Sedu,Pr kepada Mongabay Indonesia menyampaikan pesan soal merawat kehidupan.

Uskup Maumere menerangkan dalam menyongsong Pra Paskah dan Sinode Kedua Keuskupan Maumere, telah diterbitkan surat gembala Uskup Maumere yang mengusung tema Duc in Altum (bertolaklah ke tempat yang dalam), menuju komunitas perjuangan merawat kehidupan.

Edwaldus menyebutkan, pesan ini sebenarnya juga berkaitan dengan konsep Paus Fransiskus mengenai Laudato Si. Lanjutnya, tujuannya untuk mengajak kita semua menjaga lingkungan hidup dan bumi kita yang sekarang ini menjadi perhatian dunia dan perhatian kita sekalian.

“Jadi kita mengambil bagian dalam keprihatinan itu dan akan kita lakukan itu dalam Sinode bersama umat di Keuskupan Maumere,” ungkapnya.

Dalam surat gembalanya, Uskup Edwaldus menerangkan, Pada tahun 2015, Paus Fransiskus mempublikasikan Ensiklik Laudato Si. Ini adalah suatu ensiklik yang berfokus pada pemeliharaan bumi, sebagai rumah bagi semua makhluk ciptaan. Paus mendorong adanya pertobatan ekologis dan melakukan aksi global untuk memelihara dan menyelamatkan bumi.

“Tujuannya bukan untuk mengumpulkan informasi atau untuk memuaskan rasa ingin tahu kita, tetapi lebih untuk menerima kesadaran yang menyakitkan akan apa yang sedang terjadi pada dunia, dan berani mengubahnya menjadi penderitaan kita sendiri dan dengan demikian menemukan sumbangsih apa yang dapat kita berikan masing-masing,” (Laudato Si, No. 19).

baca juga : Pemerintah Daerah di NTT Diminta Benahi Sistem Penanggulangan Bencana. Kenapa?

 

Perumahan di bantaran kali di Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT yang mengalami kerusakan akibat banjir bandang. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Merawat dan Memelihara Bumi

Dalam surat gembala Uskup Maumere yang diterbitkan 22 Februari 2022 dikatakan,pada Pesta St. Fransiskus dari Asisi 4 Oktober 2021, telah dicanangkan 7 tahun Rencana Aksi Laudato Si.

Uskup Edwaldus mengatakan,ini adalah gerakan global (gerakan bersama di seluruh dunia). Tujuan gerakan ini adalah untuk menciptakan dunia lebih inklusif, bersaudara, damai dan berkelanjutan.

Tema rencana aksi tiap tahun secara berurutan ialah menanggapi tangisan bumi, menanggapi seruan orang miskin, ekonomi yang ekologis, adopsi cara hidup ekologis, pendidikan ekologis, kerohanian ekologis dan keterlibatan komunitas dan aksi-aksi partisipatoris.

“Karena melibatkan diri dalam upaya-upaya pemeliharaan dan pelestarian bumi bukanlah pilihan tetapi suatu kewajiban, maka kita di keuskupan Maumere mewajibkan diri kita untuk mengambil tanggung jawab pastoral untuk terlibat secara konkret dalam Rencana Kerja Laudato Si tersebut,” pesannya.

Uskup Maumere meminta umat Katolik terlibat melalui doa dan liturgi, edukasi atau pendidikan, kampanye dan aksi-aksi konkret. Juga terlibat dalam upaya-upaya advokasi untuk memelihara dan menyelamatkan lingkungan.

Beliau katakana mulai tahun 2022 ini selama tujuh tahun ke depan, komisi-komisi Keuskupan Maumere akan menyiapkan bahan katekese Prapaskah tahunan sesuai tema-tema Rencana Aksi Laudato Si yang telah ditetapkan.

Bahan-bahan ini untuk membantu umat Katolik merencanakan dan menjalankan program kerja Laudato Si tersebut.

“Semoga kita terlibat aktif membangun Komunitas-Komunitas Basis Gerejawi sebagai Komunitas Perjuangan. Dan juga, bertanggungjawab dalam merawat dan memelihara bumi yang adalah rumah kita bersama,” harapnya.

baca juga : Ancaman Bencana Ekologi dari Permasalahan Tanah dan Hutan di Flores dan Lembata

 

Banjir yang masih mengalir melewati kali yang semakin melebar akibat dampak banjir bandang di wilayah Kelurahan Waiwerang Kota,Kecamatan Adonara Timur,Kabupaten Flores Timur,NTT. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Resolusi Lingkungan

Direktur WALHI NTT, Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi kepada Mongabay Indonesia, Rabu (20/1/2021) menyarankan agar pemerintah perlu melakukan resolusi lingkungan.

Umbu Wulang katakana makin dominannya urusan ekonomi yang menempatkan sumber daya alam sebagai bahan baku eksploitasi, akan berdampak pada makin memburuknya kualitas lingkungan hidup.

Dia meminta pemerintah melakukan audit lingkungan di setiap kabupaten dan kota untuk kepentingan perlindungan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta upaya penegakan hukum serta upaya pemulihan lingkungan.

Terkait perubahan iklim dan pemanasan global,dirinya ingin adanya kebijakan konservasi kawasan pesisir untuk mengurangi dampak kenaikan air laut terhadap masyarakat.

“Perlu adanya kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang dapat diterapkan di masyarakat mulai dari tingkat provinsi hingga desa. Terutama terkait dengan urusan pangan dan air dan kelestarian keanegaragaman hayati di NTT,” tegasnya.

Umbu Wulang juga minta pemerintah hrus menerapkan kebijakan pembangunan yang tidak memperparah dampak perubahan iklim dan pemanasan global di NTT. Misalnya menghentikan dan minimal mengurangi pembangunan infrastruktur yang rakus energi fosil, rakus lahan, rakus air.

 

Exit mobile version