Mongabay.co.id

Gunung Anak Krakatau Level Siaga, Masyarakat Diminta Waspada

 

 

Aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau berupa kepulan abu vulkanik terlihat dari pesisir Pantai Desa Banding, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, Minggu [24/04/2022].

Di hari yang sama, kepulan abu vulkanik gelap itu tampak jelas dari Desa Tejang, Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa. Desa Tejang ini hanya berjarak sekitar 15 km dari kawasan Cagar Alam dan Cagar Alam Laut Kepulalauan Krakatau.

Berdasarkan laporan Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau PVMBG, terjadi letusan terus menerus. Ini tercatat di seismogram dengan amplitudo tremor 40-55 mm, dominan 50 mm.

Kolom erupsi berwarna putih-kelabu-hitam tebal condong ke arah selatan- tenggara. Sesekali terdengar suara gemuruh letusan ke POS Pemantau Gunung Anak Krakatau di Pasauran.

Sebelumnya, pada Jum’at [22/04/2022], pukul 00:00-24:00 WIB, teramati 8 kali letusan dengan tinggi 50-1.500 meter disertai asap putih, kelabu, dan hitam. Pada visual CCTV malam hari, teramati letusan strombolian dengan tinggi sekitar 50-200 meter. Bahkan, pada pukul 19:38 WIB di Pos Pemantau terdengar sesekali gemuruh letusan.

Baca: Jika Terjadi Tsunami Akibat Krakatau Erupsi, Begini Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Mencapai Pantai

 

Ilustrasi Gunung Anak Krakatau yang mengeluarkan asap tebal pada Februari 2008. Foto: Wikimedia Commons/flydime/CC BY 2.0

 

Akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau yang terus meningkat, Badan Geologi Kementarian ESDM melakukan evaluasi dan memutuskan untuk melakukan peningkatan status yang semula level II [waspada] menjadi level III [siaga] mulai Minggu, 24 April 2022 Pukul 18.00 WIB.

Dwikorita, Kepala BMKG menjelaskan, pihaknya bersama PVMBG-Badan Geologi terus memonitor perkembangan Gunung AnaK Krakatau dan muka air laut Selat Sunda.

Perhatian khusus ini penting sebab secara historis aktivitas Gunung Anak Krakatau pernah menimbulkan tsunami.

“Masyarakat harus waspada terhadap potensi gelombang tinggi atau tsunami terutama di malam hari,” jelasnya saat konferesi pers virtual bersama Badan Geologi dan BNPB, Senin malam [25/04/2022].

Dia juga meminta masyarakat tidak terpancing informasi tak bertanggung jawab.

“Informasi yang harus diperhatikan harus bersumber dari BMKG, PVMBG-Badan Geologi, dan BPBD setempat.”

Dalam konferensi yang sama, Eko Budi Lelono, Kepala Badan Geologi menegaskan ke semua pihak untuk melihat perkembangan aktivitas Gunung Anak Krakatau di akun resmi Badan Geologi atau pos-pos resmi pengamatan.

Kondisi terkini Gunung Anak Krakatau secara live bisa dilihat di akun Youtube Indonesia Volcano Monitoring.

Baca: Fase Konstruksi, Gunung Anak Krakatau Berproses Membangun Tubuhnya

 

Aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau terlihat dari pesisir pantai Desa Banding, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Tampak Pulau Rakata [kiri], Gunung Anak Krakatau [tengah], serta Pulau Sebesi dan Pulau Sebuku [kanan]. Foto: Instagram Krakatau-CA-CAL

 

Tidak mendatangi tempat wisata Lampung – Banten

Gegar S Prasetya, Ketua Ikatan Ahli Tsunami Indonesia, mengimbau masyarakat tidak mendatangi tempat-tempat wisata di sekitar Lampung dan Banten. Terutama yang pernah terdampak tsunami 2018 lalu.

“Peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau perlu diwaspadai. Sebab, erupsi gunung api ini pernah beberapa kali menimbulkan gelombang tsunami di Selat Sunda,” jelasnya.

Tsunami Selat Sunda pada 2018 lalu memang dikarenakan adanya longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.

Gegar pun menjelaskan, belajar dari peristiwa tsunami 2018 lalu, yang memiliki tipikal propagation, maka area-area yang terdampak tsunami juga akan mengalami hal yang sama.

“Kita belajar dari peristiwa tersebut. Jika terjadi tsunami lagi, area-area terdampak 2018 juga akan terdampak.”

Baca juga: Lampung dan Masa Depan Sumatera: Catatan Menjaga “Kemerdekaan” Alam Indonesia

 

Seismograf di pos pemantau Gunung Anak Krakatau yang terus merekam letusan Krakatau. Foto: Instagram Krakatau-CA-CAL

 

Peningkatan muka air

Semeidi Husrin, Peneliti Pusat Riset Kelautan, Badan Riset, dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, mengatakan pihaknya terus memonitor gelombang air laut dan kemungkinan terjadinya tsunami akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.

“Alat deteksi potensi tsunami yang terpasang di Selat Sunda dapat membaca peningkatan muka air secara cepat,” jelasnya.

Abdul Muhari, Pelaksana Tugas [Plt] Kepala Pusat Data dan Informasi [Kapusdatin] BNPB mengatakan, pihaknya terus mengamati perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau, mengacu pada situasi potensi bencana yang terjadi.

“Apabila terjadi kenaikan aktivitas Gunung Anak Krakatau dan mengarah pada erupsi serta berpotensi menyebabkan tsunami, aspek kontijensi di sekitar Selat Sunda akan diberlakukan,” terangnya.

 

 

Rencana kontinjensi berupa dokumen yang disusun dan disepakati, akan didayagunakan untuk mencegah atau menanggulangi secara lebih baik dalam situasi kritis atau darurat. Sebut saja,  skenario, tujuan, tindakan teknis, manajerial, serta pengerahan potensi sumber daya.

“Kita siapkan informasi mengacu pada situasi potensi bencana yang ada. Kalau memang dalam tahapan pengamatan, artinya masih berada dalam potensi, belum pada situasi krisis, maka informasi yang disampaikan ke masyarakat masih kesiapsiagaan,” kata Abdul Muhari.

Masyarakat yang berkativitas di luar ruangan, diimbau untuk menggunakan masker, kacamata, dan menggunakan pelindung kepala untuk melindungi diri dari jatuhan abu vulkanik Gunung Anak Krakatau yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan.

 

Exit mobile version