Mongabay.co.id

Teluk Bima Diduga Tercemar “Sea-Sout”

 

Feriyadin tidak menaruh curiga pada benda berwarna coklat di perairan Pantai Amahami, Teluk Bima, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Jumlahnya sedikit. Tidak berbau. Walaupun di dekat Teluk Bima ada depo Pertamina, tidak ada kecurigaan tumpahan minyak. Warnanya juga berbeda jika ada tumpahan minyak. Dosen Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Soromandi Bima ini pulang ke rumah dua hari kemudian. Saat itulah dia terkejut, tutupan benda seperti busa, berwarna coklat itu semakin luas.

Feriyadin melihat dari dekat tutupan itu. Tidak terlalu bau, dan tidak lengket seperti minyak. Di media sosial beredar kalau itu akibat tumpahan minyak. Saat yang sama di Teluk Bima ada kapal pengangkut BBM yang sedang berlabuh.

“Kebetulan itu saat itu sedang ada kapal yang angkut BBM sehingga dikaitkan kehadiran limbah itu disebabkan oleh adanya kebocoran minyak,’’ kata Feriyadin pada Mongabay Indonesia, Kamis (28/4/2022).

Menurutnya, kemungkinan bukan tumpahan minyak. Jika minyak ada bau khas. Sementara tutupan berwarna coklat itu baunya seperti lumut. Ada juga tercium bangkai ikan, yang kemungkinan mati akibat tumpukan itu.

“Karena bentuk limbah itu tidak ada aroma BBM atau melengket pada kulit bila dipegang. Makanya, kami pun belum berani memastikan apakah sebenarnya kehadiran limbah itu disebabkan oleh adanya operasional kapal Pertamina atau fenomena laut. Yang kami pernah lihat sebelumnya, hanya saja jumlah limbah yang kemarin lebih banyak dari pada tahun-tahun sebelumnya,’’ katanya.

baca : Pemerintah Didesak Tuntaskan Kasus Pencemaran Batubara di Perairan Masalembu

 

Sebaran yang diduga Sea Snot di Teluk Bima, NTB. Sampai hari ini belum ada perubahan kondisi sejak terpantau hari Rabu (27/4). Foto : Dinas Kelautan dan Perikanan NTB

 

Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Kementerian Kelautan dan Perikanan langsung mengumpulkan data setelah menerima laporan. Kepala BPSPL Denpasar Permana Yudiarso mengatakan pihaknya langsung berkoordinasi dengan seluruh pihak terkait. Dari hasil koordinsai diduga telah terjadi pencemaran laut di kawasan Pantai Amahami, Kota Bima mulai Rabu (27/4).

Berdasarkan informasi para pihak di lokasi dan observasi visual terhadap foto-video yang beredar di media sosial maupun dibagikan para pihak dilapangan. Terlihat penampakan permukaan laut berwarna coklat, menutupi permukaan laut yang cukup luas, tidak seperti kenampakan normal permukaan laut. Terdapat obyek kapal tanker pada tepi permukaan laut berwarna coklat tersebut.

“Material penutup permukaan laut berwarna coklat berbentuk seperti gel, tidak berbau minyak, tidak bercampur sempurna dengan air laut,” kata Permana dalam rilisnya.

Dari hasil penelusuran ditemukan beberapa ikan teler (mabuk) dan bahkan mati. Di lokasi kejadian (sangat dekat) terdapat terminal BBM Pertamina Kota Bima, yaitu pada koordinat Laut Flores -8.476664, 118.710046. Pada jarak sekitar 2 (dua) kilometer) terdapat Pelabuhan Umum Kota Bima di koordinat -8.447843, 118.7133118.

“Pernyataan dari PT Pertamina Kota Bima bahwa telah melakukan pengecekan seluruh fasilitas dan tidak ada penurunan tekanan ataupun indikasi kebocoran,’’ katanya.

baca juga : Kapal Isap Produksi di Perairan Matras Merusak Laut dan Terumbu Karang?

 

Zat yang seperti gel berwana coklat menutupi sebagian besar perairan Pantai Amahami, Teluk Bima. Tidak berbau menyengat dan tidak lengket seperti minyak. Foto : Niko dari Bima

 

Dinas Lingkungan Hidup Kota Bima telah melakukan pengambilan sampel dan dalam proses pengujian baku mutu lingkungan. Pengambilan sampel lapisan permukaan, air di bawah permukaan, dan bangkai ikan telah dilakukan oleh pegawai Kantor Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB Wilayah Bima-Dompu dalam dalam proses uji laboratorium di Denpasar. Saat ini pengumpulan data lanjutan terus dilakukan, diantaranya dengan menghubungi secara lisan pegawai Badan Riset Osenografi dan Laut (BROL) untuk informasi dari Citra Penginderaan Jauh kondisi sebelum dan sesudah kejadian.

“Sementara ini bukan tumpahan minyak, tapi kemungkinan sea snot,’’ katanya.

Selain Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bima, DLH Kabupaten Bima juga turun langsung ke lapangan. Perairan Pantai Amahami berada di wilayah Kota Bima dan Kabupaten Bima. Kepala DLH Kabupaten Bima Jaidun turun langsung memantau.

Hasil pengamatan DLH Kabupaten Bima, dugaan sementara berasal dari lumut / ganggang laut. Untuk memastikan penyebab berkaitan dengan fenomena tersebut, pihak DLH Kabupaten Bima telah mengambil sampel air laut dan gumpalan tersebut dianalisa lebih lanjut di laboratorium.

‘’Namun untuk kesimpulan apa penyebab pasti dari fenomena tersebut baru bisa diketahui secara pasti setelah ada hasil dari laboratorium,’’ kata Jaidun.

Dari pengamatan sementara oleh tim DLH Kabupaten Bima, fenomena yang sekarang terjadi di Pantai Amahami, Teluk Bima lebih menjurus ke “Sea snot”. Sea snot ini suatu lendir laut atau ingus laut akibat sekumpulan organisme mirip mukus yang ditemukan di laut. Sifatnya yang mirip gelatin dan krim umumnya tidak berbahaya, namun dapat mengandung virus dan bakteria, termasuk E. Coli. Lendir laut sering muncul di laut timur tengah dan baru-baru ini menyebar ke Laut Marmara Turki.

‘’Salah satu penyebabnya karena pemanasan global, juga banyaknya buangan limbah tanpa pengolahan terlebih dahulu yang terakumulasi selama ini menuju Teluk Bima serta akibat naiknya temperatur air laut,’’ katanya.

baca juga : Sudah 10 Tahun, Limbah Minyak Hitam Cemari Laut Bintan

 

Tiga orang anak-anak bermain di pinggir Pantai Amahmi Kota Bima melihat fenomena tutupan berwarna coklat. Pemerintah melarang masyarakat beraktivitas di perairan. Foto : Niko dari Bima

 

Walhi Minta Lakukan Investigasi

 WALHI NTB meminta dilakukan investigasi atas kejadian di Pantai Lawata. Kejadian ini tentu bukan peristiwa alam biasa. Apalagi di sana ada stasiun Pertamina dan Pelabuhan Bima.

Menurut Walhi, kejadian ini diduga limbah yang bersumber dari kegiatan usaha Pertamina yang berada di pantai laut di Kota Bima. Berdasarkan pengamatan warga setempat, peristiwa permukaan air laut yang tertutup kotoran yang diduga limbah tersebut sudah terjadi setidaknya sejak dua hari yang lalu, ditunjukkan dengan adanya perubahan warna air laut disepenjang Pantai Amahami.

Meskipun gejala tersebut belum menunjukkan perubahan bau yang menyengat di sepanjang area pantai dan perairan dimana tumpahan limbah terjadi, namun penampakan dan bentuk yang muncul semakin parah, dimana adanya busa dan buih yang sudah mengental berwarna kecoklatan diseluruh area pantai dan cenderung berbau.

Pihak Pertamina yang kegiatan usahanya berada di sekitar perairan tersebut belum memberikan klarifikasi atau tanggapan apapun atas peristiwa tersebut. Demikian juga dengan pemerintah setempat, belum melakukan tindakan-tindakan pencegahan ataupun pemulihan selain uji lab sampel busa dan air yang diambil dari tumpahan kotoran yang diduga limbah tersebut.

‘’Meskipun belum diketahui penyebab adanya limbah tersebut ataupun jika ada motif lainnya, Pemerintah seharusnya segera melakukan tindakan dan upaya cepat. Sembari melakukan uji lab, pemerintah dan pihak Pertamina seharusnya segera melakukan upaya kongkrit langsung untuk penyelamatan lingkungan yang sudah tercemar,’’ kata Eksekutif Daerah WALHI NTB Amri Nuryadin, Kamis (28/4).

menarik dibaca : Spons, Biota Laut yang Bermanfaat bagi Manusia

 

Ikan pari mati diduga akibat fenomena di Teluk Bima pada Rabu (27/4). Sejumlah ikan yang dibudidayakan juga mati. Foto : Niko dari Bima

 

Amri menjelaskan, belajar dari pengalaman sebelumnya, pada tahun 2020 tumpahan minyak juga pernah terjadi di perairan laut Pelabuhan Bima hingga ke Kelurahan Kolo Kota Bima, pada saat pembongkaran Minyak Marine Fuel Oil (MFO) atau minyak hitam oleh Pelindo III Bima, Nusa Tenggara Barat. Terjadinya persitiwa tersebut karena pihak Pertamina yang tidak menjalankan standar operasional prosedur (SOP) dalam bongkar-muat minyak di pelabuhan.

Amri bilang belajar dari dua peristiwa tersebut, artinya bahwa keteledoran dan mengabaikan kemungkinan dampak-dampak yang akan ditimbulkan jika terjadi kebocoran dan hal serupa lainnya. Demikian juga dengan pemerintah yang masih tidak menunjukkan sikap tegas atas keteledoran tersebut dan tindakan konkrit langsung sebagai upaya untuk pencegahan dampak lebih besar dan luas selanjutnya.

Pemerintah masih cenderung abai atas kejadian ini yang secara terang memiliki dampak kerusakan yang parah terhadap lingkungan, baik berupa pencemaran laut beserta biota dan ekosistem lainnya, maupun dampak sosial dan ekonomi yang selanjutnya dapat menimbulkan berbagai masalah bagi masyarakat setempat.

Amri juga menegaskan bahwa, berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 109 tahun 2006, tentang Penanggulangan Keadaan Darurat di Laut, pasal 1, ayat 1, bahwa: terjadinya tumpahan yang diduga limbah pertamina ter

‘’ Pemerintah harus sigap dan segera bertindak cepat,’’ katanya.(*)

 

Zat yang seperti gel berwana coklat menutupi sebagian besar perairan Pantai Amahami, Teluk Bima. Tidak berbau menyengat dan tidak lengket seperti minyak. Foto : BPSPL Denpasar

 

Exit mobile version