Mongabay.co.id

Mengapa Tidak Ada Jembatan di Sungai Amazon?

 

 

Sungai Amazon di Amerika Selatan merupakan salah satu sungai terpanjang di dunia. Bahkan, menurut survei baru-baru ini oleh Pemerintah Brasil, sungai tersebut lebih panjang dari Sungai Nil di Mesir, Afrika Utara. Survei itu menyatakan, hulu Sungai Amazon dimulai di bagian lain dari pegunungan Peru yang menambah panjangnya 284 kilometer menjadi 6.800 kilometer. Atau, 105 km lebih panjang dari Sungai Nil [6.695 km].

Untuk membayangkannya, gambarkan saja jarak dari Sabang sampai Merauke. Jika diukur dengan garis imajiner, jarak Sabang dan Merauke mencapai 5.245 kilometer [meskipun jarak tempuhnya mencapai 8.500 km lebih].

Meski begitu panjang, ternyata di Sungai Amazon tidak ada jembatan yang melintas di atasnya. Artinya, sungai ini seolah “membelah” Benua Amerika Selatan dan benar-benar terhubung secara fisik. Mengingat, Amazon mengalir melalui enam negara [Peru, Bolivia, Venezuela, Kolombia, Ekuador, dan Brasil] dan lebih dari 30 juta orang tinggal di lembah sungai, sehingga cukup aneh tidak ada jembatan yang membentang.

Mengapa hal ini terjadi? Apakah ada kesulitan mendasar dengan membangun struktur seperti itu di hutan hujan yang mengandung swamp, lahan basah yang luas dan semak yang dalam dan lebat? Apakah karena biayanya mahal? Ataukah memang kurang diperlukan?

Jika dibandingkan dengan beberapa sungai lain yang populer di belahan dunia lain, ketiadaan penyeberangan jembatan di Amazon adalah suatu keanehan. Ada sekitar sembilan jembatan yang membentang di sungai Nil di Kota Kairo [Mesir] saja; lebih dari 100 jembatan telah selesai dalam 30 tahun terakhir melintasi Yangtze, sungai utama di China; sedangkan Sungai Danube di Eropa, yang hanya sepertiga sepanjang Amazon, memiliki 133 jembatan.

Foto Udara: Dahsyatnya Api Membakar Hutan Amazon

 

Sungai Amazon yang sejauh ini tidak ada jembatan dikarenakan belum ada kebutuhan mendesak untuk membangunnya. Foto: Pixabay

 

Mengapa?

“Tidak ada kebutuhan mendesak untuk membangun jembatan melintasi Sungai Amazon,” kata Walter Kaufmann, Ketua Rekayasa Struktural [Struktur Beton dan Desain Jembatan] di Swiss Federal Institute of Technology [ETH] Zurich, seperti dikutip dari Live Science.

Sungai Amazon berkelok-kelok melalui sejumlah daerah yang berpenduduk jarang. Artinya, hanya sedikit jalan utama yang dapat dihubungkan dengan jembatan mana pun. Di kota-kota yang berbatasan dengan sungai, perahu dan kapal feri merupakan sarana nyaman dan memadai, untuk menyeberangkan orang dan barang. Dengan begitu, tidak ada kebutuhan nyata untuk membangun jembatan, selain ‘hanya’ akan membuat perjalanan sedikit lebih cepat.

“Tentu saja, ada juga kesulitan teknis dan logistik,” kata Kaufmann.

Menurut Kaufmann, Amazon jauh dari lokasi ideal untuk membangun jembatan, karena memiliki serangkaian hambatan alami yang perlu ditaklukkan oleh para insinyur dan pekerja konstruksi.

Misalnya, rawa-rawa yang luas dan tanah lunaknya akan memerlukan akses viaduk yang sangat panjang [jembatan multi-bentang yang melintasi daerah yang lebih rendah] serta fondasi sangat dalam.

“Ini akan menghabiskan biaya besar,” kata Kaufmann.

Selain itu, perubahan posisi aliran sungai sepanjang musim, dengan “perbedaan yang jelas” dalam kedalaman air, akan membuat konstruksi sangat sulit. Hal ini, sebagian disebabkan naik dan turunnya permukaan air sungai sepanjang tahun dan sedimen lunak tepi sungai yang terkikis dan bergeser secara musiman, menurut Amazon Waters Innitiatives.

Baca: Drone Digunakan untuk Memastikan Keberadaan Suku Asli di Hutan Amazon

 

Peta Sungai Amazon yang melintasi beberapa negara. Peta: Amazon Waters

 

Kaufmann mencatat, masalah seperti itu tidak hanya terjadi di Amazon.

“Jembatan melintasi selat juga sulit dibangun jika kedalaman airnya dalam, tetapi setidaknya kita tahu bahwa konstruksi dimungkinkan menggunakan ponton, misalnya,” tambahnya.

Ponton, atau struktur terapung, bukanlah solusi yang akan berhasil di sebagian besar Amazon, kata Kaufmann, karena sungai sangat dipengaruhi perbedaan musim, yang menambah kerumitan-kerumitan baru.

Misalnya, selama musim kemarau, antara Juni dan November — lebar Amazon rata-rata antara 3,2 dan 9,7 km, sedangkan di musim hujan, Desember hingga April , lebar sungai bisa mencapai 48 km, dan ketinggian air bisa 15 meter lebih tinggi daripada musim kemarau, menurut Britannica.

Perlu dicatat, meskipun tidak ada jembatan yang melintasi Amazon, ada satu yang melintasi Sungai Negro, anak sungai utamanya. Disebut jembatan Ponte Rio Negro, selesai dibangun pada 2011, yang menghubungkan Manaus dan Iranduba, dan sampai saat ini satu-satunya jembatan utama yang melintasi anak Sungai Amazon.

Meskipun belum ada rencana konkrit untuk membangun jembatan di Sungai Amazon, “Bukan berarti tidak akan pernah ada,” kata Philip Fearnside, ahli biologi, ilmuwan, dan konservasionis Amerika yang telah menghabiskan sebagian besar karirnya di Brasil.

Foto: Suku Asli Amazon yang Terisolir dari Dunia Moderen

 

Pembangunan Jalan Raya BR-319 ke Kota Manaus yang terlihat pada tahun 2018 ini, dikhawatirkan akan memberikan akses kepada pelaku deforestasi. Foto: Folha de São Paulo

 

Pada 2019, Jair Bolsonaro, Presiden Brasil, menyatakan ingin membangun jembatan di Amazon sebagai bagian dari “Proyek Rio Branco”, tetapi belum ada kabar lebih lanjut. “Jembatan itu, jika benar dibangun, akan sangat mahal dibandingkan dengan manfaat ekonominya,” kata Fearnside.

Setelah selesainya Ponte Rio Negro, tersiar kabar ada rencana membangun jembatan melintasi Amazon Atas [Upper Amazon], yang dikenal sebagai Sungai Solimões di Kota Manacapuru, yang akan menghubungkan Jalan Raya BR-319 ke Kota Manaus.

“BR-319 adalah prioritas politik yang tinggi, tetapi tidak memiliki justifikasi ekonomi memadai,” kata Fearnside. “Lebih murah untuk mengangkut produk dari pabrik di Zona Perdagangan Bebas Kota Manaus ke kota megapolitan São Paulo melalui sungai.”

“Selain itu, mengenai usulan BR-319, pembuatan jembatan semacam itu akan memberikan akses kepada para pelaku deforestasi untuk membabat hutan Amazon yang masih tersisa di negara itu,” ujar Fearnside. [Berbagai sumber]

 

Exit mobile version