- Greenpeace Brasil merilis foto-foto dramatis kebakaran hutan hujan dan lahan pertanian di Amazon Brasil.
- Api membakar hutan dengan struktur kanopi besar, menunjukkan hutan Amazon yang padat karbon dan kaya keragaman hayati tengah menanggung dampak langsung bencana.
- Greenpeace, berdasarkan analisis spasialnya, menyatakan bahwa 15.749 dari 23.006 hotspot yang tercatat di Amazon dalam 20 hari pertama di bulan Agustus merupakan area hutan yang sama pada 2017.
- Kesimpulan-kesimpulan tersebut memberikan bukti lebih lanjut bahwa kebakaran dilakukan dengan sengaja untuk tujuan pembukaan lahan di hutan Amazon.
Greenpeace Brasil merilis sejumlah foto dramatis kebakaran hutan hujan yang saat ini membakar Amazon Brasil.
Gambar-gambar menunjukkan tanah pertanian, padang rumput dan hutan di negara bagian Rondônia, Mato Grosso, dan Pará yang terbakar. Api yang membakar hutan dengan struktur kanopi besar, menunjukkan hutan Amazon yang padat karbon dan kaya keragaman hayati itu menanggung dampak langsung dari bencana hebat.
Greenpeace, berdasarkan analisis spasialnya, menyatakan bahwa 15.749 dari 23.006 hotspot yang tercatat di Amazon dalam 20 hari pertama di Agustus 2019 merupakan area hutan yang sama pada 2017.
Seperempat dari titik api yang tercatat pada minggu lalu, terjadi di kawasan konservasi dan diakui secara resmi sebagai wilayah adat, menurut Greenpeace.


Kesimpulan-kesimpulan tersebut memberikan bukti lebih lanjut bahwa kebakaran dilakukan dengan sengaja untuk tujuan pembukaan lahan di area hutan. Pekan lalu, sebuah penelitian yang diterbitkan IPAM Amazônia, sebuah kelompok penelitian Brasil, mengungkapkan bahwa 10 kota [area] Amazon yang mengalami kebakaran paling banyak tahun ini, juga memiliki tingkat deforestasi tertinggi.
“Kota-kota ini bertanggung jawab atas 37 persen dari kerusakan lingkungan pada 2019 dan 43 persen dari deforestasi yang tercatat hingga Juli,” jelas laporan IPAM. “Konsentrasi kebakaran hutan ada pada daerah yang baru saja ditebangi dengan kekeringan ringan. Hal ini merupakan indikasi kuat karakter kebakaran, kemunculan api yang disengaja.”
Kelompok ini [Greenpeace] menyalahkan kebijakan Presiden Jair Bolsonaro, yang telah mengkritik upaya konservasi di Amazon sambil terus mendorong petani perkebunan, peternak, penebang pohon dan penambang, untuk menebangi hutan.
“Kondisi semakin darurat dan lingkaran setan harus segera dihentikan, sementara kita masih punya waktu,” ujar Danicley Aguiar, juru kampanye Amazon, Greenpeace Brasil, dalam sebuah pernyataan. “Selama flyover [menjelajahi udara] Jumat lalu [23 Agustus 2019] kami dapat melihat konsekuensi dari agenda anti-lingkungan pemerintah Bolsonaro: area hutan gundul yang luas, dikelilingi asap, menunjukkan perkembangan industri pertanian ke dalam hutan. Tidak seperti apa yang diklaim pemerintah Bolsonaro, kebakaran yang melanda Amazon dikaitkan dengan peningkatan deforestasi di wilayah tersebut.”

Data Pemerintah Brasil menunjukkan, deforestasi di Amazon naik 57 persen hingga akhir Juli dari tahun lalu. Pembukaan hutan melonjak pada Juli, ketika lebih dari 2.092 kilometer persegi [808 mil persegi] – area yang 35 kali lebih luas dari Manhattan – ditebang. Data ini menunjukan satu bulan dengan tingkat deforestasi tertinggi lebih dari 12 tahun.
Setelah informasi itu dirilis, Bolsonaro memecat kepala badan antariksa Brasil INPE dan menuntut untuk “peninjauan” data deforestasi sebelum dipublikasikan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pemerintahannya akan memanipulasi data. INPE belum lagi menerbitkan data deforestasi sejak saat itu.

Melambungnya angka deforestasi ditambah dengan bencana asap kebakaran telah memicu kemarahan masyarakat global, termasuk protes jalanan, seruan untuk memboikot perusahaan dan produk asal Brasil, dan kecaman dari para pemimpin dunia. Uni Eropa telah mengancam untuk membatalkan kesepakatan perdagangan atas masalah ini.
Berbagai kecaman muncul kepada Bolsonaro. Akhir pekan lalu, ia menarik kembali sebagian dari klaimnya yang paling berlebihan dan paling menjengkelkan – bahwa LSM mengatur kebakaran agar membuat citranya terlihat buruk – dan memobilisasi ribuan tentara untuk memerangi api. Namun, dia masih belum mengumumkan langkah kebijakan apa pun yang diperlukan untuk mengatasi masalah ini dalam jangka panjang. Hal ini menyebabkan Greenpeace mengecam presiden.
“Kebakaran yang telah menghancurkan Amazon juga menghancurkan citra Brasil di mata internasional,” kata Márcio Astrini, Koordinator Kebijakan Publik Greenpeace Brasil, dalam sebuah pernyataan. “Bahkan sektor agribisnis sudah mengakui bahwa kebijakan anti-lingkungan pemerintah dapat membawa penurunan ekonomi negara. Sementara itu, Bolsonaro tidak menerapkan langkah konkrit untuk memerangi deforestasi. Dia tampaknya lebih peduli menyelamatkan dirinya sendiri ketimbang hutan Amazon.
“Hutan memiliki batasnya, dan kita hampir saja mendekati batas tersebut,” tambah Astrini. “Selain itu, penggundulan hutan hanya akan merusak ekonomi Brasil, iklim planet ini dan membahayakan margasatwa dan kehidupan ribuan orang. Mengambil tindakan untuk mengakhiri deforestasi harus menjadi tujuan semua orang dan menjadi kewajiban bagi mereka yang memimpin negara.”
Nova Bandeirantes, Mato Grosso






Porto Velho, Rondônia











Candeiras Do Jamari, Rondônia











Colniza, Mato Grosso





Penerjemah: Akita Arum Verselita. Artikel Bahasa Inggris di Mongabay.com dapat Anda baca di tautan ini.